"Assalamu'alaikum.." salam Anin saat memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumsalam..udah pulang Nduuk.." jawab Mbah Rasni.
"Nggeh Mbah...setengah hari,ada konvoi lulusan SMA.Anin tadi gak dapat angkot,untungnya ada orang yang nebengin sampek rumah." jelas Anin.
"Lho lho siapa Nduuk ?"telisik Mbah khawatir.
"Gak kenal Mbah...tadinya Anin sempat ragu takut diapa-apain waktu nerima tawaran diantar pulang...Alhamdulillah dia ternyata orang baik Mbah,ngantar Anin sampek depan rumah," papar Anin.
"Alhamdulillaah...laki-laki atau perempuan ?"tanya Mbah."Laki-laki," jawab Anin.
"Owalah Nduuk...Alhamdulillah dipertemukan sama orang baik...sabar yaa...kamu belum bisa beli kendaraan untuk bekerja," kata Mbah sambil mengelus tangan Anin yang duduk di kursi ruang tamu.
"Enggeh Mbah...eh...apaan itu Mbah...kok banyak paper bag ? Dari siapa?" tanya Anin penasaran.
"Oh iya...ini semua dari majikan Mbah yang tadi datang ke sini..barusan juga mereka pulang..mereka di sini cuma sebentar..ngantar ini semua sama ngasih pesangon ke Mbah..kan sesuai permintaan kamu Mbah berhenti bekerja dari rumah itu..." kata Mbah Rasni sembari me ngeluarkan isi paper bag yang ternyata sembako dan makanan ringan,menunjukkannya pada Anin.
"Enggeh Mbah...pokoknya Mbah tinggal do'ain Anin..biar bisa dapat pekerjaan yang lebih baik lagi setelah Anin dapat ijazah." kata Anin meyakinkan Mbah.
"Iya Nduuk...Aamiin...semoga keinginan kamu itu di ijabah sama Gusti Alloh." kata Mbah.
"Ya udah Mbah Anin ke kamar dulu nggee...mau rebahan dulu," kata Anin kemudian menuju kamarnya yg ada di sebelah ruang tamu.
"Gak mandi dulu ta Nduuk..." tanya Mbah.
"Sebentar dulu Mbah.." jawabnya.
"Pussy..apa kabar...udah mamam apa belum...hem..." kata Anin menyapa kucing berbulu putih bersih dan berekor pendek tumpul,yang lagi rebahan di pinggir tempat tidurnya.
"Meong..meong.." suara Pussy sambil menggeliat manja saat tubuhnya di angkat oleh sang pemilik.
"Uugh...gemeez..." kata Anin sambil melukin Pussy,tampak Pussy begitu menikmati dimanja oleh Anin.
Di ajaknya Pussy tidur di sampingnya."Eh bentar Pussy..." kata Anin seperti mengingat sesuatu.Dia meraih tasnya kemudian mengambil kartu nama yang diberikan Barra tadi.
"RSU Bhakti Wirawan.." gumamnya lirih.
"Eh.. ini kan RS dekat tempatku berkerja.." gumamnya lagi.
"Barra..." lanjut Anin sambil tersenyum dan menepuk jidatnya.
"Dosa banget aku udah suudzon sama kamu.." kata Anin mengingat kembali kejadian yang dia alami tadi.
Kemudian Anin kembali ke tempat tidurnya,bergurau dengan Pussy dan akhirnya dia terlelap.
Di kediaman keluarga Wirawan....
Di rumah megah berlantai dua dan berpagar tinggi kokoh yang mengelilinginya..
Tuan dan Nyonya Wirawan sedang duduk berdua di ruang keluarga.Mereka sedang menikmati teh yang disajikan oleh ART mereka,keduanya berpakaian santai.Namun raut wajah mereka tidak bisa zmenyembunyikan guratan kecemasan dan kegelisahan.
"Ma...setelah kita tahu fakta ini...apa yang harus Papa lakukan setelah ini,Ma ?" kata Tuan Wirawan sambil meyeruput teh lalu menarik nafas berat.
"Iya Pa...Mama juga gak tahu apa yang harus kita lakukan sekarang...kenapa kita baru mengetahuinya sekarang ?" gumam Nyonya Wirawan sambil menatap suaminya yang nampak tertekan sekali.
"Mbah Rasni udah lama kerja di rumah kita,ya mungkin ini yang namanya takdir Ma.." kata Tuan Wirawan lagi.
"Iya..tapi Mama takut akan ada hal-hal yang tidak kita inginkan yang menjadi akibat masalah ini Pa.." kata Nyonya Wirawan.
''Semoga saja tidak.." jawab Tuan Wirawan singkat.
"Lalu kapan rencana anak bandel kita pulang dari pendidikannya di LN ?" tanya Tuan Wirawan pada Nyonya wirawan dengan antusias.
"Ya bandel karena Papa selalu nurutin hampir semua keinginannya..." kata Nyonya Wirawan.
"Besok siang InsyaAĺloh Pa..tapi dia gak mau dijemput ke bandara,kayak anak kecil katanya," lanjutnya kemudian.
"Dasar sok dewasa,"kata Tuan Wirawan tersenyum kecil.
...----------------...
Keesokan harinya saat jam istirahat kerja tiba...
Anin dan Winda memilih menghabiskan waktu istirahat mereka di sebuah kafe tak jauh dari toko tempat mereka berkerja.
Turut bersama mereka juga beberapa teman kerja mereka,tapi mereka duduk di lain meja.
Suasana kafe siang itu terpantau cukup rame pengunjung.
"Ampun deh Nin...aku kayaknya udah gak betah deh kerja di toko..teman-teman kita yang lain juga banyak yang rencana keluar begitu dapat pekerjaan baru," kata Winda.
"Kamu rencana gimana Nin ? Kan ijazahmu juga udah keluar.." sambungnya tanya ke Anin.
"Aku sih rencana mau ngelamar kerja jadi OG di RS Bhakti Wirawan,aku dapat info RS itu lagi butuh OG..." kata Anin sambil menyedot es teh didepannya.
"Eh..beneran ? Kamu dapat info dari siapa ?" selidik Winda.
"Ya itu...laki-laki yang aku ceritain tempo hari..yang nebengin aku pulang.." jawab Anin.
"Widiih...aku mencium aroma benih-benih cinta nih..kalau di jadikan novel kira-kira judulnya 'cinta bersemi dari konvoi...whua ha ha ha..." kata Winda tertawa lepas sambil menyedot es jeruk di depannya.
"Apaan sih.." kata Anin ikut tertawa.
Winda juga terus tertawa ngledekin Anin sambil sesekali mencomot pisang krispy pesanananya yang baru diantar ke meja mereka.
"Dia mungkin OB jodohmu Nin...wha ha ha.." tawa Winda.
"Gak papa minimal perkataan bos jutek itu fix salah,yang mengatakan jodohku pengamen waktu itu.." timpal Anin sewot.
"Belum tahu dia..sekarang pengamen banyak yang sukses jadi penyanyi besar..." sambungnya.
"Terlepas dari itu semua...jodoh kan misteri...bagiku mau berjodoh dengan siapapun dan dari profesi apapun aku gak keberatan asalkan itu jodoh terbaik dan sejati dari Gusti Alloh...mentang-mentang dia pemilik toko besar yang notabene beruang...dia melemahkan mental pegawainya...di dalam ucapannya itu loh ada nada mengejek...itu yang aku gak terima juga dongkol bangett..." panjang lebar Anin yang geram banget nada bicaranya.
Itu membuat Winda semakin gak bisa berhenti tertawa.
"Wha ha ha...kamu masih ingat aja sih Nin..omongan orang stress kamu dengerin..." kata Winda.
Dan tiba-tiba...
"Uhuk uhuk uhuk.." suara Winda tersedak sambil memegang dadanya.
"Eh Win..pelan-pelan..makan sambil ketawa sih kamu..." kata Anin.
Tak ada jawaban dari Winda hanya suara tercekat dan kode tangannya kepada Anin meminta untuk di tepuk punggungnya.
Winda terlihat mulai kesakitan dan kesulitan bernafas.
"Win..jangan bercanda deh.."
kata Anin.
Temannya itu tetap tidak menjawab,dia semakin terluhat kesulitan bernafas dan sesekali meraih tangan Anin seakan minta tolong.
"Win.. winda.." Anin yang berdiri di belakang kursi tempat Winda duduk.. terus menepuk-nepuk Winda punggung' dengan tangan mengepal.
Tak ada perubahan.
"Winda..coba kamu berusaha batuk atau tertawa.." kata Anin mulai panik.
Winda hanya menggeleng karena tidak bisa melakukan saran Anin.
"Seseorang...tolong...tolong teman saya.." akhirnya Anin teriak minta tolong karena panik gak tahu harus berbuat apa.
Sontak orang-orang di sekeliling mereka berdatangan menghampiri mereka.
"Ada apa Mbak ? Kenapa Mbak ?" tanya beberapa orang hampir bersamaan.
"Teman saya tersedak..tolong ini harus gimana ?" kata Anin panik dan hampir menangis..sambil terus menepuk punggung teman dekatnya itu.
"Waduh...gimana ya.." beberapa orang berinisiatif ikut menepuk punggung Winda.
Sementara yang lain ada yang memberi saran,
"Coba kasih minum ,Mbak.." Anin lalu mengambil gelas hendak memberi minum Winda.
"Tunggu..jangan diberi minum..kemungkinan malah kesulitan bernafas..." ujar seseorang yang memecah kerumunan.Seorang laki-laki berperawakan atletis,berpakaian casual.
"Lakukan manuver heimlich.." kata laki-laki itu lagi.
"Permisi permisi.." katanya sambil menegakkan tubuh Winda..kemudian dia merangkulnya dari belakang dengan posisi satu tangan mengepal.
Lalu dia menyentakkan genggaman tangannya dengan kuat ke arah dalam perut Winda...berkali kali dia ulangi gerakan itu,hingga sesekali tubuh Winda terangkat ke atas.
Orang-orang yang ada di sekitarnya hanya mengamati.
Namun Winda tetap kesulitan bernafas..hingga pada akhirnya malah terkulai tak sadarkan diri...sontak orang-orang di sekelilingnya yang melihat menyalah kan tindakan laki-laki itu...termasuk Anin.
"Ya Alloh Winda...kamu...apa yang kamu lakukan pada temanku...awas..!!" pekiknya panik sambil mengibaskan tubuh laki-laki tadi
Laki-laki itu hanya geleng-geleng melihat reaksi orang-orang dan tingkah Anin.
"Tolong jangan malah berkerumun..dan beri saya kepercayaan untuk menolong perempuan ini..." kata laki-laki itu kesal karena malah disalahkan banyak orang.
"Dia sudah mengalami asfiksia jadi harus cepat ditangani..." kata laki-laki itu sambil memposisikan dirinya di dekat tubuh Winda yang tergeletak di lantai.
"Apa lagi itu ?" tanya Anin mulai meragukan laki-laki itu.
Apalagi sesaat kemudian laki-laki itu merunduk seakan hendak mencium Winda.
"Eh eh...mau apa kamu ?" kata Anin menepis tubuh laki-laki itu."Jangan modus yaa ..!" Anin memperingatkan laki-laki itu.
"Dia butuh nafas buatan," kata laki-laki itu jengkel.
"Biar aku aja yang nglakuin..." kata Anin.
Sementara Anin memberi Winda nafas buatan, laki-laki itu melakukan gerakan CPR ke dada Winda dengan ritme yang konsisten berulang kali.
Dan pada akhirnya muncul pergerakan dan batuk dati tubuh Winda,hingga akhirnya dia mulai sadar.
"Alhamdulillaah..." kata orang-orang hampir bersamaan.
Termasuk Anin yang kemudian menyandarkan tubuh Winda yang masih lemas dan sesekali terbatuk ke bahunya.
"Win... winda...kamu gak papa ? Apa yang kamu rasain sekarang ?" tanya Anin yang dibalas gelengan kepala dan senyuman kecil dari Winda.
Orang-orang di kafe itu mulai beringsut meninggalkan Anin dan Winda,termasuk laki-laki misterius tadi,yang pergi menghilang entah kemana.
Anin menoleh mencari-cari keberadaan laki-laki itu,hasilnya nihil.
Dalam benaknya merasa bersalah juga,karena sudah 2 kali suudzon pada orang yang berniat baik kepadanya.
....................
Di kediaman keluarga Wirawan..
Semua angggota keluarga sedang berkumpul di ruang tamu,Tuan Wirawan,Nyonya Wirawan,Anak sulungnya Devan dan istrinya Tania beserta anak mereka Rafa.
Mereka tidak biasanya kumpul bersama,kalau tidak ada momen spesial atau menunggu kedatangan tamu penting.
Kali ini ternyata momen menunggu kedatangan keluarga mereka dari luar negeri.
Anak bungsu dari keluarga Wirawan yang menempuh pendidikan kuliah di luar negeri.
"Oppa...kapan Om Akmal mana? kok belum nyampek-nyampek rumah sih ?" celetuk Rafa tak sabar sembari menhambur ke pangkuan Tuan Wirawan.
"Bentar lagi sayang..Om Akmal masih di perjalanan..udah kangen yaa sama Omnya ?" kata Tuan Wirawan sembari merangkul bocah yang berusia 4 tahun itu.
"Iya soalnya waktu telepon,Om bilang mau bawain mainan buat Rafa dari luar negeri.." jawabnya polos yang membuat semua tertawa lepas.
"Iya pasti dibeliin kok sama Om...kan Rafa keponakan kesayangan Om Akmal.." timpal Tania.
Istri Devan ini berperawakan langsing dan berkarakter ceriwis dan jutek.
Berbeda dengan Devan yang berkarakter tenang dan kalem.
Tak jarang suami istri ini berselisih faham,tentang hal kecil sekalipun,tak jarang pula Devan memilih untuk mengalah,karena sudah hafal dengan tabiat sang istri yang notabene anak dari keluarga kaya,jadi biasa mau menang sendiri
.Devan bekerja sebagai Direktur Eksekutif di salah satu perusahaan Tuan Wirawan dahulu kala Devan dan Tania menikah karena dijodohkan oleh kedua orang tua mereka yang menggeluti bisnis yang sama...dia sudah paham betul seluk beluk dunia bisnis,berbeda dengan Tania yang memilih hanya menjadi istri rumahan yang tinggal menghabiskan gaji suaminya saja.
Di samping perusahaan,Tuan Wirawan juga mempunyai sebuah rumah sakit swasta bernama Bhakti Wirawan..rumah sakit yang didirikan oleh ayahnya dulu,sekarang dia kelola dan dia sendiri bertindak sebagai direktur utamanya.
Dan kini anak bungsunya Akmal baru pulang dari pendidikan kedokteran di luar negeri,diminta Tuan Wirawan pulang dan ikut bergabung di RS Bhakti Wirawan.
"Assalamu'alaikum.." suara seseorang dari pintu masuk.
"Om Akmal datang.." seru Rafa yang hafal betul siapa pemilik suara itu.
"Wa'alaikumsalam warohmah.." jawab keluarga yang lain.
"Sesosok laki-laki muda berperawakan atletis memakai pakaian casual terlihat masuk dari pintu utama menuju ruang tamu dimana keluarga berkumpul.
"Om Akmal.." Rafa berlari kecil memeluk Akmal.Akmal berjongkok menyambut pelukan bocah kecil itu.
"Hallo jagoan.." sapa Akmal.Kemudian melepas pelukan Rafa,lalu beralih mendekat ke arah Mamanya..mencium tangan wanita yang tingginya sebahu dia,sesaat kemudian mereka saling berpelukan melepas rindu.
Sang Mama berkaca-kaca sambil memegang kedua pipi Akmal.
"Kamu nampak bahagia dan tumbuh dewasa jauh dari Mama,Nak.." ledek Mamanya.
"Mama bisa banget deh ngelawaknya..aku kangen banget loh sama Mama.." kata Akmal sedikit bermanja pada Mamanya.
"Kamu gak kangen sama Papa ?" celetuk Papanya yang dari tadi hanya memperhatikan ibu dan anak itu.
"Kayaknya ada yang merajuk,Nih..." kata Akmal sembari beralih mencium tangan Papanya kemudian memeluknya.
"Dasar anak Mama.." kata Papanya sambil mengacak rambut depan Akmal..Tuan Wirawan secara postur udah kalah dari Akmal.
Kemudian Akmal beralih memeluk kakaknya Devan yang dari tadi hanya tersenyum kecil menyaksikan orangtuanya melepas rindu pada adiknya itu.
Berbeda dengan istrinya yang dari tadi juga memperhatikan,tapi dengan tatapan sinis.
"Hai CEO ?" sapa Akmal pada Devan sambil memeluknya.
Kakaknya membalas pelukannya, sembali meninju lengan kekarnya.
"Makin bermassa aja nih otot.." celetuk Devan.
"Ya iyalah..aku kan rajin latihan biar gak kalah sama Kakak.." jawab Akmal.
"Mana mungkin kamu kalah dari kakakmu..secara kamu kan anak emasnya Mama dan Papa.." sambar Tania yang bernada iri,namun tidak ada yang meresponnya karena malah membuat suasana jadi runyam.
Mereka udah hafal tabiat Tania.
"Apa kabar Kak ?" sapa Akmal kaku menyalami Tania.
"Baik adikku tersayang.." jawab Tania sok akrab.
"Ayo Om..mana mainan Rafa yang Om janjiin waktu di telefon ?" kata Rafa tidak sabar.
"Oh iya...yuk ke kamar Om,tas Om kan udah di kamar dibawain pak supir tadi..." kata Akmal.
"Ya udah istirahat sana gih...pasti capek banget setelah perjalanan panjang kamu.." kata Mama yang diiyakan Papa.
Devan dan Tania berlalu menuju kamar mereka di lantai dua.
"Capek hati juga Ma...soalnya tadi ketemu sama orang-orang yang ngeselin pakek bangett.." kata Akmal kesal.
"Maksudnya gmna ?" kata Tuan Wirawan sembari duduk di sofa ruang tamu bersama istrinya.
"Ceritanya panjang Pa..." katanya sambil berlalu menaiki tangga menuju kamarnya yang juga di lantai dua sembari menggandeng tangan Rafa yang sudah tak sabar melihat mainannya.
Malam harinya,keluarga Wirawan makan bersama di meja makan.
"Ayo Akmal...makam yang banyak,iitu udah ada makanan kesukaan kamu...balado telur sama ikan teri..." ujar Mama.
"Siap Maa...Akmal udah rindu masakan ini..." kata Akmal mulai menyuap makanan di piringnya.
"Eh Ma...kayaknya ada yang kurang deh..kok rasa masakannya gak seperti yang biasa aku makan.." kata Akmal.
Papa dan Mama saling berpandangan sambil tersenyum kecil.
Begitupun Devan,kecuali Tania yang masih memasang wajah juteknya.
"Btw aku dari tadi belum bertemu Mbah deh..." kata Akmal lagi.
"Akmal..Mbah udah gak kerja di rumah kita lagi.." kata Mamanya.
"Lho kenapa ?'' Akmal terlihat kaget.
"Cucunya yang baru lulus SMA ngelarang dia kerja lagi,mengingat usia Mbah juga semakin bertambah..kasihan katanya.." papar Papanya.
"Ih...sok ngatur banget sih cucunya itu...kayak disini Mbah disuruh kerja rodi aja.." cibir Akmal.
"Lulus SMA aja belagu..." lanjutnya.
"Balado telur dan ikan teri itu masakan bibi ART kita yang baru.." terang Mama.
"Pantesan rasanya gak seperti masakan Mbah biasanya.." kata Akmal tampak kecewa..dan meneruskan makannya dengan ogah-ogahan.
Papa dan Mamanya hanya bisa melihat.
"Mama tahu alamat rumah Mbah ?" tanya Akmal kemudian.
"Emm..tahu" jawab Mamanya ragu sambil menoleh ke arah suaminya.
"Kasih tahu Akmal alamatnya Ma..biar Akmal samperin ke sana." kata Akmal lagi.
Mama dan Papanya seketika memasang wajah penuh kerisauan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
2022-05-12
0
Nur Yuliastuti
Aamiin
2022-05-12
0