Helen menatap mata Sheila yang terlihat sangat yakin dengan ucapannya. Setiap kata yang di ucapkannya penuh dengan penekanan membuat Helen merasa cukup terkejut dan takut dalam beberapa saat.
"Kamu yakin?." Helen tertawa sembari menatap balik ke arah Sheila. "Apa yang bisa kamu lakukan untuk membalas saya? ,Memanfaatkan om- om simpananmu itu? .Atau mau menjual diri ke orang yang lebih kaya lagi?."
Helen mengangguk angguk, "Itu mungkin saja, taktik pelakor memang lebih menggoda." bisik Helen ke samping wajah sheila.
Sheila mengatup giginya, kepalan tangan Sheila semakin kuat ucapan Helen lagi - lagi menyakiti harga dirinya.
Helen memandang remeh Sheila"Kamu tidak punya apa - apa, tidak usah sok mengancam saya. Omong kosong kamu tidak akan pernah bisa menghentikan saya. "Helen mendorong kepala Sheila dengan telunjuknya" Ancaman kamu hanya akan terwujud di dalam mimpi kamu. "ucapnya ,karna ancaman Sheila terdengar seperti ancaman yang tidak ada artinya sama sekali bagi Helen. Kekuasaan, pangkat, kekayaan serta derajatnya lebih tinggi dari pada Sheila yang tidak mempunyai apa-apa. Ia bisa melakukan apapun dengan kekuasaannya tidak ada satupun orang yang bisa memuatnya menderita bahkan terhina seperti ancaman yang di ucapkan Sheila.
"Tidak usah belagu hanya karna kamu punya uang sekarang, uangmu tidak sebanding dengan uang saya. Jadi bersikap baiklah sebelum kamu benar-benar saya hancurkan!. "ucap Helen menyadarkan Sheila supaya tidak merasa tinggi hanya karna uang yang ia miliki sekarang.
"Ingat baik-baik dan simpan dalam otakmu, kamu hanya anak haram selingkuhan suami saya. Kamu adalah aib terbesar dalam sejarah keluarga besar saya. Jadi jangan sok punya kekuasaan di depan saya, kamu hanya anak yang tidak di anggap. Keberadaan kamu di sini tidak ada artinya sama sekali . " sambungnya lagi.
Sheila semakin sakit hati mendengar penghinaan dari ibu tirinya itu.
" Benarkah? ."tanya Sheila mengangkat kedua alisnya" Tapi kenapa saya merasa jika anda terganggu dengan keberadaan saya dan mama saya di sini, padahal kami tidak pernah menemui ataupun berniat untuk menemui suami anda. "
" Perlukah saya menemuinya?." Sheila berdecak "Aaaa.. Tidak - tidak sepertinya saya harus mengundangnya ke rumah sakit ini agar ia bisa bertemu dengan saya dan mama saya secara langsung."
Sheila melangkah mendekat ke arah Helen"Saya penasaran bagaimana respon seorang Leonard melihat istri yang sangat ia cintai ini terbaring lemah di rumah sakit. "
Lagi - lagi tatapan tajam di layangkan Sheila pada Helen" Aku yakin suami anda pasti dengan sangat senang hati membiayai pengobatan mama saya, bahkan mungkin saya akan di akui dan mendapatkan beberapa kekuasaannya. "
Sheila mengalihkan pandangannya," Atau mungkin dia akan memberikan semua kekuasaannya dan kekayaannya kepada saya. Mengingat jika anda adalah istri yang tak dianggap. "Sheila enggan menatap mata Helen yang ia yakini kini sedang menatapnya penuh murka.
Sebenarnya Sheila tidak ingin mengatakan apapun tentang papanya. Sheila sangat membenci Leonard jangankan untuk menemuinya bahkan untuk berpapasan saja Sheila enggan. Sheila sangat membenci keluarga serta apapun bersangkutan dengan Leonard.
Parr
Tamparan keras melayang di wajah Sheila tanpa sempat ia tepis. Sheila yang lengah membuat Helen berhasil menamparnya.
"Beraninya kamu mengatakan itu di hadapan saya." ucap Helen setelah menampar Sheila.
Sheila memegang pipinya yang terasa sangat panas.
"Kamu akan tau akibat dari ucapanmu. "Helen merogoh tasnya mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang yang berpengaruh di sana.
" Usir pasien yang bernama Qania sekarang juga dari rumah sakit Medical Center." ucap Helen kemudian mematikan telfonnya.
Sheila terbelalak begitu mendengar teriakan Helen. Sheila tidak tau dengan siapa Helen berbicara namun dari nada ucapan Helen ia tidak main - main dengan ucapannya.
Helen memandang Sheila dengan tatapan remeh."Sebentar lagi kamu akan tau bagaimana pengaruh kekuasaan saya di sini. Kamu dan ibumu akan menerima akibat dari semua yang kalian lakukan. Aku pastikan kalian tidak akan di terima di rumah sakit manapun."
"Lihat saja nanti!. "
Sheila semakin panik, Sheila mulai cemas ucapan Helen tidak main - main.
Tak berselang lama ada suster yang datang menemui Sheila dan menyuruh Sheila dan mamanya untuk berkemas dan meninggalkan rumah sakit.
"Maaf mbak kami mendapatkan perintah dari kepala rumah sakit untuk menyuruh mbak dan ibu mbak keluar dari rumah sakit ini. "
Jelas suster tersebut.
Sheila syok mendengar penjelasan itu, Sheila melihat ke arah Helen yang tersenyum sinis ke arahnya.
"Selamat menderita!." bisik Helen yang kemudian pergi dari sana.
Sheila menatap benci kepergian Helen lalu kembali beralih menatap suster tersebut"mama saya tidak bisa di usir begitu saja sus, suster halus jelaskan kenapa mama saya bisa di usir seperti ini? ."tanya Sheila menanyai alasan kenapa ia dan ibunya harus pergi.
" Karna mbak tidak bisa melunasi biaya rumah sakit." jawab suster tersebut.
"Tapi sayakan sudah bilang saya akan melunasi biaya rumah sakit ini. "Sheila tidak terima ia di perlakukan tidak adil seperti ini. Apalagi saat ini kondisi mamanya sedang tidak stabil dan sangat membutuhkan perawatan.
" Jika mbak ingin tetap di sini mbak harus melunasi biayanya sekarang juga!"
" Sus saya hanya minta waktu, saya pasti melunasi itu semua bahkan hari ini juga pasti saya lunasi tolong beri saya waktu sus."
"Maaf mbak kepala rumah sakit yang menyuruh kami untuk mengusir mbak. Ini sudah kebijakan rumah sakit jadi kami tidak bisa melakukan apa-apa lebih baik sekarang juga mbak mengemas barang -barang mbak sebelum security sendiri yang mengusir mbak juga ibu mbak! "jelasnya kemudian pergi.
Sheila sangat marah air matanya membasahi wajahnya. Ternyata mama tirinya tadi benar-benar melakukannya. Sheila sangat marah juga benci terhadap kekuasaan ibu tirinya itu. Dan lebih sakit hatinya lagi pihak rumah sakit malah menyetujui perintah ibu tirinya itu. Kepala rumah sakit macam apa yang dengan gampangnya termakan hasutan dari mama tirinya itu. Sheila sangat marah ingin rasanya Sheila membunuh kepala rumah sakit itu sekarang juga. Dimana hati nuraninya sampai ia tega-teganya melakukan ini kepada pasiennya sendiri.
"Aaaaakkkh..."kesal Sheila menjatuhkan barang-barang yang ada di sekitar koridor.
Sheila duduk di kursi koridor sambil terus menangis, Sheila menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia sangat marah karna di kondisinya seperti ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima penindasan dari ibu tirinya itu.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? "gumam Sheila meremas rambutnya sambil terus menangis. Sheila tidak bermaksud mempersulit mamanya seperti ini. Sheila hanya tidak tahan dengan semua penindasan yang di lakukan mama tirinya itu. Apa salah ia melawan sesekali setelah sekian lama ia diam dan menerima caci maki mama tirinya itu.
"Bagaimana sekarang, kemana aku harus membawa mamaku.Mama tidak akan bertahan lama jika aku merawatnya di rumah. "pikir Sheila yang tidak tau harus bagaimana lagi. Di tengah kebingungan melanda Sheila sheila tiba - tiba teringat dengan CEO bejat yang ia temui kemarin.
"CEO itu...."ucap Sheila begitu ingat dengan Xavier. Sheila langsung menelfon Xavier untuk menanyakan tawaran Xavier tadi pagi.
" Halo," ucap Sheila begitu telfonnya di angkat oleh Xavier.
"Apa tawaranmu tadi pagi masih berlaku?. "Sheila bertanya tanpa menunggu Xavier berbicara.
Xavier cukup tercengang mendengar pertanyaan dari Sheila. Namun mendengar suara Sheila yang serak membuat Xavier merasa ingin tau tentang apa yang terjadi dengan sheila.
" Kau menangis?."
'' Tidak usah mengalihkan pembicaraan, saya tanya tawaraan kamu tadi pagi masih berlaku atau tidak? ."kekeh Sheila. Sheila hanya ingin mendengar jawaban itu dari Xavier.
" Masih." jawab Xavier menuruti kemauan Sheila walau sebenarnya Xavier sangat heran kenapa Sheila menanyai soal tawarannya tadi pagi padahal Sheila sendiri yang menolak mentah-mentahan tawarannya.
"Baiklah saya akan menerima tawaran kamu tadi pagi. Saya akan menikah denganmu tapi sebelum itu saya ingin menanyakan satu hal pada kamu."
"Apa yang akan ku lakukan jika mertuamu di usir dan di permalukan di rumah sakit dalam keadaannya yang sedang sakit parah? ." tanya Sheila masih dalam emosinya yang tidak stabil.
"Hah?. "Xavier terkejut dengan pertanyaan Sheila yang secara tiba-tiba membahas perihal ibu mertua.
" Saya tidak paham dengan ucapan kamu. Apa yang sedang kamu bicarakan?. " ucap Xavier yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan Sheila.
"Jika calon istri kamu di hina apa yang akan kau lakukan?" lagi - lagi Xavier di buat tercengang dengan pertanyaan Sheila kepadanya. Xavier bertanya-tanya apa sebenarnya maksud Sheila menanyakan ini kepadanya.
"Sebenernya apa maksudmu menanyakan ini semua kepada saya?." tanya Xavier yang sangat penasaran dari tadi.
"Aku ingin kamu membantu saya untuk membunuh kepala rumah sakit di sini dan juga orang yang menyuruhnya untuk mengusir saya serta mama saya dari sini. . "jawab Sheila mengungkapkan kemarahannya pada Xavier.
" Apa?." Xavier terkejut bukan main bagaimana bisa gadis seperti Sheila bisa berpikir sekejam itu.
'' Membunuh kepala rumah sakit? Kamu gila?" tanya Xavier masih tidak percaya dengan ucapan Sheila.
" Ya, saya memang sangat gila sekarang. Yang ada di pikiran saya saat ini hanya ingin membunuh orang - orang yang sudah menindas dan bersikap tidak adil kepada saya dan mamak saya !. "
" Apa kamu yakin bisa melakukannya? ."
"Ya saya sangat yakin!."
"Kau akan di penjara seumur hidupmu jika kau benar-benar melakukannya."
"Saya tidak peduli. "
"Tapi bagaimana dengan mamamu, dia pasti akan sangat sedih melihat putrinya melakukan hal semacam itu."
Sheila terdiam untuk beberapa saat, ucapan Xavier menyadarkan dari emosi yang sedari tadi menguasainya.
"Mau bagaimanapun pembunuhan tidak akan pernah di benarkan apapun alasan yang kamu katakan. Sekalipun dia bersikap tidak adil ataupun menyakitimu kau tidak akan pernah bisa di benarkan jika kamu membunuhnya."
"Aku akan membantumu, aku pastikan kau tidak akan bertemu ataupun melihatnya di sana lagi. Sekarang juga kirimkan alamat rumah sakit yang kau maksud aku akan ke sana dan menyelesaikan sakit hatimu!"ucap Xavier yang kemudian menutup telfonnya.
Sheila menepis air matanya lalu mengirimkan alamat rumah sakit yang di minta oleh Xavier.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments