#5

“Tuan, ada utusan dari Milenia Group ingin menemui anda,” kata Gio.

“Milenia?”

“Ya, sebuah perusahaan baru yang bergerak di bidang konstruksi.”

“Baiklah, aku akan menemui mereka di ruang meeting 10 menit lagi,” kata Raymond.

“Baik, tuan,” Gio keluar dari ruang kerja Raymond.

Di dalam ruang meeting,

“Selamat siang, Tuan Raymond. Perkenalkan saya Leonardo dari perusahaan Milenia. Kami akan langsung pada intinya. Kami ingin mengajukan sebuah kerjasama dengan perusahaan Costa dalam pembangunan sebuah hotel bintang 5 yang terletak di Kota Milan,” kata Leon.

“Mengapa anda tidak melakukannya sendiri saja? Bukankah itu akan menjadi proyek besar bagi kalian dan akan mengangkat nama perusahaan Milenia?” tanya Raymond yang menopang dagu dengan sebelah tangannya.

“Proyek ini sangat besar, kami pun akan memerlukan dana yang cukup besar. Oleh karena itu kami ingin menggandeng Costa Construction sebagai rekan.”

Gio memberikan sebuah proposal pada Raymond. Di dalamnya tertera data dan gambar hotel yang akan dibangun. Raymond beberapa kali menganggukkan kepala saat membaca proposal tersebut.

“Aku tak akan mengambil keputusan saat ini. Kami akan mempelajarinya terlebih dahulu. Proyek ini adalah proyek yang sangat besar dan kamu tidak boleh gegabah dalam mengambil langkah,” ujar Raymond yang menutup proposal tersebut dan meletakkannya di atas meja.

“Baiklah, Tuan Raymond. Kami tidak akan memaksa anda untuk mengambil keputusan sekarang. Tapi kami sungguh ingin mendapatkan kabar baik dari anda. Terima kasih,” utusan dari perusahaan Milenia pun undur diri, meninggalkan Raymond dan Gio di dalam ruang meeting.

“Gi, sebaiknya kamu memeriksa lebih detail. Ini adalah proyek yang besar dan kita tak boleh salah mengambil langkah. Jika kita salah memprediksi, maka perusahaan Costa akan menjadi taruhannya.”

“Baik, tuan.”

*****

“Mereka masih belum menyatakan kesediaannya, Al,” kata Javer.

“Biarkan saja dulu. Kita juga jangan terlihat terburu-buru karena akan membuat mereka curiga. Biarkan berjalan apa adanya. Costa juga bukan pribadi yang mudah untuk dirayu,” - kecuali oleh wanita seperti Aurora Frederica.

“Baiklah kalau begitu.”

Alessandro menyalakan televisinyang berada di ruangannya. Sampai saat ini, ia masih melihat berita mengenai mantan kekasihnya, Aurora Frederica. Wanita itu semakin lama semakin cantik. Ia kini menjadi seorang model papan atas di Negara Perancis. Aurora terlihat semakin dewasa dan tentu saja memiliki tubuh yang sangat seksi.

Kedekatannya dengan beberapa orang pria selalu menghiasi layar kaca dan juga media sosialnya. Ya, Alessandro bahkan masih suka mengintip aktivitas Aurora melalui halaman media sosialnya. Sangat menggelikan.

“Kalian berdua menghancurkanku dan kini kalian berdua justru terlihat begitu bahagia. Apa kalian memang sejak awal ingin menghancurkanku dengan menusukku dari belakang?” Gumam Alessandro.

Alessandro mengambil ponselnya, kemudian mengirimkan pesan kepada seseorang.

**

“Apa sudah lama menungguku?” tanya Bianca. Dengan menggunakan sebuah T-shirt berwarna putih dan celana jeans, Bianca pergi ke sebuah cafe yang ditunjuk oleh Alessandro.

“Tidak, aku juga belum lama datang. Apa kamu sedang sibuk? Maaf jika aku mengganggumu.”

“Tidak, tidak mengganggu sama sekali. Aku baru saja dari kampus untuk mengambil jadwal kuliahku.”

“Kamu masih kuliah?” Alessandro pura-pura bertanya.

“Ya, apa aku sudah terlihat seperti ibu-ibu?” Bianca mengambil kaca kecil di dalam tasnya kemudian berkaca. Hal itu kembali membuat Alessandro tertawa.

“Ada apa mengajakku ke sini?” Tanya Bianca.

“Apa aku tidak boleh mengajakmu makan siang?”

“Tentu saja boleh. Kalau urusan makan, aku tak akan menolak dan sebaiknya kamu menyiapkan dompetmu karena makanku banyak,” tanpa malu Bianca langsung meraih buku menu dan memanggil pelayan. Ia menyebutkan beberapa makanan kemudian memberikan buku kepada Alessandro.

“Giliranmu,” katanya sambil tersenyum. Alessandro pun menyebutkan salah satu makanan di buku menu, kemudian memberikan buku itu kepada pelayan tadi.

“Berapa usiamu?” Tanya Alessandro.

“17 tahun.”

“Wow, masih muda dan kamu sudah sangat hebat dalam ilmu bela diri.”

“Tentu saja, bukankah itu bekalku agar tidak ada orang yang berani menggangguku, juga keluargaku,” Bianca tiba-tiba saja menatap tajam ke arah luar jendela.

“Apa ada yang berani mengganggumu?” Alessandro menjadi ingin tahu.

“Saat ini mereka memang diam dan tidak mengganggu. Tapi aku tahu bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu saat ini.”

“Siapa maksudmu? Kalau aku boleh tahu.”

“Tidak, tidak. Tuan tidak perlu tahu dan mungkin akan lebih baik begitu.”

Alessandro bisa melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bianca dan itu berhubungan dengan keluarganya.

“Kalau Tuan? Usia berapa?” Tanya Bianca.

“Aku 35 tahun.”

“Benarkah? Tapi penampilan anda tidak seperti itu.”

“Apa aku terlihat muda?” Bianca langsung menganggukkan kepalanya, membuat Alessandro tersenyum.

“Usia anda sama dengan usia Daddy,” kata Bianca.

“Wow, Daddymu masih muda sekali dan sudah memiliki putri seusiamu.”

“Daddy dan Mommy menikah saat mereka sama-sama berusia 17 tahun. Aku ingin sekali seperti mereka, bisa menikah muda,” Bianca menangkup kedua pipinya sambil melihat ke arah Alessandro. Setiap kali Bianca melihat ke arah Alessandro, Al seperti merasa terhipnotis oleh mata biru milik Bianca.

“Kalau begitu kamu harus segera mencari seorang suami,” goda Alessandro.

“Sepertinya begitu … tapi aku sedih kalau harus meninggalkan Daddy. Ia pasti akan kesepian.”

“Mommymu?”

“Mommy sudah meninggal saat aku berusia 10 tahun. Ahhh, aku jadi merindukan Mommy,” tiba-tiba saja mata Bianca berkaca-kaca. Ia teringat kembali akan Mommynya yang selalu menciumnya, memeluknya, dan membacakan buku dongeng saat ia akan tidur.

Tangan Alessandro terangkat. Ia mengusap air mata Bianca dengan ibu jarinya, “Jangan menangis. Aku tak suka melihat mata birumu ini menangis.”

“Maaf, aku teringat pada Mommy. Kalau begitu sebaiknya aku memanggil anda dengan sebutan Uncle ya karena usia anda sama dengan Daddy,” kata Bianca.

“Tidak! Enak saja. Aku belum setua itu hingga anak seusiamu memanggilku Uncle,” gerutu Alessandro dan membuat Bianca tertawa.

“Aku tidak tahu mengapa aku bisa menceritakan hal seperti ini padamu dan bahkan menangis di depanmu, Tuan. Aku tidak pernah mau menangis di depan Daddy, karena hal itu pasti akan membuatnya sedih,” Bianca tersenyum sambil mengusap sisa air di ujung matanya.

“Kamu bisa menceritakan apapun padaku, bukankah kita berteman?” Kata Alessandro.

“Ya, kita berteman. Tapi jangan pernah beritahukan rahasiaku pada Daddy.”

“Aku berjanji.”

Mereka pun melanjutkan siang itu dengan makan bersama sambil terus berbincang. Semakin hari, Alessandro dan Bianca semakin dekat, hingga mungkin mereka tak menyadari bahwa mereka membutuhkan satu sama lain.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Naura Kamila

Naura Kamila

senjata makan tuan nanti km AL

2023-12-03

2

Pramita K

Pramita K

abis itu al bucin deh 🤭😁

2022-06-14

0

Instagram @AlanaNourah

Instagram @AlanaNourah

uhukk

2022-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!