11 tahun kemudian,
Seorang anak perempuan sedang berlari ke sana kemari. Ia begitu senang bermain air dan pasir.
“Dad, apa yang sedang Dad buat?”
“Dad sedang membuat sebuah kalung, sayang. Lihatlah, apa kamu menyukainya?”
“Ini cantik sekali. Apa Daddy bisa membuatkan 1 lagi?”
“Apa kamu menginginkannya lagi?”
“Ya, aku akan menyimpannya untuk adik bayi,” gadis kecil yang kini mulai beranjak remaja tersenyum.
Dari kejauhan, seorang wanita dengan perut yang sudah membesar memanggil mereka, “Dad, mommy memanggil kita.”
“Baiklah, ayo kita ke sana.”
“Daddy duluan saja. Aku akan mengambil sandalku dulu di sebelah sana.”
“Baiklah, sayang. Jangan lama-lama, Mommy sudah menunggu kita.”
“Okay, Dad. Siap!!” Gadis itu meletakkan tangannya di dekat keningnya seperti sedang memberi hormat.
Gadis kecil itu berjalan menjauh dari villa yang ditempati oleh keluarganya. Ia menyusuri pinggir pantai sambil mengingat-ingat di mana tadi ia meletakkan sandalnya. Ia tidak menyadari bahwa ia sudah berjalan terlalu jauh.
“Aduhh!!” Pekiknya karena tiba-tiba saja ia terjatuh. Air laut sepertinya semakin meninggi karena hari sudah mulai beranjak sore dan bulan yang begitu bulat akan kembali muncul di langit.
“Apa kamu tidak apa-apa?”
“Hi Uncle!” sapa gadis kecil itu sambil membersihkan kakinya yang terkena banyak pasir.
Pria itu membantu gadis kecil untuk bangun dan membersihkan pakaian serta kakinya yang terkena pasir dan air laut, “terima kasih, Uncle”
“Lain kali berhati-hatilah,” ucap pria itu sambil tersenyum dan mengusap rambut gadis kecil itu. Gadis itu tidak mendapatkan sandalnya, mungkin sudah terbawa oleh ombak, demikian pikirnya. Ia pun langsung ingin berlari kembali menuju villa, namun langkahnya terhenti dan ia berbalik menghampiri pria yang menolongnya.
“Uncle!” Panggilnya.
“Ya.”
“Ini untuk Uncle. Terima kasih karena sudah menolongku,” ia memasangkan kalung kerang buatan daddynya kemudian mengecup pipi pria itu.
“Sampai jumpa lagi, Uncle,” gadis kecil itu berlari kembali menuju villanya, sambil melambaikan tangan.
“Anak itu lucu sekali, apalagi dengan matanya yang terlihat begitu jernih. Mata biru yang memberikan kebahagiaan, seperti langit dan air laut,” pria itu merentangkan tangannya lebar-lebar sambil menghirup dalam-dalam udara di sana, kemudian memegang kalung kerangnya sambil tersenyum.
**
7 tahun selanjutnya,
“Dad! Selamat pagi!” Teriakan ceria dari seorang gadis yang hari ini tepat berusia 17 tahun.
“Pagi, sayang,” Raymond mengecup pipi putri kesayangannya itu.
“Apa Daddy akan pergi ke kantor hari ini?” Tanya Bianca.
“Tentu saja, sayang. Apa kamu mau ikut dengan Daddy?”
“Tidak, Dad. Hari ini aku akan mempersiapkan ulang tahunku dengan luar biasa. Daddy jangan terlambat ya pulang nanti.”
“Hmm … mana mungkin Daddy melupakan ulang tahun putri kesayangan Daddy,” Bianca pun mengecup pipi Raymond sebelum pergi meninggalkan Mansion Costa.
Raymond melihat kepergian Bianca, ia menarik nafasnya pelan. Masih bisa Raymond rasakan kesepian dan kekosongan di dalam hatinya setelah kepergian istri tercintanya 7 tahun yang lalu.
Flashback on
“Dad!” Teriak Bianca ketika ia menemukan Mommynya tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari pangkal pahanya. Raymond yang baru saja memasukkan barang-barang milik mereka ke dalam bagasi mobil, langsung berlari ketika mendengar teriakan Bianca.
Wajah Raymond langsung memucat ketika melihat keadaan Amadea, istri tercintanya. Ia langsung mengangkat tubuh Dea dan membawanya ke dalam mobil. Ia meletakkan Dea di kursi penumpang, masih dengan keadaan tak sadarkan diri. Raymond juga langsung memasangkan seatbelt untuk Bianca yang duduk di sampingnya.
Raymond memang pergi berlibur hanya bersama dengan keluarganya, tanpa membawa supir, asisten ataupun pengawal. Ia hanya ingin merasakan kebersamaan dengan keluarganya, sesuai dengan permintaan istrinya.
“Sayang, bagaimana kalau kita menginap di villa resort kita yang ada di pantai. Tapi jangan membawa siapapun, hanya kita. Aku ingin membuat kenangan kita bersama di sana.”
Raymond menyetir dengan kecepatan tinggi, membuat Bianca terus berpegangan pada seatbelt yang melintang di tubuhnya.
Sesampainya mereka di rumah sakit, Raymond langsung menggendong Dea dan meminta perawatan terbaik. Ia hanya bisa berdiri di depan ruang ICU dengan perasaan cemas sambil terus menggandeng putrinya, Bianca Amadea Costa.
Perasaannya langsung hancur berkeping-keping ketika Dokter menyatakan bahwa istrinya tak bisa diselamatkan, begitu juga dengan bayi yang sedang dikandung oleh Dea. Saat itu Dea sudah memasuki trimester terakhir, hanya tinggal menghitung minggu sampai mereka bertemu dengan buah hati kedua mereka. Namun, berita yang ia dapatkan justru terbalik. Ia kehilangan 2 orang yang sangat ia cintai, istrinya dan anak ke dua mereka.
Sejak saat itu, Raymond hanya memusatkan perhatiannya kepada pekerjaan dan juga mengurus Bianca. Ia selalu merasa melihat diri Dea pada diri Bianca. Wajah mereka hampir serupa, hanya saja Bianca memiliki warna biru pada matanya, mengikuti dirinya.
Raymond tak pernah lagi membuka hatinya untuk wanita manapun. Ia terlalu mencintai Amadea. Mereka bahkan menikah saat usia mereka masih 17 tahun, karena Raymond tak ingin kehilangan Amadea.
Flashback off
**
Sebuah cafe telah dihias dengan begitu apik. Konsep yang diusung hanyalah kesederhanaan. Bianca sangat tahu bahwa Raymond tidak menyukai sesuaty yang berlebihan dan ia sangat menghargai Daddynya itu.
Bianca sering melihat Raymond termenung sendiri di taman belakang mansion mereka. Ia juga tahu bahwa Daddynya sangat kesepian sejak Mommynya meninggal 7 tahun yang lalu. Bianca selalu berusaha untuk membuat Raymond tersenyum, karena ia tak ingin Raymond melamun dan bersedih.
Teman-teman Bianca berdatangan ke cafe tersebut. Kaca besar di sebelah kiri yang langsung berbatasan dengan trotoar membuat suasana menjadi begitu santai. Beberapa pot tanaman diletakkan di bagian kanan, menciptakan kesan natural dan homey (nyaman seperti rumah).
Raymond datang beberapa saat sebelum acara dimulai, “Dad!” Bianca yang menggunakan dress berwarna hijau tosca berjalan menghampiri Raymond.”
Acara berlangsung dengan sangat meriah meskipun hanya dilakukan secara sederhana. Beberapa permainan dilakukan dan memberikan kesan mendalam bagi Bianca karena tahun ini, Raymond turut serta dalam beberapa permainan yang disiapkan.
“Bi, Daddymu itu masih tampan sekali. Mungkin jika ia berjalan sendiri, aku pasti menganggap ia masih single,” kata seorang teman Bianca.
“Tentu saja. Daddyku masih sangat muda. Ia masih berusia 17 tahun saat menikah dengan Mommyku,” Bianca tersenyum sambil melihat ke arah Raymond yang memang terlihat sangat tampan dan gagah.
“Wow, hot daddy!” Teman-teman Bianca begitu terpesona melihat Raymond.
Sementara itu di samping cafe tersebut, sebuah toko bunga tengah kedatangan seorang pria yang terkenal dengan kesuksesannya, karena bisa membangun perusahaannya kembali setelah sebelumnya hampir saja bangkrut, dialah Alessandro Romano.
Ia keluar dari toko bunga sambil membawa sebuket bunga tulip oranye yang memiliki makna kebahagiaan dan kehangatan, keberuntungan, serta optimisme. Alessandro berjalan menuju mobil miliknya, ia menoleh ke arah cafe yang begitu ramai di dalamnya, padahal saat itu masih jam 6 sore. Matanya menangkap sosok pria yang sudah lama tak ia temui …
Raymond?
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
3sna
trjwb sudh umur mrk kira2 34an
2024-08-13
0
3sna
al rmj 17th trus 11th kemudian ray udh pny anak lonct lg 7th,anak ray umur 17,,umur brp mereka???
2024-08-13
0
Lhenyy suryhaa
mungkinkah Bianca jodohnya Al...
2022-03-25
2