Suasana hati Alessandro begitu kacau sejak ia melihat Raymond. Di kepalanya terasa kembali berputar ingatan 18 tahun yang lalu. Pengkhianatan sahabatnya itu begitu membekas di hatinya karena ia begitu mengenal Raymond sedari mereka kecil.
Ketika kembali melihat, rasa benci dan dendam yang ada di dalam hati Alessandro seperti kembali ke permukaan. Ia masih mengingat bagaimana Raymond tersenyum dan tertawa saat di cafe tadi, sementara dirinya merasa kosong dan sulit sekali untuk tersenyum.
Alessandro mengepalkan tangannya, “Aku tak akan membiarkanmu bahagia di atas semua penderitaan yang telah kamu berikan padaku. Apa saat ini kamu sudah bahagia bersama Aurora?”
Alessandro mungkin tak akan merasa terlalu menderita jika Aurora bersama pria lain, tapi ia bersama dengan Raymond, sahabatnya. Hal itulah yang sangat menyakiti hati Alessandro.
Alessandro mengambil ponselnya, kemudian menghubungi Javer Rossi, asisten pribadinya. Usia Javer tak terpaut jauh dengannya, hanya berbeda 4 tahun saja.
“Iya Al?”
“Cari informasi mengenai Raymond Costa. Aku ingin semuanya sudah ada di atas mejaku besok pagi,” Alessandro memutus sambungan ponselnya kemudian menerawang, mengingat kenangannya dulu.
**
“Kamu bahagia, sayang?”
“Tentu saja, Dad. Bagaimana aku tidak bahagia, Daddyku adalah Daddy terbaik di dunia ini … muahhh,” Bianca mengecup pipi Raymond.
“Kamu mau pergi kemana, sayang?”
“Aku mau latihan bela diri dulu, Dad,” Bianca tersenyum dan memamerkan deretan giginya yang berbaris rapi.
“Lalu, bagaimana persiapan kuliahmu?” Tanya Raymond.
“Tenang, Dad. Aku sudah mengambil jurusan manajemen bisnis. Aku akan mengikuti jejak Daddy menjadi seorang pebisnis yang sukses. Bulan depan perkuliahan baru akan dimulai,” Bianca menjelaskan panjang lebar kepada Raymond.
“Pilihlah apa yang kamu sukai, Bi. Daddy tak akan memaksamu mengambil jurusan bisnis.”
“Aku tidak terpaksa, Dad. Aku akan menyukai apapun yang Dad sukai. Aku pergi dulu ya, teman-teman pasti sudah menungguku di sana,” Bianca pun pergi bersama dengan supir. Raymond belum mengijinkan Bianca membawa mobil sendiri karena ia masih dalam tahap belajar.
Sementara itu di sebuah gedung perkantoran yang berada di pusat kota Roma,
“Ini informasi yang kamu minta, Al,” Javer menyerahkan sebuah map berwarna hitam kepada Alessandro.
“Terima kasih.”
“Apa kamu berencana bekerja sama dengan perusahaan Costa? Kudengar mereka sedang membuka kerja sama besar-besaran,” Javer membetulkan letak kacamatanya dengan menyentuh bagian tengah yang sudah menjadi kebiasaannya.
“Aku belum tahu,” Alessandro membuka map berwarna hitam tersebut dan mulai membacanya, sementara Javer keluar dari ruangan untuk kembali bekerja.
Raymond dan Amadea Costa. Dea … kamu masih bisa menerima Raymond sebagai suamimu, padahal ia sudah mengkhianatimu. Apa jangan jangan Raymond tak pernah memberitahumu bahwa ia pernah berselingkuh di belakangmu?
Status Raymond yang seorang duda dan single parent, cukup mengagetkan Alessandro. Namun, ia merasa mantan sahabatnya itu pantas untuk mendapatkannya karena telah mengkhianati dirinya dan mungkin saja menyembunyikan kenyataan ini dari Dea.
Alessandro melihat selembar foto, di mana terlihat Raymond bersama dengan seorang gadis remaja.
Deg …
Tiba-tiba jantung Al berdetak dengan cepat saat menatap mata biru yang dimiliki oleh putri Raymond. Ia menarik sesuatu dari balik kerah kemejanya, sebuah kalung dengan kerang sebagai buahnya.
Al tersenyum mengingat seorang gadis kecil dengan warna mata yang sama yang pertama kali membuatnya tersenyum setelah lebih dari 10 tahun ia harus hidup dalam kekosongan.
Mata biru yang begitu jernih mengingatkannya pada pantai dan laut, yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Ia menutup map hitam tersebut, kemudian berjalan menuju jendela besar yang ada di sebelah kiri ruangannya. Ia memandang Kota Roma dari ketinggian, mengingat sebagian kenangannya yang tersimpan di kota ini, kota yang penuh dengan luka.
Aku akan menghancurkanmu, Ray, seperti dirimu menghancurkanku. Tapi ini pasti akan lebih menyakitkan bagimu. Batin Alessandro.
**
“Hi!” Sapa Bianca.
“Kak Bian!” Teriak beberapa anak yang usianya lebih muda dari Bianca.
Saat ini, Bianca berada di sebuah sasana yang digunakan untuk latihan bela diri. Di sana, ada beberapa jenis bela diri yang bisa ia pilih. Namun, Bianca hanya memilih 3 di antaranya, yakni karate, muay thay, dan juga krav maga.
Bianca memilih karate karena merupakan salah satu ilmu dengan gerakan yang paling dinamis. Ia bisa mengkordinasikan antara pikiran dan tubuh sehingga tubuh dapat mengeluarkan kekuatan yang kebih untuk menjatuhkan lawan.
Untuk Muay Thai, sebenarnya Bianca hanya ikut-ikutan saja karena saat itu bela diri jenus itu sedang digemari berbagai kalangan. Namun seiring berjalannya waktu, ia memperdalam ilmu bela diri ini karena memperkuat siku dan lutut, sehingga bisa mengakibatkan cedera lebih signifikan pada lawan.
Sedangkan Krav Maga adalah bela diri kekinian yang sangat praktis, tujuannya hanya untuk mencederai kawan serta melucuti senjata yang digunakannya.
Bianca sengaja mempelajari ilmu bela diri awalnya untuk mengalihkan perhatian dan pikirannya yang selalu saja tertuju pada Mommynya. Namun, seuring berjalannya waktu, ia ingin melindungi dirinya serta Daddynya. Ia mulai menekuni bela diri sejak berusia 11 tahun, tepat 1 tahun setelah kepergian Mommynya, Amadea.
“Bian!” sapa Bruno yang merupakan temannya di sasana tersebut. Bruno adalah teman latihannya dalam mempelajari Muay Thai.
“Kak,” Bianca membalas sapaan Bruno sambil meletakkan tas jinjingnya yang berisi minuman dan keperluan latihan.
Bianca berlatih sekitar 2 hingga 3 jam setiap kali datang ke tempat itu. Ia hanya datang di hari Sabtu dan Minggu jika sedang tidak ada keperluan lain.
Ia merentangkan kakinya dan menggoyangkannya perlahan setelah selesai berlatih. Ia selalu melakukan hal tersebut agar otot-otot kakinya tidak terasa kaku.
Bughhh bughh bughh …
Terdengar suara pukulan bertubi-tubi. Bianca yang tertarik pun bangkit dari duduknya. Ia melihat ke arah ruangan yang khusus digunakan untuk mempelajari tinju dan juga kickboxing.
Bianca memperhatikan seorang pria dengan tubuh yang tinggi dan sepertinya berhasil membentuk otot-otot perutnya sedemikian rupa. Matanya begitu berbinar memperhatikan latihan itu.
“Bi, Bian … Bianca!”panggul Bruno untuk ke tiga kalinya. Hal itu membuat Bianca kaget dan berbalik.
“Apa yang sedang kamu perhatikan, hmmm …,” gida Bruno sambil memainkan alisnya naik turun.
“Aku sedang memperhatikan latihan kickbocing,” jawab Bianca.
“Latihannya atau orang tang melakukannya?” Bruno kembali menggoda Bianca.
“Memangnya kamu mengenalnya, Kak?”
“Hmmm, dia baru beberapa kali kemari. Ia hanya menggunakan ruangan khusus itu sejak datang. Bahkan ia meminta seorang trainer khusus dengan bayaran termahal.”
“Apa dia akan mengikuti kejuaraan hingga harus mendatangkan trainer khusus?” Tanya Bianca ingin tahu.
“Aku kurang tahu, Bi. Kalau kamu mau, masuklah dan berkenalan dengannya. Tapi aku tidak bertanggung jawab jika nanti kamu diusir olehnya,” Bruno terkekeh.
“Apa dia pernah mengusir seseorang?”
“Hmmm, ia tak suka ada yang masuk ke ruangan itu saat ia menggunakannya. Hanya trainer khusus itu yang boleh masuk. Baiklah, aku pergi dulu, Bi. Aku harus melatih di tempat lain.”
“Baik, Kak. Sampai jumpa!”
Setelah Bruno pergi, Bianca ingin melihat kembali ke ruangan khusus itu. Namun, ia kaget saat pria itu sudah berada tepat di belakangnya. Ketika ia memutar tubuhnya, ia hanya tersenyum menampilkan deretan giginya, seperti seseorang tang tertangkap basah.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Pramita K
thank you kak dpt ilmu baru tentang bela diri 👍👍
2022-06-14
0
Instagram @AlanaNourah
jgn bilang al ngincer bian
2022-03-12
1
Eni Purwanti
wah si Al sengaja mendekati bian...
2022-03-06
2