Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 terdengar suara ribut dari lantai satu. Freeya juga telah selesai bersiap, tapi ia ragu apakah langsung turun ke bawah atau bagaimana, takutnya ia kena teguran dari ibunya.
Beberapa menit berlalu dalam kebingungan akhirnya kamar Freeya diketok dengan tidak sabaran. Ini pasti ibu pikirnya
Freeya membuka pinta dan ibu langsung melihat penampilannya." Apa-apaan dengan muka kamu itu, ibu kan sudah bilang jangan jadi gembel kenapa wajah kamu itu masih dekil?" Sembur ibunya disertai pelototan yang agak mengerikan menurut Freeya.
Ibu Freeya kemudian menarik anaknya kembali memasuki kamar dan merias wajah Freeya sesuai keinginannya. Tidak buruk juga hanya saja lipstik yang ibunya gunakan untuk Freeya merah yang justru membuatnya terlihat seksi. Freeya mau protes tetapi takut kena semprot lagi. Setelahnya mereka turun dengan bergandengan tangan. Hati Freeya menghangat seketika bahkan air dipelupuk matanya hampir saja jatuh. Setelah sekian lama akhirnya ia dapat menggenggam tangan ibunya kembali.
Seandainya bisa ia ingin memeluk tubuh wanita paruh baya ini tapi dia tidak punya keberanian lebih. Menggenggam tangannya saja sudah sangat luar biasa baginya. Terhitung setelah Freeya duduk di bangku SMP ia mulai merasakan ketidakadilan dirumahnya.
Ayahnya yang sibuk jarang dirumah, ketika dirumahpun yang menjadi tempat bercandanya hanya Jennie. Sedangkan ibunya tidak pernah memperlakukannya sehangat memperlakukan Jennie. Ada ruang kosong dalam hatinya yang kadang ingin di isi oleh kehangatan sebuah keluarga tetapi ruang itu masih belum terisi. Terisi pun karena sesuatu yang kadang menyesakkan.
Setelah sampai dilantai bawah, Freeya melihat ayahnya ternyata sudah ada di ruang tamu bersama dengan teman ibunya.
"Freeya sini nak, kenalan sama teman ayah dan ibu dulu" Panggil ayahnya
Freeya pun maju mencium tangan dua orang paruh baya yang menatapnya dengan senyuman
"Hallo om, Tante saya Freeya"
"Hallo sayang kenalin saya Amanda dan ini suami saya om Wibowo".
Freeya kembali duduk di samping ayahnya yang masih kosong
"Oh, iya Jeng anak kamu yang kedua itu mana,kok nggak ikut gabung?"
"Iya jeng,biasa dia masih di kampus katanya, ada kegiatan tiga hari ini jadi belum bisa gabung". Dibalas anggukan oleh ibu Manda
"Anakmu mana jeng, nggak bisa datang?" Tanya ibu Freeya
"Datang kok, cuma katanya agak lambat soalnya tadi katanya ada meeting diluar".
Mereka mengobrol dan tak lama terdengar suara mobil diluar.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab serempak penghuni ruang tamu
"Sini nak, kenalan sama yang punya rumah dulu"
"Sore om Tante,maaf saya lancang langsung masuk tadi"
"Nggak papa anggap rumah sendiri nak" Jawab ayah Freeya
"Kenalin saya Axel om tante"
"Salam kenal ya Axel, ternyata kamu ganteng banget ya, lebih ganteng dari potonya".Kata mama Freeya yang hanya dibalas senyum singkat dari Axel.
"Ehh hampir lupa, Axel kenalin ini anak pertama Tante namanya Freeya"
Freeya dan Kai hanya bersalaman dengan begitu singkat.
Setelah perkenalan singkat antara Freeya dan Kai. Mereka kemudian memutuskan untuk makan sebelum kembali membahas rencana pertemuan sore tadi yang sampai sekarang belum diketahui Freeya.
Setelah makan mereka kembali ke ruang tamu.
Setelah beberapa saat duduk pak Wibowo mulai membuka suara.
"Jadi begini mungkin di sini yang belum tau tentang maksud pertemuan ini cuma nak Freeya, karena Axel sendiri sudah setuju. Nak Freeya kan udah lulus kuliah yang diangguki Freeya. Jadi maksud om dan keluarga datang ke sini ingin melamar nak Freeya untuk anak kami Axel".
Seakan disambar petir di siang bolong, Freeya langsung saja kaku, kaget tentu saja. Tanpa aba-aba dan pemberitaun dari keluarganya, tiba-tiba ada kata lamaran yang sampai ditelinganya langsung.
Freeya melihat ke arah ayahnya seakan bertanya ada apa sebenarnya yang hanya di angguki ayahnya, kemudian melirik ibunya dan dibalas tatapan intimidasi dari ibunya seakan mengatakan untuk jangan berbuat macam-macam dan harus mengatakan iya.
Freeya kemudian melirik Axel dan hanya dibalas dengan tatapan tajam darinya yang membuat keberanian Freeya seketika menciut
"Maaf sebelumnya om, saya memang belum dengar apa-apa, apa ada alasan tentang lamaran ini om? Karena jujur saya juga kaget terlebih saya,,MMM mohon maaf sebelumnya saya baru mengenal keluarga om"
Kemudian ayah Axel menjawab segala pertanyaan Freeya. "Kamu mungkin baru mengenal kami atau mungkin saja kamu lupa, tapi sebenarnya saya dan istri saya sudah lama mengenal kamu semasa kecil. Saya sangat menyukai pembawaan kamu dari kecil dan kebahagiaan sederhana yang kamu ciptakan, dan maaf sebelumnya om bahkan beberapa kali mencari informasi kamu ketika beranjak dewasa, karena sedari dulu om yakin untuk menjodohkan kamu dengan anak om. Dan ketika kamu sudah lulus, om beranikan diri untuk bicara sama ayah kamu yang kebetulan kerja di perusahaan om".
Freeya bingung mendengar penjelasan om Wibowo, tentu saja ia sangat ingin menolak, Freeya akui seorang Axel memang sangat gagah dengan bibir yang sangat seksi dan mata yang sangat tajam sangat cocok melekat diwajahnya. Tapi kembali lagi mereka baru saja saling mengenal itupun hanya sebatas nama. Menjalin hubungan yang serius sama sekali belum ada dalam benak Freeya terlebih selama ini ia belum pernah pacaran. Ia tidak tau bagaimana berhadapan dengan lawan jenis, kecuali dengan Adelio sahabat laki-laki dan satu satunya.
"Kalau boleh Freeya ingin meminta waktu om, jujur Freeya bingung apalagi ini bukan hubungan yang bisa selesai begitu saja"
"Cih berani sekali dia menolak ku, tapi baguslah setidaknya kalau aku tidak bisa menolak kemungkinan dia bisa meminta pertimbangan dari orang tuanya, tapi mana mungkin mereka melewatkan kesempatan ini, mereka sangat keliatan seperti keluarga mata duitan". Ucap Axel dalam hati
"Baiklah om akan berikan waktu kamu satu minggu ini . Om harap jawaban kamu nantinya tidak mengecewakan keluarga om dan keluargamu".Freeya pun mengangguk tanda menyanggupi waktu yang diberikan itu.
"Maaf om,apa boleh Axel berbicara sebentar dengan Freeya".
"Oh silahkan nak, kalian ke taman belakang saja, di sana sangat nyaman untuk bercerita ".
Axel kemudian melirik Freeya untuk segera beranjak di ikuti dirinya.
Mereka duduk di gazebo dan saling berhadapan yang hanya dibatasi meja kecil.
"Gue nggak mau basa basi, gue nggak kenal sama Lo dan tiba-tiba orang tua gue ingin Lo jadi istri gue. Cih pemikiran yang sangat kolot. Gue nggak bisa untuk menolak perintah bokap gue karena di ancam. Jadi gue harap Lo Freeya menolak lamaran ini. Gue udah punya kekasih, kecuali kalau Lo memang suka menjadi orang ketiga".
"Maaf Axel aku juga nggak tau apa-apa tentang ini karena semuanya tiba-tiba. Tapi kamu tenang aja aku akan berusaha menolak. Lagipula aku tidak senang berada di antara hubungan orang".
"Baguslah kalau Lo ngerti. Gue harap niat orang tua Lo yang menjodohkan Kita karena harta hanya pikiran gue semata. Gue pegang janji Lo".
Freeya terdiam mendengar ucapan Axel. Apa benar orang tuanya menjodohkannya karena uang semata. Tapi pikiran itu langsung di tepis Freeya, karena selama ini kehidupan keluarganya setidaknya melebihi kata cukup.
Mereka kemudian kembali masuk ke rumah dengan pikiran masing-masing. Setelah keluarga Wibowo pulang. Terjadi keheningan di dalam ruang tamu. Ibu menatap Freeya seakan ingin meluapkan emosi sedangkan ayahnya hanya diam saja seakan menyerahkan semua kepada istrinya.
"Kamu apa-apaan minta waktu segala, kamu hanya langsung mengatakan iya dan semuanya selesai. Bisa tidak sekali saja jangan membuat saya emosi. Anak tidak tahu diri".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ardianto Wily Ersi
pertama ceritain Geena terus slnjutnya malah Freya?
2022-12-23
0
Ardianto Wily Ersi
jadi ini komik nya Geena apa freya ya?
2022-12-23
0