"Jadi Bagaimana apa kau setuju dengan pernikahan ini?"
Brigitta hanya bisa menganggukan kepala sambil tersenyum paksa.
"Mari makan dulu. Mungkin kau sudah lapar. Jasson pasti akan lama jadi kita makan duluan saja!" Kata Janes setelah tadi Alvaro membisikkan kalau jasson tidak akan datang.
Setelah makan Janes mengajak Gita duduk di ruang utama.
Gita sedikit was was dan Canggung berada disana.
"Jangan terlalu tegang saya tidak sejahat seperti yang kau pikirkan. Saya calon mertuamu, mana mungkin saya mencelakakan calon menantu ku."
Gita hanya tersenyum sambil memandangi ruangan tersebut. Matanya terhenti saat melihat foto keluarga yang tergantung di dinding ruangan tersebut.
Dia melihat 5 orang berada di foto. Seorang wanita cantik yang sudah lanjut usia duduk di kursi. Di belakang nya ada laki laki muda tampan menggandeng seorang wanita cantik dan diantara mereka ada sepasang suami istri.
Melihat itu Janes berdiri dan mendekat ke arah foto.
"Kemari lah!"
Dengan cepat Gita berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat.
"Ini foto 10 tahun yang lalu. Ini Almarhum ibu. Tepatnya Omanya Jasson." Tunjuk nya pada wanita yang duduk di kursi.
"Ini Jasson dan Morisa mereka anak kebanggaan kami."
Tunjuk Nya pada laki laki tampan dan gadis cantik.
"Dan ini saya waktu itu saya masih muda dan tampan bukan? Sekarang sudah Tua berkeriput." Gita menatap pria yang disampingnya.
Keriput apanya? Wajahnya terawat dan masih terlihat muda.
"Dan ini istri saya. Saya sangat mencintai nya."
"Dimana mereka Tuan? Sedari tadi aku tidak melihat mereka." Brigitta memberanikan diri lalu memalingkan wajahnya menatap kembali pada foto tersebut.
"Jangan panggil Tuan. Sebentar lagi saya akan menjadi mertuamu panggil papa saja. Kau mengerti!"
"Baik Pa." Sangat mudah tapi sedikit bergetar.
"Morisa saat ini sedang kuliah di negara B satu tahun lagi dia akan menyelesaikan kuliahnya. Dan Istri saya Dia, em dia berada di kamarnya."
"Di kamarnya?" Brigitta keceplosan dan langsung menutup mulutnya.
"Hem, dia sedang sakit. Sudah 4 tahun dia dirawat. Tidak pernah keluar mansion lagi."
Brigitta jadi merasa sedih. Entahlah jika seseorang merasa sedih akan seseorang yang dicintai, Brigitta serasa teringat pada Ayah Bundanya orang yang sangat ia cintai.
"Apa kau ingin menemuinya?"
Brigitta dengan cepat menatap Janes.
Dia jadi tidak enak hati sudah mengatakan itu.
Karena tidak ada respon akhirnya Janes mengajak Gita ke kamar Istrinya.
Gita terkejut dan menutup mulutnya. Wanita cantik pucat berbaring lemah di atas tempat tidur dengan infus melekat di tangganya.
"Sayang..."
Wanita itu membuka matanya.
"Hem." Katanya sabil tersenyum.
"Lihat siapa yang aku bawa untuk mu." Janes menyuruh Gita untuk mendekat.
"Siapa dia Pa? Cantik sekali."
Brigitta tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
"Dia calon mantu kita. Cantik bukan? Apa kau suka?"
"Hem, sini nak mendekat lah aku ingin menyentuh pipi yang manis itu."
Janes berdiri dan membiarkan Gita mengambil posisinya.
"Imut sekali. Siapa namamu?
Brigitta Bu."
"Nama yang bagus coba panggil Mama pasti akan lebih bagus."
Gita menatap Janes seperti menayangkan apa maksud nya.
"Panggil isteri saya dengan sebutan Mama." Katanya sambil tersenyum.
Brigitta menatap kembali wanita di depannya.
"Namaku Brigitta M-a." Ucapnya gugup
"Manis sekali. Kenapa kamu begitu cantik. Aku jadi merindukan Morisa."
"Sayang, aku pergi dulu. Kalian bicara saja. Tapi ingat jangan lama lama. Kamu harus banyak istirahat. Brigitta tolong jaga mama ya!"
"Iya Tu- ia Pa." Jawabnya sambil tersenyum.
Janes akhirnya pergi dan menugaskan satu asisten untuk berjaga di depan pintu.
Setelah bercerita banyak akhirnya Monika tertidur sangking asiknya mendengar setiap ucapan Brigitta.
Gita pun akhirnya keluar kamar dan segera asisten tadi mengikuti Gita dan menghantar nya sampai di depan pintu mobil.
"Nona masuklah Anda akan di antar sampai rumah dengan selamat."
Tanpa ber basa-basi Gita masuk dan benar saja di dalam sudah ada supir yang langsung menyalakan mobilnya.
Selama di perjalanan Gita memikirkan semua ucapan calon mama mertuanya itu.
Tak terbayangkan senyuman indah terpancar dari wajahnya.
"Sudah lama sekali aku tidak merasakan kebahagian ini. Bunda lihat lah ada wanita seperti dirimu. Baik dan mudah senyum."
"Apa pernikahan ini tidak seperti yang kubayangkan? Apa pernikahan ini adalah kebahagiaan? Kuharap pernikahan ini adalah kebahagiaan."
Gita mengingat ucapan mertuanya, 'Jasson anak yang baik dan penyayang. Dia anak yang perhatian' Kalimat itu membuat Gita tidak sabar untuk melihat secara langsung bagaimana sosok jasson itu.
...
"Bagaimana Lico. Apa acara untuk besok sudah dibatalkan?"
Lico sedikit menunduk selama ini dia tidak melakukan apapun untuk menggagalkan pernikahan. Karena setiap Lico menghampiri Gita, dia selalu di jaga oleh asisten Janes secara diam diam.
"Kenapa kamu diam. Apa kau tidak mendengarkan ku bicara?"
"Maaf Tuan aku.."
"Apa, Maaf? Kenapa ada kata itu. Apa kau tidak bisa mengurus satu gadis saja?"
Bruk...
Pukulan pada meja tersebut bergema di dalam ruangan.
"Tuan tenang lah saya akan jelaskan. Asisten Tuan besar sangat banyak
Saya tidak bisa masuk untuk menggertak nona. Semua sudah dibawah kendali Tuan Janes."
"Dasar tidak becus! Kenapa tidak memberi tahuku? Besok adalah hari H gimana caranya menyelesaikan ini semua hu? Dasar tidak berguna!" Jasson keluar sambil membanting pintu dengan sangat keras.
Dengan cepat Lico mengejar Tuannya yang sedang mengamuk.
"Tuan Anda mau kemana?" Tanya Lico menghentikan gerakan Jasson saat memegang handle mobil.
"Mencari gadis murahan itu?"
"Memang nya anda tahu dimana nona?"
"Dia ada dimana?" Eh malah..
"Dia sedang bekerja Tuan."
"Dimana?"
"Tuan tenang kan diri anda dulu saya akan menghantar anda kesanah. Bila perlu saya akan membawanya kesini. Tapi jangan seperti ini. Bayak mata mata dari Tuan Janes. Sangat sulit untuk bertemu gadis itu."
Kini Jasson melihat sekeliling dan benar saja dibalik sana ada beberapa pria yang me mata-matai nya.
"Apa papa sudah gila?" Jasson mengambil handphone dari saku celana.
"Halo Pa."
("....")
"Biarkan Lico menjemput calon istri ku. Aku ingin bicara dengannya."
("...")
"Papa tenang saja aku tidak akan macam macam."
("....")
"Papa kenapa, aku hanya ingin berkenalan dengan nya. Bukan kah besok aku akan menikahinya?"
("....")
"Baik."
Jasson membuka pintu mobilnya.
"Tuan anda mau kemana?"
"Bawa gadis itu ke apartemen. Aku akan menunggu disana."
"Tapi Tuan."
"Jangan banyak bicara, lakukan saja perintah ku!! Papa mengizinkannya. Tidak ada mata mata lagi. Cepat pergilah!!"
"Baik tuan." Lico menundukkan kepalanya Sampai mobil Jasson tidak terlihat lagi.
Sebenarnya apa yang anda rencanakan Tuan?
"Kenapa kesini Tuan? Bukannya kita akan bertemu dengan Papa Janes?"
"Nona akan bertemu dengan Tuan Jasson. Mari ikut dengan saya."
Benarkah apa aku akan bertemu dengannya sekarang? Seperti apa dia?
Gita tersenyum mengikuti langkah kaki pria yang tidak dikenalinya. Tadinya pria itu memaksa untuk ikut dengannya.
Sebelumnya ia mengatakan bahwa Tuan Janes yang mencari nya tapi setelah sampai tujuan malah berkata kalau calon suaminya yang akan menemuinya.
Kini Brigitta duduk di sofa ruangan utama apartemen tersebut.
Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat dari arah belakang.
Sontak Gita berdiri dan membalikkan badannya menatap pria tampan yang kini berjalan mendekat ke arahnya.
Tersenyum
Tampan dan gagah sekali. Sangat berbeda dengan yang difoto. Tapi kenapa tatapannya, wajahnya sangat menyeramkan seperti itu. Tidak sama seperti yang dikatakan mama monik.
Kini Jasson duduk di sofa sambil menatap gadis yang masih bengong menatap nya.
"Saya tau saya tampan, tapi jangan sampai aku melihat mata itu terus melotot!"
Brigitta menelan salivanya. Sungguh suara berat itu membuat nya merinding.
Brigitta hendak duduk kembali.
"Siapa yang menyuruh mu duduk. Tidak tau sopan santun!"
Gita segera menaikkan kepalanya menatap pria tersebut.
Astaga kenapa dia se menyeramkan ini?
"Kenapa? Kau berani menatap ku lagi?"
Kini Gita menundukkan kepalanya.
"Kemari!!"
Gita melangkah kan kakinya mendekat.
Kini jantungnya berdetak kencang sangking takutnya.
"Berlutut sekarang juga!"
Entahlah Gita tidak berpikir lagi langsung duduk di lantai tepat di depan kaki jasson.
Tangan jasson kini menarik dagu Gita
"Kenapa kau setuju menikah denganku hu?" Jasson sudah tau tapi dia ingin mendengar langsung dari orangnya.
"A- Aku terpaksa." Katanya tapi mata nya tak mampu untuk memandang orang di depannya.
"Terpaksa? Pandai bersandiwara." Jasson menghempas hingga Gita tersungkur di lantai.
Kini air mata lolos tanpa izin dari kelopak mata indah itu.
"Kau menagis? Aku baru memulai pemanasan kau sudah menagis? Cengeng." Kini jasson menatap lekat gadis yang tersungkur di lantai.
"Kau tau jika kau menikah denganku. Aku akan lebih kejam dari ini. Mungkin saja kulit mu yang mulus ini akan menjadi kasar, wajah mu yang putih ini akan hitam dan rambut mu ini akan menjadi kribo habis."
Jasson seolah olah membayangkan bagaimana semua itu akan terjadi. Sangatlah lucu pikirnya.
Brigitta kini merapikan posisinya dan berkata. "Kenapa anda kejam sekali?"
"Lico pertanyaan apa ini? Bahkan dia tidak mengenalku. Tapi dia dengan mudah mau menikah dengan ku."
Lico tersentak dan memandang Tuannya itu.
"Apa kau berani menikah denganku. Tiap hari aku akan menyakiti mu. Membuat air mata mu berhamburan sampai habis. Tiap hari aku akan meninggalkan bekas pukulan di tubuhmu. Apa kau mau?"
Masih dengan tertunduk Gita menggeleng gelengan kepalanya.
"Jadi sekarang apa mau mu? Apa kau masih mau menikah denganku!!"
Suara lantang itu bergema membuat dua orang yang berada disana seperti terseyat akan kata kata yang membuat terkejut.
Hening dan kini suara isak tangis sudah terdengar.
"Hei gadis bodoh apa kau mendengar saat aku bicara?"
Kini tangan Jasson mencekam kuat pipih Gita.
"Apa sesakit itu? Hingga kau tampak terlihat menyedihkan?" Jasson melepas cengkraman nya dan menatap Gita tajam.
"Lihat aku! Apaa kau ingin menikah denganku?"
Gita memberanikan diri menatap mata tajam itu.
"Ya, aku akan menikah dengan Anda."
Jawaban yang seketika membuat Lico panik namun Jasson malah menyeringai dengan mata menyepelekan.
"Lihat lah Lico, betapa rendahnya dia. Bahkan setelah aku menyakiti dan mengancamnya dia malah tetap akan menikah denganku." Kini Jasson mendekatkan wajahnya menatap Gita.
"Apa kau sungguh menggilai kekayaan keluarga ku. Samapi merelakan harga diri dan tubuhmu untuk disakiti. Cih betapa murahnya dirimu."
Kini jasson membenarkan posisi duduknya. Lalu menatap Gita.
"Jangan jangan selama ini kau sudah melakukan hal menjijikkan di luar sana. Menjual dirimu untuk uang dan setelah dirimu tidak bersih lagi kau berani mendekati keluarga ku. Hanya karena uang?
Apa orang tuamu mengajarkan mu melakukan hal itu?
Oh, atau orangtuamu mewarisi sifatnya untuk mu?"
Plak..
Tamparan yang membuat Lico terkejut bahkan jasson juga menatap tajam mata itu.
"Apa yang anda lakukan nona." Kata lico dari sebrang sana kini jantungnya tidak karuan.
"Apa kau tidak ingin hidup lagi? Lico lakukan tugas mu!" Sebelum Lico melangkah kan kakinya Brigitta langsung berdiri sambil merapikan pakaian dan rambutnya.
"Cukup ya! Aku sedari tadi menahan semua hinaan mu terhadap diriku. Tapi aku tidak akan diam jika kau menghina orang tua ku. Kau pikir sehebat apa dirimu hu?" Kini Gita sudah hampir kehabisan suaranya.
"Dengar baik baik jika bukan karena ancaman kakakku, aku juga tidak sudih menikah dengan pria angkuh seperti mu! Yang bicara tampa ada bukti yang jelas, yang bisanya mengarang tampa mengetahui yang sebenarnya. Kau..."
"Diam!!! ....
To be continued....
🍁 Jangan lupa like and komen ya guys 🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Isabella Huang
Gita...😘🤭👍🏻👍🏻👍🏻
2024-04-13
0
Stevani febri
ayoloh gita bar bar sedikit tak apa lah.. 🤭😁
2022-03-08
0
Adhe Nonha Cyantik Atawuwur
suka bangettt sama ceritanya
2022-03-01
0