Chapter 3: The Only Ones who Have Enemy is a Nation

Sudah lama semenjak kedamaian pergi dari dunia ini, mulai banyak orang yang mendambakannya kembali. Tak terkecuali para generasi muda yang terus dipaksa untuk mengabdi kepada negara mereka masing-masing

Mulai muncul demonstrasi besar di tiap-tiap negara yang berperang, dimana berakhir pada kekerasan oleh pihak pemerintah. Disisi lain, Germanica merupakan sebuah negara Demokrasi, bukan sebuah monarki seperti musuh-musuhnya

Sebuah sistem pemerintahan yang baru hadir saat revolusi dulu di Germanica. Dulu, Germanica merupakan salah satu kerajaan yang berdiri dari banyaknya kerajaan di benua Barat.

Lalu pada suatu saat, terjadi sebuah gelombang revolusi di seluruh benua karena munculnya ideologi baru ini, demokrasi. Beberapa negara besar pada akhirnya menyerah pada ideologi monarki lama mereka seperti Germanica dan Federasi Nonna, sementara Britannia mencapai kesepakatan pembagian kekuasaan antara Raja dan parlemen. Disisi lain, yang masih mempertahankan ideologi monarki mereka adalah Francia.

Revolusi besar yang terjadi kala itu membuat kedudukan raja Germanica saat lengser bersama kerajaannya.

Demokrasi, sebuah sistem pemerintahan baru yang dipilih untuk menggantikan sistem monarki saat itu oleh para petinggi revolusi. Ternyata sistem ini membuat negara Germanica lebih makmur lagi dan salah satu kekuatan dunia yang baru.

Melihat keadaan ini, Raja Britannia merancang sebuah cara untuk menghancurkan kekuatan baru tersebut. Ia menciptakan sebuah konspirasi besar yang berakhir pada perang tiada akhir ini

Bahkan ketika dia sudah meninggal, rencananya masih terus berjalan sesuai kehendaknya dan bawahannya

Britannia, merupakan musuh terkuat Germanica di lautan. Meski tidak berbatasan langsung dengan Germanica, Britannia merupakan kerajaan dengan angkatan laut terbaik di dunia

Setelah Britannia ada Francia, sebuah kerajaan yang berbatasan langsung dengan Germanica di Barat. Kerajaan ini sudah menjalani hubungan yang buruk dengan pendahulu Germanica sejak lama, mereka adalah bangsa yang tangguh di daratan

Meski beberapa kali dikalahkan pendahulu Germanica, mereka percaya dapat mengalahkan Germanica yang sekarang karena dinilai lemah. Apalagi dengan sistem Demokrasinya yang dianggap remeh oleh mereka karena mereka berhasil menghancurkan revolusi besar dulu, Francia yakin akan menang dalam perang ini bersama sekutu-sekutunya.

Dacia merupakan negara yang berada di Utara Germanica, kerajaan ini sudah menjadi kerajaan boneka Britania sejak lama. Raja mereka setuju untuk bersama Britania dan Francia melawan Germanica yang secara militer tidak memiliki sekutu

Yang terakhir adalah Federasi Nonna di Timur yang merupakan negara dengan wilayah terbesar di dunia, mereka adalah musuh tersulit Germanica. Saat ini ada sekitar 200.000 tentara yang bertarung di front Timur, sementara hanya ada 100.000 tentara yang terbagi di front Barat dan front Utara

Jumlah yang sangat besar itu juga alasan mengapa kota yang ditempati Archen saat ini hanya berisikan orang-orang tua

.

.

.

Aku menaruh cangkir teh ku dan membaca koran kembali. Saat ini aku berada di sebuah restoran dekat pelabuhan dan sedang menikmati makan siang termewah sejauh ini

Hmm, jadi Lucca di Selatan juga tidak ikut melawan Germanica

Sebenarnya aku masih bingung tentang perekrutan yang terjadi tadi, bukankah seharusnya tidak ada yang namanya perekrutan seperti ini? Jadi aku memikirkannya sambil makan siang. Aku duduk di dekat jendela dan melihat kearah tenda perekrutan itu

Sebuah barisan panjang sudah terlihat sedang mengantri untuk masuk dalam tenda tersebut, tentu saja aku terkejut dan sampai tersedak makananku, Untung saja aku juga memesan secangkir teh

Huh?! Apa itu?!

Memangnya banyak yang berniat masuk dalam militer ya? Bukankah sudah banyak terjadi demonstrasi dimana-mana?

Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dikepalaku, apakah rakyat benar-benar ingin perang berhenti?

Tiba-tiba seorang pria duduk didekatku dan dirinya mulai mengobrol bersamaku. Ia memberitahu tentang apa yang terjadi sebenarnya

"Memangnya kamu berasal dari negara seperti apa sampai tidak tahu tentang perang ini?", ia mulai mengejek ku

Aku hanya tertawa canggung menanggapinya

"Dalam perang ini, kita bertindak sebagai pihak yang bertahan. Kita bukan pihak yang menyatakan perang lebih dahulu"

Itu membuat sebuah perbedaan dalam pikiranku. Ya benar saja, memangnya ada negara yang menyerahkan negaranya secara begitu saja ketika diserang? Bahkan negara kecil sekalipun pasti akan melawan walaupun diserang oleh negara besar sekalipun.

Kasus serupa juga dialami oleh negara Finlandia saat masih menjadi negara baru. Perang Musim Dingin atau Winter War dilancarkan Soviet yang kala itu sudah menjadi negara besar

Meskipun sangat lemah jika dibandingkan Soviet, Finlandia tetap berusaha bertahan.

Tapi... Kalau dipikir-pikir lagi Austria menyerah kepada Jerman tanpa perlawanan sedikitpun ya...?

Ugh... Ya sudah lah, yang penting itu maksudku adalah semua negeri punya kehormatannya masing-masing.

"Apa kamu tertarik ikut dalam militer?", pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut pria tadi selagi aku memikirkan jawaban sebelumnya

Aku yang kala itu sedang minum teh, spontan saja menyemburkan tehku di dalam cangkirku, membuat wajahku penuh dengan cipratan cairan teh itu

Untung saja ada sebuah kain yang diberi pihak restoran untuk membersihkan mulut sehabis makan, aku menggunakannya untuk mengelap wajahku

"Hah? Kenapa kamu berpikir seperti itu?", tanyaku

"Yah.. kamu masih muda, biasanya anak muda senang hal-hal seperti ini", jawabnya

Memangnya ada yang senang dengan peperangan?

.

.

Dalam pikiran Archen masih ada hasrat untuk menjadi Dewa, untuk mencapainya ada beberapa jalan yang mungkin bisa dipilih oleh Archen. Untuk mengetahuinya, Archen menggunakan kesempatan bertanya miliknya yang pertama

"Aku ingin bertanya, Dewa!"

Situasi yang sama seperti yang terjadi di kamar Archen sebelumnya terulang lagi, kegiatan dan waktu terhenti, semua warna dunia berubah menjadi hitam-putih

"Ya, tanyakan saja", suara dengan nada datar yang sudah dua hari Archen tidak dengar itu muncul kembali

Kala itu, Archen benar-benar sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi Dewa. Namun sepertinya jalan yang harus dilaluinya tidak lah enteng, mungkin saja dirinya harus mengalahkan Dewa yang sekarang terlebih dahulu

"Aku ingin bertanya, bagaimana caraku agar dapat menjadi seorang Dewa?", tanya Archen langsung pada intinya

Sang Dewa diam selama beberapa saat, suasana hening mulai menyelimuti sekitaran Archen. Kali ini tidak ada suara seperti saluran tv rusak yang mengiringi suara Dewa, jadi saat itu benar-benar hening

Setelah beberapa saat, sang Dewa akhirnya menjawab pertanyaan itu

"Ada sebuah cara.... Kuasai Dunia Ini, itu cara yang paling mungkin untuk kamu lakukan saat ini", jawabnya masih dengan nada datar

Archen tersenyum mendengarnya, ia mulai memikirkan cara-cara yang mungkin dalam waktu yang singkat itu

"Terima kasih", kata ini menjadi akhir kesempatan pertama Archen untuk menemui Dewa

Setelah itu, keadaan kembali lagi seperti sedia kala.

"Hei nak, apa kepalamu baik-baik saja?" tanya pria itu

Semua orang di restoran juga menatap kearah Archen. Tentu saja kan? Soalnya dia tiba-tiba berseru, "Aku ingin bertanya, Dewa!" begitu.

Archen menjadi malu sendiri.

Lalu pria didekat Archen itu mulai mengoceh tentang jabatan di militer dan keadaan disana menjadi normal kembali.

Archen berhenti makan dan memperhatikan pria itu saat dirinya membicarakan tentang jabatan angkatan laut

Laksamana adalah jabatan tertinggi dari pasukan angkatan laut, ialah orang yang memimpin seluruh unit laut milik negara Germanica. Archen mendengarkan itu dan melihat ke arah kapal perang yang bersandar di dermaga

"5 kali kesempatan hidup huh..? Kenapa tidak kucoba saja..", hati kecilnya mulai tertarik dengan menjadi prajurit angkatan laut, dan cara tercepat adalah melalui perekrutan itu

Saat itu hari sudah sore, matahari yang sangat panas tadi mulai kembali sejuk seperti pada pagi hari yang membuat Archen memutuskan keluar dari restoran dan menuju ke tenda perekrutan

Seperti yang dilihat Archen dari dalam restoran, antrian itu memang sangat panjang. Tetapi selama Archen mengantri, ia terus melihat wajah putus asa keluar dari tenda itu. Mungkin mereka semua ditolak oleh sang kapten

Waktu yang dibuang Archen untuk mengantri adalah sekitar dua jam, selama ini pula warna langit mulai berubah menjadi jingga. Lalu, giliran Archen tiba untuk melakukan wawancara dalam tenda itu.

Saat membuka tirai pertama, Archen disambut oleh seorang marinir yang kelihatan ramah namun sudah kelelahan mengurusi banyaknya orang yang mendaftar. Archen dimintai tanda tangan dan ditunjukan arah untuk wawancaranya.

Tira kedua pun dilewati oleh Archen. Saat itu, Archen sudah berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak beres

Aura yang sangat mengintimidasi keluar dari seseorang yang adalah kapten dari kapal itu. Ia memiliki rambut hitam panjang yang berantakan, menggunakan topi dan memiliki lencana di bajunya

Ia duduk dibalik meja dan terus menatap Archen dengan tatapan mengerikan itu yang membuat Archen tidak tenang, dari perawakannya dapat dipastikan bahwa dirinya seorang wanita. Meskipun begitu, ia tetap saja mengerikan

Archen menelan ludahnya sendiri. dengan seluruh kekuatannya, Archen melangkah maju mendekati kapten mengerikan itu

"Berhenti disana prajurit!!"

Bulu kuduk Archen seketika berdiri semua, tubuhnya langsung tegap dan memandang lurus kedepan

"Yes ma'am", kata itu spontan keluar dari mulut Archen

Tetapi nampaknya sang kapten tidak terlalu senang dengan jawaban spontan ini, mengira bahwa Archen adalah mata-mata Britannia, jadi dia mengambil pistol di laci meja dan mengarahkannya kepada Archen

"Sialan, apa kamu mata-mata Britania?", kata kapten membentak

"Tidak-tidak, A-aku... Bu-bukan", Archen tidak bisa berkata-kata dengan jelas saat itu

Lalu Archen menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya, dia terlalu banyak bernapas seperti itu akhir-akhir ini. Namun berkat hal itu, Archen dapat berbicara normal lagi dan meluruskan kejadian tadi

"Aku mempelajarinya dari buku, kurasa ini akan berguna untuk karir militerku nantinya", jawab Archen

Si kapten nampaknya menyukai jawaban Archen, ia menurunkan pistolnya dan duduk kembali. Lalu ia mengambil sebuah kertas di laci lainnya dan mulai menuliskan sesuatu di atasnya

Kemudian dia memanggil ajudannya yang ada didepan untuk menyerahkan surat itu kepada akademi militer di dalam kota

"Selamat, kamu kuterima di dalam kapalku. Sekarang istirahatlah, besok adalah keberangkatan kita"

"Baik terimakasih kapten"

Dari sini, usaha pertamaku untuk menjadi Dewa dimulai... Tapi bukankah ini terlalu mudah?

Episodes
1 Chapter 1: An Offer To Take, A Decision To Make
2 Chapter 2: Desire that made this World on Fire
3 Chapter 3: The Only Ones who Have Enemy is a Nation
4 Chapter 4: There's reason why
5 Chapter 5: Luck! a little bit of Miracle.... but mostly Luck!!
6 Chapter 6: Back to School?
7 Chapter 7: They say its Reckless, I saw its a Thermopylae on the Seas
8 Chapter 8: New Enemy Beyond the Horizon
9 Chapter 9: What a Hell of a Shot
10 Chapter 10: Downgrade
11 Chapter 11: Sound of the Game Changer
12 Chapter 12: The End and Another Beginning
13 Chapter 13: Exactly The Same
14 Chapter 14: The Demon for Us All
15 Chapter 15: Back to where I Belong
16 Chapter 16: Fifteen Started, Eighty Returned
17 Chapter 17: D-Day
18 Chapter 18: Cowards
19 Chapter 19: Resolute Resolution
20 Chapter 20: An Empire to Lead
21 Chapter 21: Wind of Change
22 Chapter 22: Blow ye Wind Easterly
23 Chapter 23: With one Way or Another
24 Chapter 24: The Empire, long Divided, must United
25 Chapter 25: Ain't No One can Expected this
26 Volume 2 : Like A Dream
27 Chapter 26: That Fantasy Dream of Mine
28 Chapter 27: Magic, Mana, and all Around it
29 Chapter 28: Until Death do us Part
30 Chapter 29: Wonderland's Shadow
31 Chapter 30: A Legacy to Last the Ages
32 Chapter 31: Until, in God's Good Time
33 Chapter 32: Third Piece of Eleven
34 Chapter 33: I Beg your Pardon
35 Chapter 34: How can man Die better than Facing its Fearful Odds?
36 Chapter 35: Those who Never change their Mind, Never change Anything
37 Chapter 36: Im but your Humble Servant
38 Chapter (-) : We have come Far
39 Chapter (-) : When the Colours Fade
40 Chapter (-) : Matter of Manner
41 Chapter (-) : Door into the Dark Room
42 Chapter (-) : Prima Causa
43 Chapter (-) : Green Light
44 Chapter (-) : Deal with the Devil
45 Chapter (-) : Resetting the World
46 Chapter 37: Spare no Effort
47 Chapter 38: One Step at a Time
48 Chapter 39: Deafening Silence
49 Chapter 40: Winning and Ruling aren't the Same
50 Chapter 41: We Shall Never Surrender!
51 Chapter 42: Shot Heard 'Round The World
52 Chapter 43: Superpower's Greatest Enemy
53 Chapter 44: There's no Trick, Unless you Saw it
54 Chapter 45: Death Before Disarmament? Granted.
55 Chapter 46: Pride that result in Betrayal
56 Chapter 47: Show of Strength
57 Chapter 48: Ex Terra, Scienta
58 Chapter 49: Divide and Conquer
59 Chapter 50: Engines of War
60 Chapter 51: One Small Step for Great Journey of Ours
61 Chapter 52: Every War is Different, Every War is the Same
62 Chapter 53: Painfully Slow
63 Chapter 54: Gathering the Storm
64 Chapter 55: The Backwater of Yesterday, The Superpower of Tomorrow
65 Chapter 56: Grand Battleplan
66 Chapter 57: War is Hell
67 Chapter 58: Death is like The Winter's Chill
68 Chapter 59: Hence The Battle Start
69 Chapter 60: Fortune Favors The Bold
70 Chapter 61: Alea Iacta Est
71 Chapter 62: Fish Looking for the Ocean
72 Volume 3: Brightest Continent
73 Chapter 63: Shrimp Among Whales
74 Chapter 64: Si Vis Pacem, Para Bellum
75 Chapter 65: Wind and the Waves, Roaring in Angry Rages
76 Chapter 66: Quatrain of Seven Steps
77 Chapter 67: The Dragon and The Lion
78 Chapter 68: Place in The Sun
79 Chapter 69: Those Kingdom, They not more than a Sand Castle
80 Chapter 70: You can't Reason with a Tiger when your Head is in it's Mouth
81 Chapter 71: Conquer We Must, As Conquer We Shall
82 Chapter 72: For Without Victory, There Can Be No Survival
83 Chapter 73: Shameless Warrior, Great General
84 Chapter 74: Nobody Wants to Die a Hero's Death
85 Chapter 75: No More Autarky Soon
86 Chapter 76: What're a Sons of Men, But as Leaves that Drop at the Wind's Breath
87 Chapter 77: This But a Scratch
88 Chapter 78: Blood, Toil, Tears, and Sweat
89 Chapter 79: One Cannot Fight With Empty War Chest
90 Chapter 80: Ich Hab Die Nacht Geträumet
91 Chapter 81: He Travel The Fastest Who Travel Alone
92 Chapter 82: In The Footsteps of Great Men
93 Chapter 83: A House Divided Against Itself Cannot Stand
94 Chapter 84: There's no Shame in Deterrence
95 Chapter 85: Word to The Wise
96 Chapter 86: Someone From History
97 Chapter 87: Ah, Those Brave Souls...
98 Chapter 88: If You're Going Through Hell, Keep Going!
99 Chapter 89: Down to Gehenna or Up to The Throne
100 Chapter 90: Living at The Point of a Gun
101 Chapter 91: Above the Clouds
102 Chapter 92: In a Moment of Weakness We Stumbled, But Will Not Falter
103 Chapter 93: A Breakthrough Maybe
104 Chapter 94: Worst Scenario
105 Chapter 95: If Nothing is Impossible, One Knows no Limit
106 Chapter 96: If One Knows no Limit, One may Rule an Empire Someday
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Chapter 1: An Offer To Take, A Decision To Make
2
Chapter 2: Desire that made this World on Fire
3
Chapter 3: The Only Ones who Have Enemy is a Nation
4
Chapter 4: There's reason why
5
Chapter 5: Luck! a little bit of Miracle.... but mostly Luck!!
6
Chapter 6: Back to School?
7
Chapter 7: They say its Reckless, I saw its a Thermopylae on the Seas
8
Chapter 8: New Enemy Beyond the Horizon
9
Chapter 9: What a Hell of a Shot
10
Chapter 10: Downgrade
11
Chapter 11: Sound of the Game Changer
12
Chapter 12: The End and Another Beginning
13
Chapter 13: Exactly The Same
14
Chapter 14: The Demon for Us All
15
Chapter 15: Back to where I Belong
16
Chapter 16: Fifteen Started, Eighty Returned
17
Chapter 17: D-Day
18
Chapter 18: Cowards
19
Chapter 19: Resolute Resolution
20
Chapter 20: An Empire to Lead
21
Chapter 21: Wind of Change
22
Chapter 22: Blow ye Wind Easterly
23
Chapter 23: With one Way or Another
24
Chapter 24: The Empire, long Divided, must United
25
Chapter 25: Ain't No One can Expected this
26
Volume 2 : Like A Dream
27
Chapter 26: That Fantasy Dream of Mine
28
Chapter 27: Magic, Mana, and all Around it
29
Chapter 28: Until Death do us Part
30
Chapter 29: Wonderland's Shadow
31
Chapter 30: A Legacy to Last the Ages
32
Chapter 31: Until, in God's Good Time
33
Chapter 32: Third Piece of Eleven
34
Chapter 33: I Beg your Pardon
35
Chapter 34: How can man Die better than Facing its Fearful Odds?
36
Chapter 35: Those who Never change their Mind, Never change Anything
37
Chapter 36: Im but your Humble Servant
38
Chapter (-) : We have come Far
39
Chapter (-) : When the Colours Fade
40
Chapter (-) : Matter of Manner
41
Chapter (-) : Door into the Dark Room
42
Chapter (-) : Prima Causa
43
Chapter (-) : Green Light
44
Chapter (-) : Deal with the Devil
45
Chapter (-) : Resetting the World
46
Chapter 37: Spare no Effort
47
Chapter 38: One Step at a Time
48
Chapter 39: Deafening Silence
49
Chapter 40: Winning and Ruling aren't the Same
50
Chapter 41: We Shall Never Surrender!
51
Chapter 42: Shot Heard 'Round The World
52
Chapter 43: Superpower's Greatest Enemy
53
Chapter 44: There's no Trick, Unless you Saw it
54
Chapter 45: Death Before Disarmament? Granted.
55
Chapter 46: Pride that result in Betrayal
56
Chapter 47: Show of Strength
57
Chapter 48: Ex Terra, Scienta
58
Chapter 49: Divide and Conquer
59
Chapter 50: Engines of War
60
Chapter 51: One Small Step for Great Journey of Ours
61
Chapter 52: Every War is Different, Every War is the Same
62
Chapter 53: Painfully Slow
63
Chapter 54: Gathering the Storm
64
Chapter 55: The Backwater of Yesterday, The Superpower of Tomorrow
65
Chapter 56: Grand Battleplan
66
Chapter 57: War is Hell
67
Chapter 58: Death is like The Winter's Chill
68
Chapter 59: Hence The Battle Start
69
Chapter 60: Fortune Favors The Bold
70
Chapter 61: Alea Iacta Est
71
Chapter 62: Fish Looking for the Ocean
72
Volume 3: Brightest Continent
73
Chapter 63: Shrimp Among Whales
74
Chapter 64: Si Vis Pacem, Para Bellum
75
Chapter 65: Wind and the Waves, Roaring in Angry Rages
76
Chapter 66: Quatrain of Seven Steps
77
Chapter 67: The Dragon and The Lion
78
Chapter 68: Place in The Sun
79
Chapter 69: Those Kingdom, They not more than a Sand Castle
80
Chapter 70: You can't Reason with a Tiger when your Head is in it's Mouth
81
Chapter 71: Conquer We Must, As Conquer We Shall
82
Chapter 72: For Without Victory, There Can Be No Survival
83
Chapter 73: Shameless Warrior, Great General
84
Chapter 74: Nobody Wants to Die a Hero's Death
85
Chapter 75: No More Autarky Soon
86
Chapter 76: What're a Sons of Men, But as Leaves that Drop at the Wind's Breath
87
Chapter 77: This But a Scratch
88
Chapter 78: Blood, Toil, Tears, and Sweat
89
Chapter 79: One Cannot Fight With Empty War Chest
90
Chapter 80: Ich Hab Die Nacht Geträumet
91
Chapter 81: He Travel The Fastest Who Travel Alone
92
Chapter 82: In The Footsteps of Great Men
93
Chapter 83: A House Divided Against Itself Cannot Stand
94
Chapter 84: There's no Shame in Deterrence
95
Chapter 85: Word to The Wise
96
Chapter 86: Someone From History
97
Chapter 87: Ah, Those Brave Souls...
98
Chapter 88: If You're Going Through Hell, Keep Going!
99
Chapter 89: Down to Gehenna or Up to The Throne
100
Chapter 90: Living at The Point of a Gun
101
Chapter 91: Above the Clouds
102
Chapter 92: In a Moment of Weakness We Stumbled, But Will Not Falter
103
Chapter 93: A Breakthrough Maybe
104
Chapter 94: Worst Scenario
105
Chapter 95: If Nothing is Impossible, One Knows no Limit
106
Chapter 96: If One Knows no Limit, One may Rule an Empire Someday

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!