Tahun 2021 Jakarta, Indonesia
Mawar kembali mengambil tisu yang ada di depannya. Entah sudah berapa banyak tisu yang ia ambil untuk menghapus air matanya itu.
Namun tetap saja air mata itu masih mengalir dari sudut matanya. Bukan tanpa alasan Mawar menangis seperti itu. Ini semua terjadi ketika Thomas pemuda yang ia sukai selama dua tahun terakhir ini menyatakan cintanya kepada orang lain di depan matanya sendiri.
Gadis yang beruntung itu adalah Jiana. Mawar mengakui bahwa gadis itu memang cantik, pintar dan baik. Seorang pacar idaman bagi semua anak laki-laki di sekolahnya. Sangat cocok dengan sosok Thomas yang tampan dan ramah kepada siapapun orang yang ditemuinya.
Sebenarnya, Mawar sudah bisa menerima hal itu. Apa lagi gosip tentang Thomas yang mendekati Jiana sudah tersebar sejak sebulan yang lalu.
Tapi yang membuat Mawar sedih adalah keputusan Thomas untuk menyatakan cintanya di depan semua orang tanpa memikirkan apakah diantara orang-orang yang melihat kejadian itu ada gadis lain yang menyukai dirinya apa tidak.
Thomas adalah idola di sekolahnya. Pemuda bermata biru itu telah memuKau banyak gadis di sekolah. Mungkin di luar sana ada beberapa teman Mawar yang juga sedang menangisi tindakan Thomas itu, seperti yang ia lakukan saat ini.
Mawar bergegas menghapus sisa air matanya dan membereskan tisu yang berserakan ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Mawar lo di dalemkan? Boleh masuk nggak?" Ucap sebuah suara yang sudah tidak asing di telinga Mawar.
"Masuk aja Ren, pintunya nggak dikunci kok."
Sesosok pemuda berambut coklat terlihat muncul dari balik pintu kamar Mawar. "Lo nggak siap-siap buat entar malam?"
Mawar memaksakan sebuah senyum untuk sepupunya itu. "Entar malem? Memangnya ada acara apa entar malem?"
Rendi membuka matanya lebar-lebar kaget dengan ucapan Mawar barusan. "Gue nggak salah denger nih? Seorang Mawar melupakan sesuatu yang selama ini udah ia tunggu?"
Mawar terlihat sedikit bingung dengan ucapan Rendi, memangnya apa yang sudah ia lupakan? Apa hanya karena memikirkan tentang kejadian menghebohkan tadi pagi membuat Mawar melupakan hal lain yang ada di hari ini?
"Memangnya apa yang udah gue lupain?"
"Pesta kelulusan kita, lo bahkan udah beli baju sejak sebulan yang lalu buat acara ini. Terus sekarang lo lupain gitu aja? Apa lo ada masalah?"
Mawar melayangkan tinjunya ke lengan Rendi. "Gue nggak lupa kok. Gue cuma mau ngetes lo aja." Ucap Mawar menutupi kenyataan yang ia sembunyikan.
'Bodoh banget, kenapa gue bisa lupa tentang hal itu. Hanya karena kejadian tadi pagi gue bisa melupakan hal yang seperti ini. Kenapa hal yang gue tunggu-tunggu malah bisa gue lupain sih.' Teriak Mawar dalam hati.
"Ya udah kalo gitu sekarang lo harus siap-siap. Sejam lagi lo udah harus siap. Oke." Rendi menempelkan ujung jari jempol dan telunjuknya merentangkan ketiga jari yang lain untuk membentuk OK dengan jarinya.
"Kenapa harus secepat itu? Bukannya sekarang masih jam empat?"
"Aduh Mawar, gue tahu lo ini nggak suka nunggu lama-lama tapi lo tahu sendirikan Jakarta itu kota macet. Dimana-mana macet dan sebentar lagi jam pulang kerja, pasti bakalan parah macetnya. Jadi sejam lagi kita berangkat."
Mawar hanya menganggukkan kepalanya pelan. "Terserah lo aja deh. Lo kan hari ini yang nyetir."
*****
"Lo kelihatan cantik kalo pakai baju itu." Puji Rendi ketika melihat sepupunya memakai gaun berwarna merah marun selutut. Malam ini Mawar menyanggul rambutnya membuatnya terlihat lebih dewasa dari biasanya.
"Lo tahu sendirikan kalo gue udah nunggu momen ini. Gue pengen anak-anak inget kalo mereka pernah punya temen kayak gue. Teman-teman kita nantinya akan balik ke negaranya masing-masing jadi kesan terakhir yang indah nggak apalah."
"Perasaan nggak semua temen kita bakal balik ke negaranya deh. Lo aja yang bakalan ninggalin mereka kuliah di London."
Mawar hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Rendi. Sejak SD, Mawar dan Rendi disekolahkan di sekolah Internasional, jadi tidak mengherankan jika mereka memiliki beberapa teman dari luar negeri.
Kebanyakan dari mereka akan melanjutkan kuliah di luar Indonesia, tapi ada juga yang memilih kuliah di Indonesia.
"Hey, kenapa tiba-tiba lo kelihatan murung gitu?" Tanya Rendi ketika melihat perubahan ekspresi wajah yang sangat cepat dari Mawar.
Mawar teringat akan satu hal jika membahas mengenai kuliah. Bahwa dirinya, Thomas dan Jiana akan berkuliah di kota yang sama. Walaupun berbeda universitas namun tetap saja kemungkinan untuknya bertemu mereka berdua di London cukup besar.
Di pesta nanti, sudah dipastikan Thomas dan Jiana datang. Kalau saja ini bukanlah tahun kelulusannya, sudah pasti Mawar tidak akan datang.
Sayangnya ini adalah pesta terakhir yang bisa ia lakukan bersama dengan teman-teman sekolahnya sebelum mereka menyebar ke belahan dunia lain untuk melanjutkan pendidikan.
"Nggak papa kok. Gue cuma ngerasa sedikit sedih aja kalo harus pisah dengan teman-teman. Pasti nanti akan sulit buat kita kumpul bareng."
Mawar hanya mengatakan yang sekiranya membuat Rendi percaya dengan ucapannya. Ucapan Mawar tadi memang tidak sepenuhnya salah. Ia memang merasa sedih jika harus berpisah dengan teman-temannya.
Namun, hal terpenting dalam hal ini adalah kesedihan itu tidak sebanding dengan patah hati yang Mawar alami. Ini adalah patah hati pertama yang dialami Mawar.
"Lo nggak perlu mendramatisir keadaan kayak gitu. Gue yakin, takdir akan mempertemukan kita kembali. Ya udah sekarang ayo kita berangkat."
Mawar sedikit tercengang mendengar ucapan Rendi tadi. Ucapan itu mengingatkan Mawar akan seseorang yang pernah ia temui dimasa kecilnya.
"Gue nggak percaya akan takdir yang seperti itu. Dulu ada seseorang yang berkata seperti itu ke gue tapi sampai sekarang orang itu nggak pernah muncul."
"Emang siapa?"
"Gray, cowok serba abu-abu yang dulu bertemu denganku di kota Paris. Ingat?"
"Oh cowok yang ngasih lo syal dan minta lo janji ke dia jika kalian bertemu lagi lo harus udah punya impian itu?"
"Yup. Entah kenapa gue nurut aja ketika dia minta gue bikin janji konyol itu. Gue udah nggak berharap lagi bertemu orang itu. Ah sudahlah, ngapain kita malah bahas itu.”
“Lo bilang kita harus cepat berangkat biar nggak kejebak macet. Ayo berangkat." Ucap Mawar sembari mendorong punggung Rendi.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah Mawar hanya termenung memikirkan soal anak laki-laki masa kecilnya. Ia tidak pernah bercerita ke orang lain tentang siapa sosok asli anak laki-laki itu bagi Mawar.
Bagi Mawar anak laki-laki itu adalah pahlawannya. Berkat syal yang telah ia terima dari anak laki-laki itu, Mawar bisa bertahan dari dinginnya kota Paris saat itu.
Anak laki-laki itu juga sudah seperti panutan bagi Mawar. Berkat dia, Mawar sudah memikirkan impiannya sejak kecil sehingga saat ini ia bisa fokus untuk mewujudkan impian itu. Sebentar lagi Mawar akan kuliah untuk memperdalam ilmu arsiteknya.
Entah mengapa ketika memikirkan ingin jadi apa ia kelak, Mawar berpikir bahwa dirinya harus menjadi seorang arsitek. Dan masih ada satu hal lain yang menjadi impian Mawar ketika itu, yaitu segera bertemu kembali dengan penyelamatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Rozh
udah 2 tahun aj
2022-02-01
1
Instagram @AlanaNourah
tim gercep dapet notif langsung bacaa 😘❤
2022-01-18
2