Sampailah Elisa di rumah, Nia sudah siap dengan kue-kue yang akan dibawa Elisa berjualan keliling. Elisa mengganti pakaiannya lalu makan, Nia tampak sibuk mengatur kue-kuenya sambil menghitungnya tanpa memeperhatikan Elisa yang sedang makan.
Elisa hanya makan dengan lauk seadanya, lauk ikan kering sudah cukup untuk mengganjal perutnya. Elisa tidak pernah mengelus dan protes jika makan selalu dengan lauk yang sama.
"Cepat makannya, kamu harus cepat jualan!" ucap Nia dengan wajah masam.
"Iya bu." Jawab Elisa sambil menikmati makanannya, Elisa dengan buru-buru menghabiskan nasinya.
Selesai makan, Elisa pun membawa kue untuk dijual keliling. Seperti biasa, Elisa membawa baskom yang berisi kue dan dia letakkan di atas kepalanya sambil berjalan keliling.
Elisa keliling melewati perkampungan, satu persatu orang-orang membeli kuenya. Elisa sangat semangat ketika jualannya banyak yang membeli.
Hari ini matahari terasa terik, Gadis kecil ini terus melangkah menjajakan jajanannya. Sesekali berjalan sambil bernyanyi. Elisa tampak senang hari ini, jualannya sudah hampir habis. Dalam hatinya berkata, ibunya akan senang Elisa menjual habis jajannya.
Dia berhenti saat melihat penjual es krim, banyak anak-anak berlari mendekati es krim dan mereka tampak gembira. Elisa menatap mereka. Ingin rasanya Elisa mencicipi minuman yang tak pernah ia rasakan. Apalagi cuacanya sangat panas, tenggorokannya terasa ingin menikmati kesegaran es krim itu.
"Eemmm!" Elisa menelan ludah ketika melihat anak-anak seusianya memegang es krim.
"Pengen rasanya makan es krim itu!" Elisa terdiam memandangi mereka, air liurnya seakan ingin keluar.
Seketika dia sadar, percuma memikirkan hal yang tidak mungkin. Ibunya tidak mungkin membelikannya, apalagi gaji bapaknya hanya cukup untuk makan di rumah. Elisa dua bersaudara, Elisa hampir tidak pernah dikasih uang jajan. Sedangkan kakaknya selalu mendapat uang jajan. Ibunya memperlakukan Elisa sangat berbeda dengan Siska kakaknya.
Elisa meninggalkan kerumunan anak-anak yang sedang membeli es krim dan menikmatinya. Elisa sadar dia tidak akan pernah bisa membeli dan merasakannya. Lebih baik dia pulang dari pada dia semakin menulan ludah.
Elisa pun berjalan pulang, di jalan dia melompat-lompat sambil bernyanyi. Dia senang baru sebentar berjualan sudah habis. Jadi dia bisa beristirahat dirumah. Seperti itulah Elisa gadis kecil yang perianh yang tak pernah merasa kecewa dengan keadaannya. Gadis polos yang selalu sabar dan berpikiran positif tentang ibunya.
Kreeeekkkkkkk (Elisa membuka pintu rumah)
"Assalamualaikum" Elisa membuka pintu dengan perasaan senang.
"Tumben pulang cepat." Ibunya menatap tajam sambil berkacak pinggang.
"Sudah habis bu." Elisa menyerahkan uangnya pada ibunya dengan wajah bahagia.
"Sana makan lalu cuci piring, ibu cape mau tidur!" Nia mengambil baskom kosong dan uang di tangan Elisa lalu meninggalkan Elisa menuju kamar.
Elisa tak bisa berkata apa-apa, diapun mematuhi ibunya. Dia pun menuju dapur untuk makan. Selesai makan dia cepat-cepat cuci piring. Karena dia ingin sekali tidur siang.
Praaaakkkkkkk
Tak sengaja Elisa memecahkan gelas.
Elisa tampak ketakutan, dia berusaha menyembunyikan pecahan gelas itu. Tapi ibunya sudah terlanjur mendengar.
"Apa yang pecah itu?" Ibunya teriak dari dalam kamar.
"Iii...ii...tuu bu." Jawab Elisa dengan suara terbata-bata. Elisa tampak gemetar ketakutan.
"Heh, dasar kamu ya." Nia sudah dihadapan Elisa lalu menarik telinga Elisa.
"Aduh sakit bu." Elisa berusaha melepas tangan Nia, Nia justru semakin menjadi-jadi dan mencubit lengan Elisa.
"Aduhhh...!" Elisa meringis kesakitan.
Siska hanya bisa melihat adiknya dengan rasa kasian tanpa bisa berbuat apa-apa. Siska sangat paham dengan ibunya jika sedang marah.
"Malam ini kamu tidur di gudang, paham!" Nia membentak Elisa.
"Ampun bu, Elisa takut kecoa bu." Elisa gemetaran sambil memohon, air matanya menetes di pipinya.
"Tidak ada ampun bagi anak bandel kayak kamu, ngerti!" hardik Nia dengan tatapan melotot.
"Bereskan pecahan kaca itu!" perintah Nia dengan menunjuk sisa pecahan di bawah.
Elisa pun membereskan pecahan kaca, air matanya pun terus mengalir. Tubuhnya terasa gemetaran, dadanya terasa sakit.
"Ibu maafin Elisa bu!" Elisa terus memohon.
Tapi ibunya tidak memperdulikan lalu berpaling dari hadapan Elisa. Nia sangat marah dengan Elisa, Nia sudah membenci Elisa apapun kesalahan kecil Elisa. Nia akan meluapkan kemarahannya, karena di hati Nia sudah ada kebencian dengan anak angkatnya itu.
"Awas kamu Siska kalau sampai ibu lihat kamu bantu adikmu, kamu juga tidur di gudang!" Nia mengancam siska
Siska tidak bisa berbuat apa-apa. Dia lalu pergi membantu ibunya memasak. Perasaan Siska pun sakit ketika melihat adiknya selalu mendapat hukuman dari ibunya. Siska tau, kenapa ibunya sangat membenci Elisa kerena dia hanyalah anak angkat ibunya.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 Setelah mereka makan. Nia tidak mengurungkan niatnya untuk menyuruh Elisa tidur di gudang. Saat Elisa mau ke kamar, Nia tampak marah.
"Elisa, kamu mau ke mana? sudah berani ya melawan." Nia menarik tangan Elisa dengan kasar.
"Ampun bu!" Elisa menangis badannya gemetaran.
"Masuk ini hukuman untuk anak yang suka melawan!" Nia mendorong tubuh Elisa lalu mengunci gudang dari luar.
"hiks hiks hiks!" Siska hanya menangis melihat adiknya diperlakukan seperti itu.
"Bapak tolong Elisa pak, Elisa tidak nakal pak!" Elisa memanggil-manggil bapaknya. Tapi malam ini Iwan tidak pulang. Dia harus menjaga gudang padi milik juragannya.
"Hiiii...!" Elisa tampak ketakutan. Di dalam gudang sangat gelap dan kotor. Elisa harus tidur dengan tumpukan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai dan banyak sarang laba-laba. Elisa duduk di pojokan dengan memegang kedua kakinya, dagunya dia tempelkan di lututnya.
"Aaaaaaaaa....!" Elisa terperanjat dari duduknya. Di kakinya ada seekor kecoak. Badannya semakin gemetaran, air matanya mengalir deras membasahi pipinya.
Rasa kantuknya pun hilang berubah menjadi rasa ketakutan. Dia sangat takut dengan kecoak. Memejamkan mata pun tak bisa. Hingga malam sangat larut. Dia berusaha memejamkan matanya tapi sulit terpejam. Kedinginan dan ketakutan sangat menghantui.
Semalaman Elisa tidak bisa tidur, dia hanya duduk gemetaran dan terus menangis.
Keesokan harinya, Nia membuka gudang. Elisa masih tertidur pulas. Nia membangunkan Elisa, Tapi Elisa tidak bangun. Lalu Nia mendekati Elisa, memegang Elisa. Ternyata badannya panas, Nia panik dia takut kepada suaminya perilakunya nanti ketahuan. Dia lalu menggendong Elisa ke kamar. Nia pun terpaksa membuatkan obat tradisional untuk Elisa.
Elisa bangun, kepalanya terasa berat sekali. Hari ini Elisa terpaksa tidak sekolah karena sakit. Elisa pun demam, kepalanya terasa sangat sakit dan badannya sangat panas.
Nia panik bukan karena kasian pada anak angkatnya itu. Tapi, dia takut suaminya akan memarahinya saat dia tahu menghukum Elisa tidur di gudang. Nia tau suaminya itu sangat menyayangi anak angkat yang sangat dia benci dan tidak dia harapkan keberadaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Dewi Dewi Ahmat
nnti di kemdian hri karma mnhmpiri mu nia,,kerna udh brbuat jht sma ank yng tk berdosa,,
2021-07-15
0
Lasmi Kasman
orang kejam ky gitu tega nian
2021-07-06
0
Desita Englina
tidak pantas di sebut ibu
2020-10-03
4