Bab.5

2 Tahun kemudian

Elisa sudah lulus SD. Tentunya akan melanjutkan ke SMP. Dia sudah senang sekali dan ingin tetap bersekolah bersama kedua sahabatnya.

"Bu, 3 hari lagi pendaftaran di SMP. Bapak mau antar Elisa, Apa masih punya simpanan uang?" Iwan tampak memohon pada istrinya. Iwan berharap Elisa bisa melanjutkan sekolah dan nasibnya tidak seperti dia.

"Simpanan uang dari mana?" Nia menatap tajam suaminya. Nia tidak akan pernah setuju Elisa melanjutkan sekolah, bagi Nia hanya akan membuang-buang biaya.

Elisa memdengar pembicaraan orang tuanya. Dia pura-pura tidak mendengar dan asyik nonton tv. Elisa merasa sedih jika harus putus sekolah.

"Ya besok bapak hutang dulu sama juragan!" ucap Iwan mencari solusi Wajahnya tampak sedih. Iwan terlihat lebih tua dari usianya karena beban hidup yang keras. Kehidupannya serba kekurangan sehingga Iwan harus bekerja keras dan kerja kasar untuk menghidupi keluarganya.

" Hutang-hutang terus, yang dulu saja kita belom bayar pak. Bagaimana kalau hutangnya sampai menggunung. Bisa-bisa rumah kita disita." Nia membanting lap yang dia pegang. Nia amarahnya memuncak mendengar penjelasan suaminya.

"Ya bagaimana lagi bu, Elisa harus sekolah!" Iwan berharap istrinya mengerti.

"Sekolah mau jadi apa sih pak. Lebih baik bantu ibu jualan." Nia tampak kesal dan tidak setuju dengan ucapan suaminya.

"Elisa masih kecil bu." Iwan tampak bingung dengan istrinya. Iwan tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang sangat membenci Elisa.

"Terserah bapak saja." Nia berlalu dengan muka cemberut penuh amarah.

Iwan keluar duduk di teras rumah sambil melamun. Bingung keadaannya yang tidak mampu, mengharuskan dia berhutang lagi. Sedangkan berhutang kepada juragan bunganya sangat tinggi. Hutang-hutang yang lalu pun belum lunas. Namun, Iwan tidak mempunyai pilihan lain dan berpikir Elisa harus bisa sekolah.

Elisa berlari di kamar, dia menutup tubuhnya dengan selimut yang sudah usang. Elisa menumpahkan semua kesedihannya yang dia tahan sedari tadi.

"Hiks hiks hiks..!" Elisa menangis tapi suaranya berusaha dia tahan agar tidak kedengaran kakaknya. Elisa menangis semalaman dan tidak bisa memejamkan matanya. Elisa tidak ingin putus sekolah, dia memiliki cita-cita menjadi sukses bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Keesokan harinya Iwan pergi ke rumah juragan dan berniat meminjam uang. Meski perasaan Iwan bingung bagaimana caranya nanti menggantinya. Pinjaman di juragan sudah sangat banyak.

"Ada apa kamu Iwan, ini kamu ga da kerjaan. Ada apa kesini?" tanya juragan dengan tatapan angkuh.

"Gini juragan, anak saya mau melanjutkan sekolah. Tapi, kami tidak punya uang." Ucap Iwan menunduk bingung dan malu karena hutang sebelumnya belum dia lunasi. Sekarang harus meminjam lagi karena Iwan sudah tidak bisa mencari solusi lain.

"Mau hutang, hutang yang dulu saja belom kamu bayar." Ucap juragan dengan tatapan nanar penuh kemarahan.

"Maaf juragan, tolong kasihani kami!" Iwan tampak memohon dengan raut wajah yang sedih.

"Ok tapi ingat kamu harus bayar." Ucap Juragan dengan nada tinggi. Juragan mengambil uang lalu memberikan pada Iwan sesuai jumlah yang dimintanya.

"Baik juragan." Iwan pun kembali ke rumahnya dalam keadaan senang. Iwan tidak ingin memikirkan bagaimana caranya dia mengembalikannya. Yang terpenting sekarang Iwan lega, Elisa bisa melanjutkan sekolah.

"Elisa, bapak pulang nak." Iwan berteriak dari luar dan tidak sabar bertemu dengan anaknya.

"Eh bapak!" Elisa mencium tangan bapaknya, terlihat mata Elisa sembab karena menangis semalaman.

"Kamu jadi sekolah nak, bapak akan belikan kamu seragam." Iwan memeluk Elisa bahagia.

Seketika hati Elisa senang, dia tidak jadi putus sekolah. Wajah Elisa berubah menjadi berseri-seri.

"Sekarang kamu ganti pakaian, kita akan ke pasar!" ucap Iwan bahagia.

Elisa pun ganti pakaian. Elisa bahagia bapaknya sudah bisa membelikan dia seragam. Elisa bisa sekolah dan berkumpul dengan teman-temannya.

"Hmmmm hutang terus untuk anak itu, belom tentu kalau besar bisa balas budi dia." Gumam Nia lirih. Nia semakin kesal pada suaminya dan semakin membenci Elisa.

Iwan dan Elisa berangkat ke pasar dengan naik sepeda yang terlihat usang. Tibalah mereka di pasar, Iwan dan Elisa pergi ke pasar membeli seragam. Elisa tampak bahagia sekali. Dia berjalan sambil bercanda dengan bapaknya. Iwan sangat menyayangi Elisa melebihi anak kandungnya.

"Nak, kita tidak jajan makan di rumah saja ya." Iwan mengelus kepala Elisa.

"Hehehe iya pak, nanti saja kalau bapak punya uang." Elisa memeluk bapaknya dan tertawa bahagia.

Dalam hati Elisa, ingin sekali jajan seperti anak-anak yang lain. Tapi dia tau bapaknya tidak punya uang. Jadi Elisa tetap sabar.

Saat mereka tengah asyik berjalan di pasar melihat-lihat seragam sekolah yang pas di badan Elisa. Mereka bertemu dengan ibu guru Maya.

"Assalamualaikum bu," sapa Elisa Sopan.

"Waalaikumsalam Nak." Maya membalas dengan senyuman.

"Pak, boleh Elisa saya ajak sebentar masuk ke dalam pasar pak?" pinta Maya pada Iwan.

"Oh iya bu silahkan." Jawab Iwan dengan lembut.

Elisa dan ibu guru masuk ke dalam pasar. Iwan menunggu di depan warung makan.

"Nak, yang ingin kamu beli sekarang apa, Ibu yang belikan?" Maya merangkul Elisa dengan penuh kasih sayang.

"Jangan bu Elisa ga enak sama ibu."

"Sudah bilang aja." Maya mencubit pipi Elisa gemas.

"Jilbab bu, hehehe." Elisa tertawa lirih dan tersipu malu.

"Bu, jilbab warna putih, coklat, dan hitam ya. Tolong dibungkus." Pinta Maya pada penjual.

"Ini nak, Kamu harus pakai jilbab ini ke sekolah." Maya tampak senang melihat Elisa begitu ceria.

"Makasih bu ini banyak sekali." Raut wajah Elisa sangat bahagia dan tidka menyangka bertemu gurunya dan membelikan sesuatu padanya.

"Kamu jangan lupa ibadah ya, jangan pernah tinggalin shalat." Maya memeluk Elisa.

"Iya bu Makasih, Elisa tidak akan pernah lupa sama ibu. Elisa memeluk ibu gurunya." Maya memberikan Uang Rp.50.000 pada Elisa.

"Makasih bu, Allah yang akan membalas kebaikan ibu." Elisa meneteskan air mata. Maya tersenyum dan menghapus bulir-bulir air mata di pipi Elisa.

"Elisa pamit ya bu." Elisa mencium tangan dan memeluk Maya. Elisa berlalu dari hadapan Maya dengan perasaan bahagia dan menemui bapaknya.

Iwan senang melihat Elisa lalu mereka memilih seragam dan membeli seragam yang pas untuk Elisa. Elisa menceritakan pada bapaknya jika bu guru Maya sudah membelikan jilbab. Iwan mengucap syukur atas kebaikan guru anaknya itu.

Iwan dan Elisa pun kembali ke dengan menaiki sepeda yang terlihat usang. Elisa bercerita tentang kebaikan ibu Maya. Ayahnya tersenyum bahagia dan sangat bersyukur.

Iwan bersyukur dalam kondisinya yang susah masih ada orang baik yang meringankan bebannya. Iwan berharap Elisa selalu dikelilingi orang-orang baik dan selalu bahagia.

Terpopuler

Comments

Dewi Dewi Ahmat

Dewi Dewi Ahmat

jdi penasrn sma msa llu ortu nya elisa dan iwan ap mereka msaremaja temenan ya??

2021-07-15

0

Lasmi Kasman

Lasmi Kasman

Aku jg punya anak angkat tp engak segitunya kali

2021-07-06

0

Syukraniah Niah

Syukraniah Niah

ibu guru baik sejali

2020-08-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!