“Ya ampun ternyata baru sekarang ya kita ketemuan, aku sama sekali nggak nyangka di pertemuan kita di status yang udah beda beda ada yang lagi hamil ada yang lagi mau menikah dengan ada lagi yang masih jomblo,” ucapnya yang sudah lama banget nggak ketemuan dalam beberapa waktu belakangan ini karena sudah memiliki kesibukan masing-masing yaitu memiliki keluarga.
Prioritas utama kali ini bukan hanya sekedar pertemanan biasa tapi sudah ada keluarga baru yang mengharuskan mereka untuk tetap mengurus rumah tangga diutamakan. Namun walaupun memiliki kesibukan masing-masing tapi mereka memiliki keinginan untuk terus bersilaturahmi satu sama lain.
Seorang laki-laki menghampiri mereka bertiga yang sedang duduk asyik mengobrol satu sama lain. “Ridho?” Mereka langsung terdiam begitu saja tak ada kata-kata yang keluar selain menyebut nama. Dia adalah alumni juga di SMA mereka.
Ridho dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah perasaan kepada orang yang sudah menikah, entah kenapa perasaan itu selalu saja menyelimuti dipikirannya dan ketika bertemu selalu saja ingin mengatakan sesuatu kalau misalkan dia mencintai dan sayang dengan tulus dari hati walaupun cinta itu bertepuk sebelah tangan.
Dia adalah Anara, seorang perempuan yang sangat menghargai perasaan tersebut karena perasaan tersebut tidak bisa digubris oleh siapapun. “Kamu sekarang udah bahagia banget ya? Sudah memutuskan menikah dengan seorang laki-laki yang terbaik buat kamu aku yakin kamu bakalan bahagia dan senantiasa menjadi orang yang di sayang sama Suami kamu.” Mereka bertiga hanya bisa saling melirik satu sama lain melihat sikap Ridho yang tak sama seperti dulu.
Agar situasi menjadi encer dan tidak terlalu kaku mereka pun membahas kelucuan-kelucuan yang terjadi di masa lalu. “Sumpah waktu itu aku dulu tahu nggak dihukum gara-gara nggak ngerjain PR.”
“Iya, aku ingat banget waktu itu dijemur di tengah-tengah lapangan yang panas banget untungnya aku enggak pingsan.”
“Hahaha ternyata itu semua sudah terlewati begitu saja enggak nyangka banget kita sudah melewati beberapa tahun kemudian.”
Tak berapa lama minuman yang mereka pesan di sebuah kafe pun datang ditaruh di atas meja. Beserta makanan ringan yang juga menjadi kenyataan atau penyaji mereka semua. Anara menjaga kehormatannya walaupun nggak ada Oktara di sampingnya.
“Kira-kira kita bakalan reuni di sekolah kapan ya udah lama banget nih nggak ketemu sama temen-temen yang lain? Apalagi sama guru-guru yang ada di sekolah haduh kangennya minta ampun.”
“Iya nih udah lama banget kita nggak ketemu sama teman-teman yang ada di sekolah bahkan guru-guru yang selama ini ngajar kita, entah kenapa aku pengen balik lagi ke SMA nggak ada beban kayak sekarang yang harus repot-repot urus rumah tangga.”
“Hahaha iya sih bener banget rasanya waktu bergulir begitu cepat.”
“Nar, ternyata Suami kamu ganteng juga ya tajir lagi. Kira-kira dia itu tipe orang yang cemburuan nggak sih? Dia manjain kamu nggak?” Pertanyaan macam apa ini yang membuat orang-orang sekitar seolah melihat kebahagiaan yang benar-benar dibentuk dengan sendirinya yang padahal kebahagiaan itu belum ada sampai sekarang.
Anara menelepon sopir yang seharusnya menjemput hari ini ketika pulang tapi tak ada jawaban sama sekali dan tidak diangkat. 2 orang temannya sudah berpamitan pulang dan lebih dulu meninggalkan mereka. “Ya ampun gimana ini? Aku pulang dulu ya naik taksi online aja.”
Ridho menawarkan diri untuk mengantarkan Anara pulang ke rumah, awalnya mungkin ia menolak tapi setelah dibujuk akhirnya ia pun mengikuti bujukan Ridho. Anara masuk ke dalam mobil dan duduk di depan. “Suami kamu gak jemput kamu ya?”
“Dia lagi kerja dan aku gak mau dijemput karena bakalan ngerepotin jadi nggak papa kalau misalkan aku punya sendiri.” Anara dengan cepat memakai seat belt yang ada di dalam mobil untuk masalah keamanan.
Sepanjang jalan mereka hanya merasa canggung dan tak ada obrolan yang begitu serius bahkan obrolan itu hanya sejenak biasa. “Coba aja waktu itu kamu jadi Istri aku pasti aku bakalan bahagia banget. Tapi sayang banget ya kita enggak berjodoh. Dan kamu hanya sekedar menganggap aku sahabat tapi aku nggak pernah mempermasalahkan itu sih yang penting kamu bahagia walaupun sampai hati dan hari ini masih saja memiliki perasaan yang sama tidak pernah berubah sampai kapanpun.” Sebenarnya tidak pantas sekali mengatakan hal ini karena Anara sudah memiliki keluarga dan yang pastinya yang sudah memiliki masa depan bersama dengan orang lain.
“Sebenarnya aku diam-diam mendo’akan kamu, semoga kamu bahagia dan mendapatkan orang yang beneran mencintai kamu nanti,” senyum Anara memberikan semangat kepada Ridho agar bahagia dan mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintai dan menerima laki-laki sebaik dia.
Akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Namun sebelum ia turun dari mobil Ridho mengatakan sesuatu kembali. “Anara makasih banyak ya kamu udah mau pulang aku anterin.” Anara membuang tatapan itu karena menghargai Suami yang sudah berada di dalam rumah terlihat mobil yang sudah terparkir di bagasi samping.
“Iya makasih banyak ya udah anterin aku pulang ke rumah, ya udah kalau gitu aku masuk ke dalam dulu ya. Kamu pulangnya hati-hati semoga selamat sampai tujuan.”
“Makasih banyak kalau gitu, ya udah kalau gitu aku pulang salam sama Suami kamu.”
Oktara melihat seseorang yang mengantarkan Anara.
“Kamu habis diantar sama siapa kok kayaknya saya ngelihat kayak ada mobil itu yang mampir sebentar tadi?” ucap Oktara yang rupanya sudah sampai di rumah dan duduk di ruang tamu dengan tv yang menyala walaupun tidak ditonton.
Tidak mungkin ia mengatakan kalau misalkan diantar oleh seorang sahabat ketika di SMA. Anara harus berbohong agar tidak ketahuan dan tidak menjadi salah paham yang berketerusan. “Enggak kok diantar sama temen yang perempuan aku. Ma’af kalau misalkan pulangnya agak sedikit lama dari pada jam yang sudah ditentukan tadi.”
“Iya nggak kenapa-napa kok santai aja.”
Suara klakson terdengar dari luar, Oktara melihat mobil yang ia lihat tadi berhenti kembali untuk kedua kali. “Suaminya Anara ‘kan?”
“Iya? Siapa ya?”
“Rupanya dia yang nganterin Anara tadi, katanya teman cewek yang nganterinnya ternyata dia bohong,” batinnya dalam hati.
“Ini gue Cuma mau kembalikan jaket yang ketinggalan di dalam mobil gue, jadi gue kembalikan. Ya udah kalau gitu gue pamit dulu, ma’af kalau misalnya menganggu. Sala buat Anara ya. Gue permisi!” Ridho masuk ke dalam mobil dan melaju begitu saja.
Oktara masuk ke dalam rumah dan memanggil Anara yang berada di dalam kamar dari bawah dengan suara teriak. “Iya Mas? Ma’af tadi aku pakai baju. Kenapa?” Oktara sudah memegang jaket cokelat di tangan kanannya.
“Iya itu punya aku. Kenapa Mas?”
“Kamu tadi diantar sama cowok ‘kan? Jangan bohong sama saya, katanya diantar sama teman cewek kamu. Gimana sih? Saya harap kamu jangan berbohong walaupun kecil. Kamu itu sudah memiliki Suami, jadi jangan selingkuh di belakang saya. Kamu gak boleh kayak----“
“Ma’af ya Mas, aku gak ada maksud buat bohongin kamu. Aku Cuma nggak mau salah paham di antara kita, kenapa nggak mau kalau misalkan kamu marah sama aku Cuma itu doang kok nggak ada masuk apa-apa,” Anara meminta ma’af berulang kali sambil mencium tangan Oktara.
“Ya sudah lain kali jangan lagi. Bikinin aku makanan apa kek di dapur ada gak?”
“Ya sudah, aku bikin dulu ya Mas.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments