Di ulang tahun ini sangat berbeda banget dari sebelum-sebelumnya apalagi status yang sudah beda yang sudah tidak sendiri lagi. Tak ada ucapan dari keluarga itu adalah hal yang biasa tapi ketika sudah memiliki Suami seharusnya apa yang diinginkan olehnya terjadi dan benar-benar terkabul tapi ternyata malah biasa aja. “Kamu kenapa kok kayak sedih gitu?”
“Nggak papa kok aku sama sekali nggak masalah aku pengen aja di hari ulang tahunku ada yang mengucapkan selamat ulang tahun dan kasih hadiah tapi ternyata itu cuma angan-angan aja dari dulu.” Anara berharap kalau misalkan orang yang dihadapannya mengucapkan selamat ulang tahun.
“Oh, ya udah kalau gitu saya berangkat kerja dulu ya.” Anara mencium tangan Oktara lalu masuk ke dalam mobil. Ia sudah sangat menyangka banget kalau misalkan nggak ada ucapan ya ‘kan emang nggak ada kata cinta di pernikahan mereka berdua.
Mama menelpon di luar ekspektasi ternyata mengucapkan selamat ulang tahun.
Sebenarnya tradisi ulang tahun setiap tahunnya emang nggak ada kata surprise atau kejutan, namun mereka berhadapan langsung dengan Tuhan dan minta dalam hal baik dalam kehidupan.
“Gimana ulang tahun tadi malam ada yang kasih surprise gak sama kamu?”
“Gak ada kok Mah, gak ada tapi nggak masalah juga lagian ngapain sih dirayain atau di ucapkan selamat ulang tahun kan udah bisa berpikir supaya ke depannya lebih baik aja jadi nggak usah berpikiran seperti itu.”
“Ah masa sih? Masa Oktara gak mengucapkan selamat ulang tahun sama Istrinya sendiri?”
“Oh iya ada kok, kebetulan tadi malam dia ngucapin selamat ulang tahun buat aku tapi nggak masalah juga sih dia nggak kasih kado katanya lupa.” Anara tidak mengatakan apa yang terjadi sebenarnya karena tidak mau orang-orang menganggap pernikahan mereka tidak bahagia.
“Oh, nggak masalah sama sekali sih yang penting kalian bahagia. Suami kamu udah berangkat kerja?”
“Udah kok Mah, sudah berangkat kerja baru aja berangkat sekarang aku mau rapi-rapi rumah dulu.”
“Oh ya udah kalau gitu Mama juga mau rapi-rapi rumah sampai ketemu lagi nanti ketemuan kita kabaran aja ya.” Anara mematikan ponselnya lalu memasukkan ke dalam baju yang ia kenakan.
Ia merapikan baju-baju yang masih ada di dalam koper ke dalam lemari kamar mereka. Menatanya dengan baik dan rapi sesuai dengan jenis dan warna. “Aku yakin banget suatu saat kamu bakalan cinta sama aku Mas. Dan aku juga yakin kamu bakalan terima aku apa adanya semoga Allah menyatukan kita berdua dengan ikatan yang benar-benar halal seperti sekarang dan aku berjanji akan menjadi Istri yang baik untuk kamu dan anak kita kelak.” Foto pernikahan mereka terpajang di dalam kamar terlihat foto itu seperti senyum yang tidak tulus dan apa adanya. Anara hanya tersenyum dan berharap kalau misalkan ke depannya bisa terkabul apa yang ia inginkan.
Sengaja hari ini, Anara keluar sebentar untuk membeli kue ulang tahun untuk dirinya sendiri sebagai tanda syukur dalam hidup. Bukan gue yang mahal dan bukan kue yang mewah tapi kue sederhana saja sebagai apresiasi bahwa ia sudah menjadi orang lebih baik hari ini dan semoga lebih baik lagi ke depannya besok atau lusa.
“Hah? Kenapa ada kue ulang tahun siapa yang lagi ulang tahun?”
“Jadi hari ini adalah hari ulang tahun aku tapi nggak masalah sih kalau misalkan gak ada yang ngucapin termasuk Mas,” ucapnya yang tersenyum sedikit merasa sedih karena tidak ada yang mengucapkan apalagi orang yang sekarang adalah suaminya sendiri yang tidak ada bahagia bahagia tak menampilkan hal itu.
“Oh, jadi kamu hari ini ulang tahun ya? Ya udah kalau gitu selamat ulang tahun ya semoga di usia kamu berkah dan lebih baik lagi ke depannya.”
“Iya Mas terima kasih banyak atas ucapannya semoga hubungan kita menjadi keluarga yang langgeng.”
“Kamu jangan berharap kayak gitu karena semakin kamu berharap maka kamu akan semakin kecewa dengan apa yang saya lakukan selama ini sama kamu karena saya sama sekali gak cinta sama kamu.”
“Ya udah kalau gitu tolong dong kamu bersihin sepatu saya sudah kotor soalnya tadi malam saya bertemu dengan klien dan sampai di sana saya harus turun dari mobil menuju kafe jadi agak becek gitu jalanannya. Nanti habis ini kita langsung aja ke mall ya saya pengen kasih hadiah sama kamu ya hitung-hitung supaya saya memiliki rasa kemanusiaan sebagai seorang laki-laki ke istrinya.” Raut wajah yang awalnya merasa kecewa kini berubah menjadi bahagia ternyata orang yang ada di hadapannya sekarang tidak begitu sangat jahat banget ada baiknya juga tapi masih gengsi aja dan ia yakin kalau misalkan suatu saat nanti akan membalikkan perasaan yang mungkin awalnya benci dan awalnya tidak peduli menjadi rasa cinta dan sayang yang tulus.
Rika ke dapur dengan piawai membersihkan sepatu yang kotor di bagian bawahnya. Diam-diam Oktara mengintip apa yang dilakukan oleh Anara menjadi Istri yang baik tapi sampai saat ini ia tidak mencintainya.
Anara ingin menjemur di bagian depan rumah karena matahari cukup bisa membuat sepatu yang baru ia saja dicuci bisa kering. Kak sampai di sana saja membuat Oktara mengikutinya juga tapi dari kejauhan.
Suara dering telepon terdengar dari Nanda mantan tunangan dari Oktara yang masih saja menghubunginya walaupun dia sudah tahu kalau misalkan Oktara sudah menikah dengan perempuan lain. “Ini orang kenapa sih ganggu mulu udah tahu gue udah nikah!”
“Siapa Mas?”
“Enggak bukan siapa-siapa kok, udah selesai? Ya udah kalau gitu kita langsung aja ke mall untuk beli hadiah buat kamu. Tapi kamu jangan pakaian kayak begini ya lebih cantik dan elegan biar saya nggak malu nggak bawa kamu kamu lihat sendiri ‘kan penampilan sayang sangat fashionable dan modis?” ucapan yang seperti itu sangat ketus sekali bagi Anara dalam hati tapi ia hanya mengangguk dan masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Karena tidak memiliki asisten rumah tangga jadi untuk sementara ia melakukan atau mengcover semuanya sendirian.
Banyak sekali baju-baju yang berada di dalam lemari tapi tidak ada satupun baju-baju yang elegan atau baju yang sangat mewah dan motifnya juga sama seperti itu saja biasa karena emang dari dulu ia merupakan perempuan yang emang gak suka yang modis dan lagian juga ekonomi yang tidak bisa menunjang.
Akhirnya ketemulah dengan baju yang bermotif putih dan celana panjang berwarna hitam ditambah dengan kerudung yang berwarna kecoklatan pula senada dengan jam tangan yang ia kenakan. Dengan riasan wajah yang sangat sederhana dan lipstik yang juga tidak terlalu menor. Keluarlah ia dari kamar setelah 15 menit berdandan dan memakai pakaian lalu ada pertanyaan yang membuatnya tercengang dari Oktara.
“Ya ampun ternyata kok sama saja sih kayak pakaian ketika di rumah? Ya udah habis dari sini kita langsung aja ke mall terus saya pengen beliin kamu baju. Biar nanti buat kondangan atau buat jalan-jalan enggak bikin malu.”
“Emangnya pakaian aku norak banget ya? Perasaan menurut-----“
“Udah deh mending kamu ikutin aja apa yang saya ucapin kamu nurut sama saya ya. Ya udah kita langsung aja sudah dikunci belum semuanya. Sepatu sudah saya taruh di depan teras biar nggak kehujanan.” Oktara lebih dulu menyalakan mobil dan menyuruh Anara untuk masuk sendiri ke dalam.
Selama berada di dalam mobil ia terus saja diceramahi untuk bisa berpenampilan yang lebih menarik bisa membedakan penampilan di rumah dan penampilan jalan-jalan gak boleh harus sama.
“Saya itu pengennya kamu berubah apalagi kamu sudah menikah otomatis kamu tidak bisa menyepadankan diri kamu saja tapi harus dengan orang yang ada di samping kamu.”
“Ma’afin aku ya Mas, aku janji kok bakalan berubah, aku minta ma’af ya.”
“Ya udah kalau gitu saya ma’afin tapi jangan diulangi lagi,” jawabnya yang singkat.
Kira-kira akan membuat pangling Oktara nggak sih ketika Anara memakai baju pilihannya? Dan apakah mereka berdua akan jatuh cinta? Jangan lupa untuk buka di bab selanjutnya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments