Arini tau hari yang panas bisa saja berubah menjadi mendung dalam sekejap. Tapi Arin tidak menyangka jika mendung itu akan berubah menjadi badai seperti sekarang ini. Hal yang harus ia sesali adalah ketika ia sepele dan tidak membawa jas hujan atau payung. Kalau sudah begini maka ia harus menunggu sampai hujan reda atau ia akan berlari di bawah derasnya hujan sambil berdoa agar petir tidak menyambar dirinya. Di novel yang pernah Arin baca, saat pemeran utama wanita berada di antara hujan, maka akan datang laki laki tampan dan kaya raya yg menghampirinya dengan membawa payung. Mereka akhirnya jatuh cinta dan hidup bersama. Tapi Arin bukanlah karakter dalam novel, jadi sangat mustahil ada laki laki yang akan datang dan memberikan payung padanya. Hujan tak kunjung reda saat hari sudah beranjak malam. Dalam hati menyesal dan mencaci diri sendiri kenapa tidak terima tawaran bu Aya untuk pulang bersama. Alhasil ia harus menunggu sendirian dan kedinginan. Semakin lama menunggu bukannya semakin reda hujan malah semakin deras. Angkot yang ditunggu tunggu pun tak kunjung datang, membuatnya nekat mengambil opsi terakhir yang ia miliki. Jujur saja Arin penakut, tapi dibanding dengan hantu, Arin lebih takut dengan manusia. Manusia yang tidak bisa disebut sebagai manusia. Mengingat ia sering melihat berita yang beredar di medsos membuatnya merinding. Lebih baik ia demam karena kehujanan daripada demam karena ketakutan. Arin sudah bersiap siap untuk berlari, ia memeluk tote bag miliknya dan memakai topi yang ada di jaketnya.
"Gila dingin banget ini" Arin menggerutu sendiri dengan bibir yang sudah bergetar karena menggigil. Belum ada lima menit rasanya tubuhnya sudah membeku. Apalah daya mau tidak mau Arin harus tetap menerobosnya. Di pertengahan jalan hujan mulai reda, karena kesal Arin menendang kaleng bekas dan secara kebetulan -mungkin saja- sebuah mobil berhenti di depannya sehingga kaleng itu mengenai bagian kaca belakang.
Tak berselang lama seorang pria tinggi keluar membawa sebuah payung. Jelas itu membuat jantung Arini hampir merosot tanpa beban ke telapak kaki. Pria itu berjalan kearahnya dengan sorot mata yang teduh. Wajahnya tampan mirip mirip aktor Korea, tubuhnya tinggi dan kulitnya putih. Ia berjalan semakin dekat dan berhenti tepat di hadapannya.
"Kamu punya masalah hidup apa sih?" Tanya pria itu, "Mobil saya lecet gara gara kamu" Tukas pria itu. Arin jelas melongo, tapi namanya orang kaya lecet sedikit saja sudah jadi masalah.
"Ya maaf" Arin hanya menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Menurutmu maaf aja cukup?" Tanya pria itu. Arin mendongak sambil mengerutkan keningnya.
"Loh jadi harus gimana? Saya kan udah minta maaf?" Tanya Arin.
"Maaf aja gak cukup" Ucap pria itu.
"Ya terus saya harus gimana?" Tanya Arin, "Kalo pun harus ganti rugi saya gak punya banyak uang" Imbuhnya.
"Gak punya uang tapi kamu kan punya tenaga" Mendengar itu Arin terkekeh.
"Saya harus kerja sama bapak gitu kayak di film film?" Tanya Arin dan ia tak habis pikir saat pria itu mengangguk mengiyakan.
"Kalau kamu gak mau saya akan lapor polisi" Pria itu sudah mengeluarkan ponselnya dan seketika Arin menahannya.
"Apaan sih cepu banget main ngadu" Ucap Arin, "Jadi saya harus bayar berapa?" Tanya Arin.
"Saya gak butuh uang kamu, yang saya butuh tanggung jawab kamu" Ucap pria itu.
"Tapi kan pak ..."
"Abian, nama saya Abian dan saya bukan bapak kamu" Ucap pria yang mengaku bernama Abian tersebut.
"Iya pak Abian kan saya tanya saya harus bayar berapa?" Tanya Arin.
"2 milyar" Celetuk Abian tanpa ragu yang jelas membuat Arin tercengang.
"Wah bapak mau meras saya ya?" Tanya Arin.
"Untuk apa saya meras kamu?" Abian bertanya balik.
"Ya masa iya saya harus bayar 2 milyar cuma buat lecet gitu doang" Tukas Arin. Abian terkekeh lalu ia mencoba menghubungi kantor polisi tapi lagi lagi Arin mencegahnya.
"Kenapa?" Tanya Abian.
"Saya harus gimana?" Tanya Arin akhirnya.
"Kamu harus bayar ganti rugi" Jawab Abian.
"Tapi saya gak punya uang sebanyak itu" Arin putus asa.
"Kamu kan bisa nyicil" Ujar Abian. Arin menghela nafas, butuh waktu berapa abad sampai ia bisa melunasi hutang 2 milyar itu.
"Gimana caranya? saya cuma kerja di toko roti dan itu cukup cukup buat biaya hidup saya sendiri" Ucap Arin.
"Kamu bisa kerja sama saya, saya rasa itu bisa meringankan hutangmu" Ujar Abian.
"Kamu sengaja memang mau meras saya kan?" Tanya Arin curiga, "Kebetulan banget mobil kamu berhenti tanpa sebab di depan saya. Ya gak salah saya dong" Arin mencoba membela diri.
"Ya udah kamu jelasin aja di kantor polisi nanti" Ucap Abian.
"Oke, saya ganti rugi. Tapi nanti tunggu saya punya uang" Ujar Arin.
"Saya tunggu kamu besok siang dirumah saya" Abian memberi kartu namanya pada Arin, "Hanya sampai jam dua siang, setelah itu polisi yang akan menjemput kamu" Abian pergi setelah mengucapkan itu sementara Arin masih tak bergeming di tempatnya. Sialnya Arin baru sadar bahwa hari sudah benar benar gelap dan di sekitarnya benar benar sepi. Ia melihat kartu nama yang di berikan Abian.
"Abian Pradikta CEO APRA group? Kaya nya pernah denger ni perusahaan" Arin bicara sendiri.
Arin menjerit saat seseorang memegang pundaknya. Saat berbalik ia benar benar ingin melenyapkan Yoga saat itu juga.
"Lo ya bikin gue jantungan Yoga!!" Arin memukul Yoga sambil terus mengomel.
"Ya lagian lo sendirian disini ngapain?" Tanya Yoga yang datang dengan Carlos, motor kesayangannya.
"Gue nunggu angkot gak dateng dateng ya udah dari pada nunggu sampe malem mendingan gue terobos aja hujannya" Jawab Arin.
"Gila lo ya Rin, hujan lebat kaya gitu lo terobos aja" Omel Yoga, "Lo kan bisa minta jemput gue" Ujarnya.
"Lo yang gila, ya kali gue nyuruh lo" Ucap Arin, "Udah deh gue mau pulang" Arin hendak melangkah pergi.
"Rin, lo bisa suruh gue apapun. Karena setelah ini gue gak bisa ada buat lo sampai waktu yang gak bisa di tentukan" Ucap Yoga. Arin mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Maksud lo?" Tanya Arin.
"Gue dapet beasiswa di luar negeri Rin" Jawab Yoga. Arin mendadak linglung, "Lusa gue berangkat, dan gue mau sebelum gue berangkat lo mau ngabisin waktu sama gue" Sambungnya.
"Lo beneran mau pergi?" Tanya Arin dan Yoga mengangguk.
"Ini impian almarhum ayah gue dan gue harus wujudkan mimpinya" Jawab Yoga.
Arin mengangguk, "Bagus deh, gue doain yang terbaik buat lo" Ucapnya. Tapi Arin lagi lagi terperanjat saat Yoga menggenggam kedua tangannya.
"Ada satu hal yang mau gue bilang ke elo, Sebelum gue pergi gue pengen lo tau kalo gue jatuh cinta sama lo" Ucap Yoga. Melihat Arin masih terdiam Yoga tersenyum sumir, "Gue gak tau gimana sebenernya perasaan lo sama gue, tapi gue berharap lo akan nunggu gue. Gue berharap lo masih berdiri di tempat dimana gue bakal kembali" Ucap Yoga.
"Yoga" Arin menatap Yoga dengan penuh kesedihan, "Gue tau kalo saat saat kaya gini pasti bakal gue hadapi, gue gak bisa janji. Tapi gue akan berusaha" Ucap Arin. Keduanya saling pandang dan senyum pun terbit di kedua bibir mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments