Festival kuliner

Seperti janji Yoga sewaktu mengantar Arin pergi bekerja, ia akan menjemput Arin jam 8 malam. Tapi masih jam 7 malam sehabis Maghrib ia sudah menunggu di depan rumah Arin dengan setelan kemeja dan celana jeans hitamnya. Yoga mengetuk pintu untuk kesekian kali tapi tidak mendapat jawaban. Ia terus memanggil Arin berharap bocah itu muncul ke permukaan tapi nyatanya pintu tidak terbuka sedikitpun.

"Ni anak kemana sih?" Yoga menggerutu sendiri, "Arini assalamualaikum!!!" Teriak Yoga lebih keras.

"Walaikumsalam" Arin muncul dengan wajah belernya jelas membuat Yoga melongo.

"Arin lo belum siap siap?" Tanya Yoga tidak percaya.

"Lo bilang kan jam 8" ucap Arin sambil kucek kucek mata.

"Ya lo pikir ini jam berapa?" Tanya Yoga. Arin langsung melihat jam dindingnya. Ia pun terkejut saat melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.

"Ga, maaf" Arin mengatupkan kedua tangannya.

"Udah buruan mandi siap siap" Ujar Yoga.

"Gila aja mana sempet gue" Tukas Arin.

"Udah mandi gak usah dandan segala" Ucap Yoga sembari mendorong Arin agar segera masuk kedalam rumah.

Yoga tau benar bagaimana seorang wanita jika akan pergi. Dia punya kakak dan Yoga tau kakaknya itu akan menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di kamar mandi. Dan butuh waktu yang lama untuknya menentukan baju apa yang akan di pakai. Lebih kesal jika tiba tiba kakaknya berkata dia tidak punya baju padahal baju di lemarinya kalau di jual akan cukup untuk membiayai kuliahnya selama satu semester. Yoga tau Arin pasti juga sedang sibuk memilih baju apa yang akan di pakai untuk pergi. Sebenarnya kalau Yoga boleh jujur pakai apapun Arin akan tetap terlihat cantik. Seperti sekarang Arin muncul hanya dengan menggunakan kemeja longgar warna biru dan celana kulot warna krem yang sepertinya baru Arin pakai Minggu lalu. Rambutnya diikat sekenanya, anak rambutnya dibiarkan terurai bebas di wajahnya.

"Lama ya?" Tanya Arin.

"Enggak sih, ya udah ayo berangkat" Seperti biasa Yoga memakaikan helm di kepala Arin. Sebenarnya tidak ada alasan bagi Arin dan Yoga untuk tidak saling menyukai setelah kedekatan yang terjalin di antara mereka. Tapi hingga saat ini keduanya masih membisu, keduanya memilih diam dan menikmati rasa yang masih ambigu. Setahun bukan waktu yang sebentar, tapi tidak untuk hal mencintai. Setahun tidak cukup bagi seseorang untuk jatuh cinta apalagi sampai menjalin hubungan. Begitupun yang dirasakan oleh Arin, ia tidak punya cukup bekal untuk mencintai seorang seperti Yoga.

"Lo tau gak, ini pertama kalinya gue bawa cewe ke festival kampus kaya gini" Ucap Yoga setelah berhasil melahap satu tusuk sate ayam miliknya.

"Kenapa?" Tanya Arin. Yoga mengedikkan bahunya.

"Gak tau deh, pada malu kali jalan sama gue" Yoga terkekeh sendiri.

"Apaan sih lo, buktinya gue enggak malu tuh jalan sama lo" Ucap Arin.

"Karena lo memang beda" Ucap Yoga sambil menatap Arin lekat.

"Oh ya?" Kali ini Arin yang terkekeh.

"Atau sebenarnya lo malu jalan sama gue" Yoga ikut terkekeh.

"Enggak sih, gue seneng seneng aja jalan sama lo" Arin melahap satu tusuk sate terakhir miliknya.

"Mau makan apa lagi?" Tanya Yoga.

"Apa ya?" Arin menimbang sembari melihat sekeliling. Ia tersenyum saat melihat gerobak penjual telur gulung, "Ga, ada telur gulung" Ucap Arin antusias.

"Lo mau?" Tanya Yoga dan Arin mengangguk. Arin ingat terakhir makan telur gulung sewaktu ia masih duduk di bangku sekolah.

"Bang telur gulungnya dong" Seru Yoga. Saat sang penjual menoleh, Yoga terkejut lalu setelahnya tertawa.

"Yoga, lo ngapain disini?" Tanya Fajar, teman seangkatannya dulu.

"Jalan jalan aja bro, kangen suasana kampus" Jawab Yoga, "Lo ngapain disini?" Tanya Yoga.

"Mengembangkan bakat" Jawab Fajar lalu tertawa.

"Bisa aja lo" Yoga tau kalau temannya itu memang punya bakat dalam hal berdagang.

"Tumben lo bawa cewek?" Tanya Fajar.

"Oh ya jar ini kenalin temen gue Arin" Ucap Yoga. Mendengar kata teman sebenarnya tidak mengejutkan di telinga Arin. Memangnya apa yang ia harapkan, mereka benar benar hanya teman.

"Hai Arin" Fajar melambaikan tangan sembari tersenyum. Arin hanya tersenyum sungkan lalu melambaikan tangan juga.

"Sendiri aja?" Tanya Yoga.

"Manusia segini banyaknya lo bilang gue sendiri?" Fajar geleng geleng kepala.

"Gue cuma tanya kampret, ya kali lo bawa gerobaknya sendiri" Tukas Yoga.

"Enggak, Adek gue ikut tapi lagi ke toilet dianya mencret kayanya" Ucap Fajar yang sukses membuat Arin dan Yoga terkekeh.

"Berapaan ni?" Tanya Yoga setelah melahap satu tusuk telur gulung tanpa permisi.

"Biasa sama orang Dua rebu, karena lo temen gue jadi Tiga rebu aja" Jawab Fajar.

"Yang bener aja lo, bukannya di gratisin malah di mahalin" Yoga mengambil satu tusuk telur gulung lagi dan memberikannya pada Arin.

"Lo banyak duitnya ya kali gue gratisin" Ucap Fajar lalu tertawa.

"Sotoy banget lo" Yoga terkekeh sambil mengambil telur gulung yang ke lima dan melahapnya sampai habis.

"Cafe gimana, aman?" Tanya Fajar.

"Aman aman gitu lah" Jawab Yoga. Fajar hanya mengangguk anggukan kepalanya, "Toko gimana, aman?" Tanya Yoga.

"Aman ga" Jawab Fajar.

Omong omong ini adalah pertemuan pertama mereka sejak terakhir bertemu di acara wisuda dua tahun yang lalu. Setelahnya mereka hanya berbincang lewat ponsel. Fajar dan Yoga adalah teman baik, satu lagi ada temannya baiknya namanya Bayu. Tapi sayangnya Bayu meninggal sebulan sebelum wisuda karena sakit. Sampai sekarang baik Fajar atau Yoga tidak ingin membicarakan tentang Bayu. Bukan karena mereka ingin melupakan Bayu, tapi mereka tidak ingin membuka cerita yang akhirnya kembali menimbulkan rasa bersalah.

Setelah berbincang cukup lama dengan Fajar, Yoga dan Arin kembali berkeliling dan akhirnya memilih duduk di bangku taman kampus. Cukup ramai disana, banyak muda mudi yang datang dan turut meramaikan festival kuliner yang juga menyediakan beberapa hiburan. Arin terdiam, di tangannya memegang cup berisi kopi yang tadi di belikan Yoga untuknya.

"Rin" Panggil Yoga dan Arin menoleh, "Makasih untuk malem ini" Ucap Yoga. Arin sempat terdiam, lalu akhirnya tersenyum.

"Makasih juga untuk traktirannya, gue sampe kenyang banget ini" Arin terkekeh.

"Ini gak gratis loh" Ucap Yoga yang membuat Arin mengerutkan keningnya.

"Gue kudu bayar ni?" Tanya Arin dengan wajah bingungnya yang berhasil membuat Yoga tertawa.

"Ya kagak lah" Yoga mendorong kening Arin dengan telunjuknya yang sontak membuat Arin manyun.

"Kalo lo suruh gue bayar juga gue bayar, tapi nyicil" Ucap Arin yang lagi lagi membuat Yoga tertawa. Sejenak Arin ingin menghentikan waktu ketika melihat Yoga tertawa lepas seperti sekarang ini. Tawa yang menyenangkan untuk di dengar dan wajah yang menenangkan untuk dipandang lebih lama.

Terpopuler

Comments

Yunisa

Yunisa

Yoga orangnya asyik juga

2022-09-09

0

Nenk Patimah

Nenk Patimah

mungkin karna msih baru jdi belom ramai yng baca ..tetap semangat thor ...

2022-08-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!