Disebuah kamar hotel bintang tiga.
“Alex… kapan kamu akan menikahi aku? Kita sudah pacaran tiga tahun lebih. Dan kini usiaku sudah dua puluh lima tahun, kamu pun sudah punya usaha yang bagus.” Tanya Wulan sambil memeluk tubuh lelaki bernama Alex. Kepalanya disandarkan di dada bidang lelaki yang telah menjadi kekasihnya itu.
Alex tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia hanya menyeringai lalu menyesap rokok. Tangannya membelai kulit Wulan yang putih dan tertutup sehelai benang itu. Mereka berdua telah melakukan hubungan saling suka tanpa ikatan pernikahan yang sah.
“Lex… kapan?” Tanya Wulan dengan manja. Lalu dia mendongak dan melihat wajah lelaki yang dicintainya itu.
“Wulan, sejak setahun lalu kamu menanyakan hal ini, aku sudah menjawabnya. Dan kali ini pun jawaban aku sama. Tunggu saja sayangku, untuk saat ini aku belum siap untuk berkomitmen lebih jauh. Pernikahan itu bukan hanya tentang ijab qabul, tapi banyak hal yang harus disiapkan. Kamu yang sabar ya, aku mencintaimu.”
“Tapi Lex…”
Alex langsung melancarkan ciuman dibibir wanita cantik ini. Alex malas berdebat perihal pernikahan. Dia merasa tidak siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih dari sekedar berpacaran dan bersenang-senang.
Mendapat serangan itu, Wulandari yang sudah dimabuk cinta kembali terlena dan lupa akan pertanyaannya tadi.
Wulandari, direktur pemasaran PT. Bintang Persada, cucu pertama keluarga Wiraja yang kecantikannya dan kemolekan tubuhnya tak kalah dengan Zaskia Gotik itu tenggelam dalam dosa kenikmatakan karena rayuan mulut manis lelaki. Dan memang pada dasarnya Wulandari yang terobsesi dengan harta, saat pertama kali Alex meminta untuk berhubungan badan dia dengan sukarela mengamininya dengan harapan dia akan dipersunting lelaki kaya kekasihnya itu.
\===o0o===
Keluarga Wiraja merupakan salah satu keluarga kaya kelas dua di negeri ini. Penghasilan utama mereka adalah dari pabrik yang memproduksi mainan dan makanan ringan untuk kalangan bawah. Dan Wulandari adalah cucu pertama dari keluarga Wiraja. Hampir seluruh anggot keluarga Wiraja selalu menilai kehidupan ini dengan harta dan tahta. Mereka akan menjadi penjilat atau apa saja asal bisa mendapatkan harta maupun tahta, dan mereka akan selalu memandang rendah pada siapa saja yang berada dibawah mereka.
Ibu Wulandari, Amara Wiraja, adalah putri kedua dari keluarga itu. Amara Wiraja dijodohkan dengan Dedi Anggoro salah satu cucu konglomerat di negeri ini. Seiring berjalannya waktu konglomerasi keluarga Dedi Anggoro banyak yang bangkrut karena tersandung masalah korupsi dan kolusi dengan oknum-oknum pejabat yang mengakibatkan mereka harus mengembalikan harta yang telah mereka timbun ke Negara.
Karena kondisi tersebut membuat kedua orang tua tersisih dari pergaulan internal keluarga Wiraja. Beruntunglah Wulandari memiliki kecerdasan dan kemampuan sehingga dipercaya untuk menjadi direktur pemasaran di PT. Bintang Persada salah satu anak perusahaan keluarga Wiraja.
Saat ini Wulandari tengah berpacaran dengan Alexander Gunawan, pengusaha muda yang sukses dengan usaha market place nya.
\===o0o===
“Mama aku pulang…” Teriak Wulandari seraya membuka pintu rumahnya.
Dilihatnya sang mama hanya menoleh sekilas lalu segera beranjak mengambil tas kecil yang terlihat mewah dan maha.
“Ah, untunglah kamu sudah pulang sekarang. Oh ya apa kamu sudah transfer ke rekening mama? Sekarang mama mau pergi arisan nih.”
“Ih mama, putrinya yang cantik ini pulang ga ditanya kabar malah tanya transferan. Gimana sih?” Sungut Wulandari sambil memanyunkan bibirnya.
“Iya… iya… syukurlah kamu udah sampai rumah dengan selamat. Tapi kamu ga lupa kan masalah transferan itu?”
“Masa minta sama Wulan sih ma, minta sama papa dong.”
“Kamu ini! Papamu itu sudah ga berguna dan ga bisa diharapkan lagi. Udah miskin.” Sengit Amara pada putrinya. “Ayolah Wulan, mama harus buru-buru nih. Mana kunci mobilmu, mama akan berangkat sekarang. Dan mama ga mau tahu, nanti saat mama arisan di rekening mama harus sudah ada dua puluh juta. Biar mama ga malu sama teman-teman mama.”
“Aku ini putrimu ma… bukan sapi perah.” Jawab Wulandari dongkol tapi tetap saja dia menyorongkan kunci mobil kepada mamanya.
“Ya iyalah, ini hutang kok. Nanti akan mama ganti setelah uang dari nenek pelit kamu itu mama terima di akhir bulan.” Jawab Amara dengan nada tinggi. Sekarang ini keluarganya hanya bisa mengandalkan uang jajan tiga
puluh juta perbulan yang diberikan oleh ibunya.
Uang itu adalah bentuk subsidi keluarga. Walaupun begitu si penerima subsidi akan selalu mendapat kata-kata pedas hinaan saat uang subsidi keluarga diberikan.
Amara segera pergi begitu menerima kunci mobil dari putrinya.
Wulandari dengan perasaan dongkol segera meraih handphone nya dan membuka aplikasi m-banking lalu mentransfer sejumlah uang ke rekening mamanya.
“Eh Wulan kamu sudah pulang nak?” Suara Dedi Anggoro papanya menyapa.
“Iya pa, tapi belum sempat duduk udah kena palak mama.”
“Ya sudah kamu berikan saja, daripada mamamu mengomel tiga hari tiga malam, apa kamu sanggup nantinya?”
Wulandari begidik membayangkan kalimat papanya. Dia pernah mengalaminya dulu sewaktu kuliah. Mamanya seolah mempunyai mempunyai tenaga berlebih kalau sudah mengomel karena tidak kesampaian apa yang sudah dia inginkan. Dari bangun tidur sampai tidur lagi mamanya mengomel tiada henti.
“Ini adalah kesalahan papa! Karena usaha papa yang bangkrut semuanya. Jadinya Wulan yang harus menanggung beban gaya hidup mama. Dasar papa miskin! Tak berguna! Wulan jadi ikutan kena getahnya deh!” Kata Wulandari tanpa memikirkan perasaan papanya, dia berlalu masuk kedalam kamarnya.
Dedi Anggoro hanya bisa terduduk menerima hinaan dari putri sulungnya itu. Hatinya tersayat, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah hafal betul dengan perangai putri-putrinya dan istrinya. Karena ini merupakan didikan keluarga Wiraja.
\===o0o===
“Kamu ini bikin kopi saja ga becus! Dasar orang miskin. Aku tahu kamu ini ga pernah minum kopi di café-café yang mahal. Tapi ga begini juga kali buatin aku. Salah satu direktur disini.” Maki Wulandari pada ob yang membuatkan kopi untuknya.
“Ma-maaf bu.” Jawab sang ob sambil menangis
“Maaf… Maaf. Dasar orang miskin dan hina. Kamu tahu perusahaan akan kehilangan omzetnya jika kamu suguhi minuman rasa taik ini.” Wulandari melanjutkan makiannya pada ob. “Pake nangis lagi. Kamu anggap ini sinetron. Orang miskin nangis lalu banyak yang nolongin? Ngimpi kamu! Udah sana pergi, pengen muntah aku ngelihat mukamu.”
Dengan penuh rasa marah ob itu keluar dari ruang kerja Wulandari. Tangisnya belum berhenti, namun dia berjalan mantab ke ruangan HRD. Dia akan mengundurkan diri, sudah lelah dia mendapatkan cacian dan hinaan ini dari direktur di lantai lima gedung ini.
“Pfft… Bu Wulandari selalu seperti ini. Sejak dia menjabat direktur pemasaran, sudah berapa kali aku harus mencari ob baru. Semuanya mengundurkan diri, tak tahan dengan hinaan dan caci maki. Emang tugas di HRD hanya mencari ob baru?” Gerutu manajer HRD setelah menerima pengunduran diri sang ob. “Sekarang harus bikin laporan lagi ke pak Dino perihal ini. Capek deh.” Gerutunya lagi.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
H.F. RAJAK
ngerti aja kalo othor suka omes kalo liat gotik 😂😂
2022-01-23
0
4GDHGita
pasti otor fans nya gotik ya..!?!?🤗🤗🤗
2022-01-23
0