== 2 == Tentang Dhamar (2)

“Bu, aku berangkat untuk mencari pekerjaan. Tadi Dhamar sudah menanak nasi dan memasak sayur bayam serta menggoreng tempe untuk ibu. Jangan lupa ya bu untuk selalu meminum obat.” Pamit Dhamar sambil mencium

punggung tangan ibunya.

“Hati-hati ya nak, ibu tak bisa memberimu uang saku untuk sekedar naik angkot. Ibu hanya bisa mendoakan agar kamu bisa cepat mendapat pekerjaan. Banyak-banyak membaca sholawat ya, semoga Allah memberikan kelancaran dan kemudahan untuk semua usaha kamu nak. Aamiin.”

“Aamiin…. Oh ya bu, Dhamar masih ada sedikit uang, kemarin pak erte memberi Dhamar pekerjaan, Alhamdulillah diberi upah lumayan bu, jadi ibu tenang saja. sekarang Dhamar berangkat bu.Assalamualaikum.”

“Waalaikumusalam…”

Hari itu Dhamar memutuskan untuk mencari kerja di kawasan perkantoran dikotanya. Sampai menjelang tengah hari, Dhamar telah memasuki lebih dari delapan kantor namun tak satupun kantor-kantor tersebut sedang membutuhkan karyawan baru.

Kumandang adzan dhuhur sayup terdengar. Dhamar bergegas mencari mushola atau masjid terdekat. Dengan berjalan kaki dia menyusuri trotoar jalan dan akhirnya menemukan sebuah mushola kecil di sebuah area pompa

bensin. Segera Dhamar mendirikan sholat dan bermunajat.

Jam dinding mushola telah menunjukkan pukul satu siang. Dhamar memutuskan untuk kembali melanjutkan usahanya. Dengan kondisi perut sedikit lapar dan kerongkongan yang mulai mongering, Dhamar melangkahkan

kakinya dengan mantab.

Dhamar mendongak memperhatikan pucuk gedung didepannya.Sebuah gedung tinggi yang terlihat mewah dan megah.

“Bismillah.” Ucap Dhamar seraya mengayunkan langkah kakinya memasuki gedung itu.

Hawa sejuk dari pendingin ruangan langsung menyapanya. Perbedaan hawa dari luar gedung yang tiba-tiba  membuat kulit Dhamar sedikit meriang. Dieadarkan pandangannya untuk mencari tahu dimana dia bisa  mendapatkan informasi apakah dia bisa melamar pekerjaan di gedung yang merupakan perkantoran ini.

Dhamar melihat sebuah meja besar dengan tulisan Customer Service diatasnya. Tanpa ragu dia melangkah. Dibacanya doa-doa pendek agar menguatkan kepercayaan dirinya.

“Selamat siang.” Sapa Dhamar pada seorang wanita memakai setelan pakaian kerja. “Apakah ada lowongan  pekerjaan di gedung perkantoran ini mbak? Saya bermaksud melamar pekerjaan apa saja disini.”

“Oh… hmm…” Wanita itu sedikit berfikir lalu membuka catatan kecil didepannya. Lalu memandangi Dhamar  dengan tajam. ‘Tampan juga remaja ini. Kelihatannya baru lulus SMA.’ Batin wanita itu dalam hati.

“Ah ya, kamu membawa surat lamaran kamu? Kalau sekarang kamu sudah membawanya kamu bisa naik ke lantai dua dan carilah ruangan HRD. Temui pak Dino, tadi beliau memberikan note pada kami bahwa PT. Bintang  Persada sedang membutuhkan seorang office boy. Jika kamu mau dengan pekerjaan itu, kamu bisa mencoba untuk menghadap beliau.”

“Mau. Mau mbak. Saya harus lewat mana untuk bisa bertemu dengan pak Dino?”

“Kamu bisa lewat tangga disebelah sana atau lewat lift yang disebelah sana itu.” Jawab wanita itu sambil  menunjukkan arah pada Dhamar.

“Baik mbak, saya akan langsung kesana. Terima kasih mbak, mohon doanya biar saya diterima.” Ucap Dhamar.

Dengan tergesa-gesa Dhamar berjalan menuju tangga yang arahnya ditunjukkan wanita tadi. Dhamar memilih tangga karena dia takut mendapat malu sebab tidak tahu cara operasional lift agar bisa membawanya ke lantai dua.

Wanita itu hanya melongo saat tahu Dhamar memilih tangga. ‘Dasar orang kampung, aku tadi kan hanya  bercanda mengatakan bisa lewat tangga, eh dianya malah beneran memilih lewat tangga.’ Batin wanita itu.

Dhamar telah sampai di lantai dua gedung tersebut. Dia segera mencari ruangan HRD.

“Ini dia. Semoga aku langsung diterima bekerja disini. Meskipun hanya menjadi OB, aku akan mendapat  penghasilan tetap. Hingga aku bisa memberikan perawatan yang layak untuk ibu.” Gumam Dhamar di depan pintu ruangan HRD. “Bismillah. Ya Allah mudahkanlah jalanku. Aamiin…” Doa Dhamar pelan.

Dia lalu memasuki ruangan tersebut dan dijumpainya ada sekitar sepuluh orang yang berada disana dan masing-masing sibuk dengan pekerjaannya.

“Permisi, saya bermaksud melamar pekerjaan. Kata mbak yang ada di meja costumer service dibawah saya harus menemui pak Dino.” Kata Dhamar pada laki-laki yang tampak sibuk dengan laptop di depannya.

“Oh mau melamar menjadi OB ya? Tunggu sebentar ya, aku segera mengantarkanmu.” Jawab lelaki itu lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.

Sepuluh menit kemudian laki-laki itu berdiri dan memberikan isyarat pada Dhamar untuk mengikutinya.

“Kamu tunggu sebentar disini. Aku akan masuk dan mengatakan kepada pak Dino.” Perintah lelaki itu.

Dhamar menjawabnya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat didalam akhirnya lelaki itu keluar dan menyuruh Dhamar untuk masuk kedalam ruang Manajer HRD.

Kini Dhamar sudah duduk didepan manajer HRD. Dia menyerahkan berkas lamaran yang ia bawa. Kemudian dia mendapatkan sedikit pertanyaan.

Dengan lugas dan tegas Dhamar menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan. Sang manajer HRD alias pak Dino mendengarkan jawaban Dhamar dengan seksama dengan pandangan tajam seolah menilai setiap gesture tubuh saat Dhamar mendengarkan pertanyaan atau saat Dhamar sedang menjawab pertanyaan.

“Baiklah. Aku rasa cukup. Karena perusahaan ini sedang butuh seorang OB yang cakap, dan tampaknya kamu bisa aku andalkan. Kamu saya terima untuk bekerja disini. Masa training adalah tiga bulan. Dalam tiga bulan ke depan kamu akan dievaluasi dan dinilai kinerja kamu. Intinya selama kamu rajin dan berkomitmen dalam  pekerjaan kamu, maka pada bulan ketiga kamu akan mendapat kontrak kerja sebagai karyawan tetap disini. Kamu bersedia?”

“S-saya diterima pak? Alhamdulillah… saya bersedia pak. Saya bersedia dan saya akan bekerja dengan penuh semangat pak.” Jawab Dhamar. Dalam hatinya terucap berkali-kali puja dan puji ke Allah Ta’ala yang memberikan kemudahan di hari pertamanya mencari pekerjaan.

“Baiklah, ini surat kontrak untuk masa training kamu. Setelah itu kamu akan diantarkan ke tim leader untuk mendapatkan job deskripsi. Baca dulu kalau sudah faham dan tidak ada yang kamu tanyakan dari surat kontrak itu, kamu bisa tanda tanganinya langsung.”

“Baik pak.”

Tanpa membacanya Dhamar langsung saja tanda tangan diatas surat kontrak kerja itu. Setelah itu seperti yang dikatakan Dino, Dhamar langsung diantar ke tim leader untuk mendapatkan pengarahan.

“Baiklah Dhamar kamu sudah mengerti yang aku katakan? Mulai besok kamu akan bekerja, dan kebetulan kamu mendapatkan shift kedua yang dimulai pukul 3 sore dan selesai pukul sepuluh malam. Untuk kartu identitas  karyawan akan aku berikan besok saat kamu sampai disini. Sekarang kamu boleh pulang dan ingat besok datang lebih awal biar kamu bisa berkenalan dengan rekan kerja kamu di tim yang aku pimpin. Mengerti?”

“Siap pak.” Jawab Dhamar. “Kalau begitu saya akan pulang dulu. Assalamualaikum.” Lalu Dhamar pergi tak lupa dia bersalaman dan menciup tangan atasannya yang terlihat seusia ibunya itu dengan takzim.

Dhamar keluar dari gedung itu dengan perasaan bahagia. Segera dia mencari mushola atau masjid. Dia bermaksud untuk melakukan sujud syukur dan sholat asar karena waktu telah tiba untuk sholat wajib itu.

Selepas sholat Dhamar teringat kalau uang di dompetnya sekarang hanya lima puluh ribu saja. Itu cukup untuk kebutuhan makan dua hari bersama ibunya.

“Alhamdulillah beras masih ada satu kilo dirumah, jadi hanya perlu beli sayuran dan lauk. Semoga saat pulang nanti atau besok ada tetangga yang memberi pekerjaan kecil agar aku dapat tambahan uang. Aamiin…”

Selepas bergumam tiba-tiba melintas ucapan ayahnya. Dhamar teringat betul ayahnya itu berkata seminggu tepat sebelum beliau meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.

“Beberapa tahun lagi kamu akan tamat SMA nak, maafkan bapakmu yang tak mampu untuk menyekolahkan kamu ke universitas. Jika saja bapakmu ini tidak keras kepala, jika saja bapakmu ini bersedia meminta maaf, bapak yakin kamu akan bisa kuliah. Tapi bapakmu ini sudah termakan sumpahnya sendiri, jadi bapakmu ini tak mampu berbuat apa-apa selain melaksanakan sumpah yang telah bapak ucapkan.” Bapak Dhamar berhenti sebentar lalu mengusap matanya yang berkaca-kaca. “Akan tetapi bapak yakin nak, dengan kecerdasan yang kamu miliki, bapak yakin kamu akan menjadi orang hebat dimasa depan.”

“Aamiin…” Jawab Dhamar waktu itu tanpa bertanya lebih lanjut tentang kata-kata bapaknya.

Sekali lagi Dhamar mengangkat tangannya berdoa. Dia memohon ke Allah Ta’ala agar doa-doa yang pernah dipanjatkan kedua orang tuanya bisa secepatnya diijabahi, hingga dia bisa memberikan perawatan kesehatan untuk ibunya yang sakit keras.

Bersambung…

Terpopuler

Comments

4GDHGita

4GDHGita

jadi inget dulu jaman ngelamar kerjaan,mapai jalan sembari panas dan haus,pengen beli es tapi takut belum dapet kerjaan akhirnya cuma minum air bekal dari rumah,🥺🥺🥺

2022-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!