Saudara Dan Sahabat

"Kak Raina ... Kak ...." panggil Raka sembari melambaikan tangannya di depan Raina. Tapi, yang dipanggil sedari tadi masih asik dengan lamunannya.

" Kak ... Woiii! Melamun aja, sih? " kembali Raka memanggil kakak nya itu dengan nada kesal sambil mengguncang badan Raina.

"Heh, heem, iya Dek, kenapa? " tanya Raina yang kaget melihat Raka yang sudah berdiri di depan nya.

"Kakak, ihh ... melamun aja dari tadi, sampe Raka goyang-goyang juga masih aja diam. Kakak kenapa sih? Mana nih, sarapan nya Kak? "

Raka memberondong pertanyaan ke Raina yang masih tergagap.

Belum sempat Raina menjawab, Kakak lelaki nya sudah menyela duluan.

"Itu hobi baru kakak perempuan mu, Dek. Kalo ada lomba melamun, dia yang pasti jadi juaranya." ujar Aldo menggoda adik perempuannya itu.

"Ikh, Kak Aldo, suka banget ngeledekin adik nya." jawab Raina sambil memanyun kan bibir nya

"Biar. Weeekkk ...." jawab Aldo dengan berlari ke kamar nya sembari menjulurkan lidah nya kembali mengejek adik perempuannya itu.

Raina dengan cekatan membuatkan sarapan untuk mereka bertiga.

"Nih, Dek, sarapannya. Pake mie rebus sama telur ceplok aja, ya? " ucap Raina sembari tangannya dengan cekatan menyiapkan makanan di lantai dapur yang beralaskan tikar sederhana.

"Gak apa-apa kali, Ka, ini juga sudah enak kok. Bersyukur kita masih bisa makan setiap hari nya meski hanya dengan lauk seadanya." jawab Raka sambil menyendok kan makanan ke mulutnya.

Kembali terharu Raina mendengar ucapan adik bungsunya ini. Alhamdulilah sedari kecil kami bertiga tidak pernah mengeluh dan menuntut apa pun ke bapak karena kita sadar kita bukan dari orang berada. Dan selalu ingat dengan nasihat bapak untuk selalu bersyukur sekecil apa pun rejeki yang di beri Allah untuk kami.

"Kak Aldo ... ini sarapannya sudah jadi, nih!" teriak Raina dari arah dapur.

"Iya, sebentar kakak sarapan, Dek, masih siap-siap nih." jawab Aldo dari arah kamar.

"Buruan, nanti keburu dingin, gak enak, loh?" balas Raina.

"Iya ... iya, sabar ratu bawel ...." sahut Aldo sambil melangkah mendekati kedua adiknya.

Raka sudah menyelesaikan sarapannya dan mencuci piring bekas makannya dan melanjutkan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena jarak rumah dengan sekolahnya cukup dekat.

Sementara itu, Raina juga bersiap untuk ke sekolah dan menunggu kakak lelakinya. Raina setiap harinya ikut dengan Aldo sampai terminal.

Ya, karena hanya sampai terminal saja yang searah dengan kantor Aldo. Selanjutnya, Raina menaiki angkutan umum untuk melanjutkan ke sekolahnya.

"Kakak berangkat kerja ya, Dek." pamit Aldo ke adiknya.

"Iya, Kak, hati-hati ya, Kak." jawab Raina sambil mencium tangan kakaknya penuh takzim.

Tak lama kemudian, angkutan umum yang di tunggu Raina pun tiba. Raina langsung masuk dan duduk di kursi angkutan umum tersebut.

Tanpa ia sadari, dari arah bangku belakang ada sorot mata yang memperhatikan dirinya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Sesampainya di sekolah, ku percepat langkahku menuju ruang kelas, karena pelajaran pertama di buka dengan pelajaran bahasa inggris dengan guru yang terkenal super cerewet dan galak.

Ya, aku tidak ingin terus-terusan telat di mata pelajaran ini dan ketinggalan pelajaran.

Sebenarnya, bukan hanya di pelajaran ini saja aku juga suka terlambat di pelajaran pertama lainnya. Dan alasannya tetap sama, karena terlalu lama menunggu angkutan umum. Meski begitu, aku tetap mengejar ketertinggalan karena aku tidak mau melewatkan satu pelajaran pun, karena sekarang aku sudah kelas dua belas yang sebentar lagi akan menghadapi ujian.

Bisa di bilang, aku anak yang cukup pandai di kelas ku. Dan aku selalu mendapatkan beasiswa.

Sesampainya di depan kelas, aku mencoba mengatur nafas yang memburu dan kemudian lanjut memasuki ruang kelas.

Aku letakkan tas sekolah ku sembari aku duduk dan menenangkan degub jantung ku yang sedari tadi masih berdetak dengan kerasnya.

"Alhamdulilah, akhirnya aku gak telat." batinku.

"Ehm ... .ehmm ... tumben gak telat, Rai?" tanya Sandra yang sudah duduk di sebelahku.

"Kamu nanya apa nyindir ?" balik ku bertanya.

"Hehehe ... aku nanya, Rai?" balasnya sambil nyengir kuda.

"Ya, kamu bisa liat sendiri kan, aku sudah disini. Alhamdulilah, tadi dapat angkot nya yang gak terlalu banyak mampir-mampirnya." jawabku.

"Alhamdulilah, deh, jadi kali ini kamu gak kena ocehan dari Mrs. Woro lagi." ucap Sandra.

Aku hanya membalas jawaban Sandra dengan senyuman sembari tanganku mengeluarkan buku tugas dari dalam tas.

Tak berapa lama, terdengar suara langkah kaki memasuki kelas. Ya, tidak salah lagi itu Mrs. Woro.

"Selamat pagi, anak-anak ...." sapa nya sembari meletakkan tas beserta bawaan lainnya.

"Selamat pagi, Miss ...." jawab kami serentak.

Mata Mrs. Woro beralih melihat ke arahku.

"Tidak telat lagi, Rai ?" tanya nya dengan sedikit menekan kata telat.

"Tidak, Miss." jawabku tersenyum.

"Baguslah. Jadi, saya tidak memberikan kamu gelar ratu telat." ujar nya dengan nada mengejek disertai tawa teman-teman satu kelas.

Aku juga membalas dengan tertawa karena sudah terbiasa mendengar hal-hal seperti itu. Karena aku hanya menganggap itu hanya sebuah candaan karena yang aku tau, Mrs. Woro adalah orang yang baik hanya saja dia memang cukup cerewet.

Proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Tak terasa waktu istirahat pun tiba. Aku murid yang jarang sekali pergi ke kantin, waktu istirahat biasanya aku pergunakan untuk membaca buku di perpustakaan atau hanya di dalam kelas saja. Hitung-hitung menghemat pengeluaran.

"Ke kantin yuk, Rai?" ajak Sandra.

"Gak San, aku di kelas aja. Mau mengulang pelajaran tadi." jawabku.

"Ah ... gak asik nih, kamu. Tiap diajak ke kantin pasti susah banget." ucap Sandra dengan muka cemberutnya.

"Kan, kamu tau sendiri, San, aku seperti apa ?" jawabku sambil tersenyum melihat wajah sahabatku ini.

"Ya, udah deh, aku ke kantin dulu, ya. Kamu mau nitip apa? Kali ini jangan ditolak lagi tawaranku!" ucapnya dengan nada sedikit mengeras.

"Kamu mau ngancam aku? kalau aku tolak kamu bakal diam kan aku lagi, gitu?" jawabku cengengesan.

"Ah ... kamu ini susah banget, sih, ... Ini rejeki loh? Bodo amat lah, kalau kamu mau nolak aku tetap belikan juga kok! weeekk ...." ucapnya sembari menjulurkan lidah nya mengejek ku.

Sebelum aku membalas ucapan nya, dia sudah berlari terlebih dahulu meninggalkan aku yang masih tertawa melihat tingkahnya.

Begitulah sifat Sandra, dia selalu membantu ku meski diriku berkali-kali menolaknya. Ini sifatnya yang membuat diriku sungkan untuk berteman dengan nya. Tapi diri nya selalu mendekat dan membantuku.

"Nih, aku bawakan milkshake cokelat dan nasi ayam buat kamu." kata Sandra yang menenteng dua bungkus makanan dan meletakkan nya di meja.

"Terimakasih ya, San. Oh, iya ... kok, cepat banget, Neng baliknya? Lagi gak ngantri atau kamu godain mamang nya lagi biar cepat?" tanya ku penuh curiga.

"Apaan sih, gak lah ... aku cuma kasih kedipan mata aja ke mamang nya." jawabnya sambil mengedipkan kedua matanya mencontohkan kepada ku.

"Idih ... bisa ganjen juga temanku ini. Itu sama aja kali? sama menggoda." ucapku sambil tertawa melihat tingkah nya.

"Hehehe ... laper nih, ayo, makan dulu nanti keburu bel masuk, loh." jawab Sandra yang aku balas dengan anggukan.

Kami pun makan bersama. Mengganjal perut untuk menghadapi pelajaran berikutnya yang masih akan berlangsung beberapa jam ke depan.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Angela Jasmine

Angela Jasmine

Lanjuuuttt kak 🙏🙏🤗🤗

2020-06-20

1

Evi Nurfaizah

Evi Nurfaizah

thor...q dah mampir ni.ceritanya bagus.q suka.sukses trs ya...😍😍

2020-06-02

1

Titin Suhartini

Titin Suhartini

bagus ceritanya

2020-05-10

2

lihat semua
Episodes
1 Ingatan Raina
2 Saudara Dan Sahabat
3 Pertemuan Tak Terduga 1
4 Pertemuan Tak Terduga 2
5 POV Mas Awan
6 Kabar Mengejutkan
7 Bersemangat
8 Izin Dari Kak Aldo
9 Hari Pertama Bekerja
10 Bertemu Ibu
11 Kekagetan Raina
12 Kebenaran Yang Terungkap
13 Antara Senang Dan Sedih
14 Kejujuran Gina
15 POV Gina
16 Kedatangan Sandra
17 Pertemuan Kedua Dengan Ibu
18 Alasan Ibu
19 Berunding
20 POV Sandra 1
21 POV Sandra 2
22 Ulang Tahun Raina 1
23 Ulang Tahun Raina 2
24 Ulang Tahun Raina 3
25 Ulang Tahun Raina 4
26 Pertemuan Ibu dengan Aldo dan Raka
27 Raka luluh
28 Berkumpul
29 Masa Lalu Ibu 1
30 Masa Lalu Ibu 2
31 Tak Disangka
32 Perpisahan Ibu
33 Kepulangan Ibu
34 Ibu dan Ridho
35 Rencana Ibu Riska
36 Kekesalan Raina
37 Permainan Dimulai
38 Rasa Penasaran Awan
39 Kembali Bertemu
40 Sisi Lain Raina
41 Tetangga Kepo
42 Persiapan Acara
43 Anniversary Resto
44 Rencana Jahat Awan
45 Tangisan Raina
46 Meratapi Nasib
47 Kecemasan Seorang Ibu
48 Prasangka Ridho
49 Pergi Ziarah
50 Berziarah
51 Kemarahan Bunda Eva
52 Kecurigaan Gina
53 Tanda-Tanda Dari Raina
54 Keseruan bersama Sandra dan Gina
55 Pertemuan dengan kakaknya Awan
56 Ada Apa Dengan Raina
57 Sikap Aneh Raina
58 Kecurigaan yang bertambah
59 Tanda-Tanda Kehamilan
60 Test Pack
61 Terungkap
62 Menjelaskan kepada ibu dan kakak
63 Pencarian Awan
64 Berembuk
65 Raina & Sandra
66 Keputusan Satria
67 Ide Ridho
68 Perasaan Ridho
69 Kenyataan Pahit
70 Pertemuan Dua Keluarga
71 Terimakasih
72 Akhirnya disetujui
73 Lupa kan Dia
74 Dia Tidak Akan Bertanggungjawab
75 Manisan
76 Terbuat dari apakah hatimu?
77 Mahar + Seserahan
78 Berakhir
79 Sah
80 Dipisahkan oleh dinding
81 Siapa Lin?
82 Nasi goreng terenak
83 Apa kamu sudah memeriksakan kandungan mu?
84 Periksa Kehamilan
85 Malaikat Tak Bersayap
86 Mie Ayam Favorit
87 Akan menjadi menantu yang baik
88 Acara Syukuran
89 Panggilan Sayang
90 Bertemu dengan Awan.
91 Saya sudah menikah
92 Bongkahan Es Kutub
93 Penyesalan Awan
94 Apa ini kecupan sayang?
95 Raina Sakit
96 Pelukan dari Satria
97 Masakan Ibu
98 Bagaimana perasaanmu ke dia?
99 Memandang wajahmu
100 Pergilah berbelanja
101 No Episode
102 Pertemuan pertama lagi
103 Pulang kerumah orangtua ku
104 Berpamitan
105 Tikar kenangan
106 Apa ini kontraksi?
107 Tangisan si kecil
108 Pengumuman!!!
109 Secercah Cahaya Untuk Raina (Season 2)
110 Arkhan Al Fiqri Sanjaya
111 Tidak ingin ditinggalkan
112 Kerinduan seorang ibu
113 Apa yang mamah tutupi dariku?
114 Berbaikan
115 Anugerah Terindah
116 Erlina 1
117 Erlina 2
118 Pergi diam-diam
119 Ketakutan Raina
120 Keegoisan Santi
121 Aku akan ikhlas
122 Bimbang
123 Tak disangka
124 Hilang akal
125 Tanggungjawab
126 Kembali Datang
127 Awal Pertemuan
128 Pernyataan Awan
129 Satria dan Mamah
130 Terimakasih, Awan.
131 Hati yang tulus
132 Keluh kesah Satria
133 Terjawab
134 Ridho & Renita
135 Pertanyaan tetangga
136 Ke rumah Pakde Suseno
137 Bukan Pemberi Harapan Palsu
138 Setitik Terang
139 Keluar Dari Rumah
140 Sekamar Lagi
141 Tergoyahkan
142 Maaf
143 Setetes penyesalan
144 Membangun Mimpi
145 Kenapa Diriku?
146 Postpartum Depression
147 Bersalah
148 Jujur
149 Pindahan
150 Makan Malam Bersama
151 Tingkah Aneh
152 Unek-Unek Raina
153 Kepergian Raina
154 Rasa kehilangan
155 Setitik jalan untuk Satria
156 Akhirnya, bertemu
157 Disidang
158 Rencana kembali menghalalkan Raina
159 Jatuh Cinta
160 Trauma Raina
161 Dua Kebahagiaan
162 Malam Pertama
163 Awal Setelah Pernikahan Ulang
164 Perubahan sikap
165 Kecelakaan
166 Hanya Masa Lalu
167 Bara Sadar
168 Berjalan dengan lancar
169 Sandra Bucin
170 Undangan Ridho
171 Pengakuan Ibu Santi
172 Saling memaafkan
173 Awal Perkenalan
174 Senyuman Maut
175 Raina vs Satria
176 Maaf
177 Berasa seperti pacaran
178 Hanya Sementara
179 Kehangatan keluarga yang kembali
180 Rumah Peninggalan
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Ingatan Raina
2
Saudara Dan Sahabat
3
Pertemuan Tak Terduga 1
4
Pertemuan Tak Terduga 2
5
POV Mas Awan
6
Kabar Mengejutkan
7
Bersemangat
8
Izin Dari Kak Aldo
9
Hari Pertama Bekerja
10
Bertemu Ibu
11
Kekagetan Raina
12
Kebenaran Yang Terungkap
13
Antara Senang Dan Sedih
14
Kejujuran Gina
15
POV Gina
16
Kedatangan Sandra
17
Pertemuan Kedua Dengan Ibu
18
Alasan Ibu
19
Berunding
20
POV Sandra 1
21
POV Sandra 2
22
Ulang Tahun Raina 1
23
Ulang Tahun Raina 2
24
Ulang Tahun Raina 3
25
Ulang Tahun Raina 4
26
Pertemuan Ibu dengan Aldo dan Raka
27
Raka luluh
28
Berkumpul
29
Masa Lalu Ibu 1
30
Masa Lalu Ibu 2
31
Tak Disangka
32
Perpisahan Ibu
33
Kepulangan Ibu
34
Ibu dan Ridho
35
Rencana Ibu Riska
36
Kekesalan Raina
37
Permainan Dimulai
38
Rasa Penasaran Awan
39
Kembali Bertemu
40
Sisi Lain Raina
41
Tetangga Kepo
42
Persiapan Acara
43
Anniversary Resto
44
Rencana Jahat Awan
45
Tangisan Raina
46
Meratapi Nasib
47
Kecemasan Seorang Ibu
48
Prasangka Ridho
49
Pergi Ziarah
50
Berziarah
51
Kemarahan Bunda Eva
52
Kecurigaan Gina
53
Tanda-Tanda Dari Raina
54
Keseruan bersama Sandra dan Gina
55
Pertemuan dengan kakaknya Awan
56
Ada Apa Dengan Raina
57
Sikap Aneh Raina
58
Kecurigaan yang bertambah
59
Tanda-Tanda Kehamilan
60
Test Pack
61
Terungkap
62
Menjelaskan kepada ibu dan kakak
63
Pencarian Awan
64
Berembuk
65
Raina & Sandra
66
Keputusan Satria
67
Ide Ridho
68
Perasaan Ridho
69
Kenyataan Pahit
70
Pertemuan Dua Keluarga
71
Terimakasih
72
Akhirnya disetujui
73
Lupa kan Dia
74
Dia Tidak Akan Bertanggungjawab
75
Manisan
76
Terbuat dari apakah hatimu?
77
Mahar + Seserahan
78
Berakhir
79
Sah
80
Dipisahkan oleh dinding
81
Siapa Lin?
82
Nasi goreng terenak
83
Apa kamu sudah memeriksakan kandungan mu?
84
Periksa Kehamilan
85
Malaikat Tak Bersayap
86
Mie Ayam Favorit
87
Akan menjadi menantu yang baik
88
Acara Syukuran
89
Panggilan Sayang
90
Bertemu dengan Awan.
91
Saya sudah menikah
92
Bongkahan Es Kutub
93
Penyesalan Awan
94
Apa ini kecupan sayang?
95
Raina Sakit
96
Pelukan dari Satria
97
Masakan Ibu
98
Bagaimana perasaanmu ke dia?
99
Memandang wajahmu
100
Pergilah berbelanja
101
No Episode
102
Pertemuan pertama lagi
103
Pulang kerumah orangtua ku
104
Berpamitan
105
Tikar kenangan
106
Apa ini kontraksi?
107
Tangisan si kecil
108
Pengumuman!!!
109
Secercah Cahaya Untuk Raina (Season 2)
110
Arkhan Al Fiqri Sanjaya
111
Tidak ingin ditinggalkan
112
Kerinduan seorang ibu
113
Apa yang mamah tutupi dariku?
114
Berbaikan
115
Anugerah Terindah
116
Erlina 1
117
Erlina 2
118
Pergi diam-diam
119
Ketakutan Raina
120
Keegoisan Santi
121
Aku akan ikhlas
122
Bimbang
123
Tak disangka
124
Hilang akal
125
Tanggungjawab
126
Kembali Datang
127
Awal Pertemuan
128
Pernyataan Awan
129
Satria dan Mamah
130
Terimakasih, Awan.
131
Hati yang tulus
132
Keluh kesah Satria
133
Terjawab
134
Ridho & Renita
135
Pertanyaan tetangga
136
Ke rumah Pakde Suseno
137
Bukan Pemberi Harapan Palsu
138
Setitik Terang
139
Keluar Dari Rumah
140
Sekamar Lagi
141
Tergoyahkan
142
Maaf
143
Setetes penyesalan
144
Membangun Mimpi
145
Kenapa Diriku?
146
Postpartum Depression
147
Bersalah
148
Jujur
149
Pindahan
150
Makan Malam Bersama
151
Tingkah Aneh
152
Unek-Unek Raina
153
Kepergian Raina
154
Rasa kehilangan
155
Setitik jalan untuk Satria
156
Akhirnya, bertemu
157
Disidang
158
Rencana kembali menghalalkan Raina
159
Jatuh Cinta
160
Trauma Raina
161
Dua Kebahagiaan
162
Malam Pertama
163
Awal Setelah Pernikahan Ulang
164
Perubahan sikap
165
Kecelakaan
166
Hanya Masa Lalu
167
Bara Sadar
168
Berjalan dengan lancar
169
Sandra Bucin
170
Undangan Ridho
171
Pengakuan Ibu Santi
172
Saling memaafkan
173
Awal Perkenalan
174
Senyuman Maut
175
Raina vs Satria
176
Maaf
177
Berasa seperti pacaran
178
Hanya Sementara
179
Kehangatan keluarga yang kembali
180
Rumah Peninggalan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!