"Rai ... kok bengong aja sih, sini!" teriak Sandra sembari melambaikan tangannya.
Aku yang tersentak mendengar panggilannya pun segera mendekati dirinya. Mendengar Sandra memanggil ku, lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arahku. Dan pandangan kami kembali beradu.
"Semakin mendekat kok aku jadi makin kikuk begini ya," gerutuku dalam hati.
"Ini Raina, Mas, teman aku yang tadi aku ceritain ke Mas Awan. Raina ini Mas Awan sepupu aku sekaligus barista di resto ini." ucap Sandra sembari memperkenalkan kami.
"Awan" kata lelaki itu tersenyum sembari mengulurkan tangannya.
Aku juga melakukan hal sama sepertinya.
"Mas Awan sudah cukup lama bekerja disini, dia jago banget loh,, meracik kopi atau minuman lainnya. Apa lagi? milkshake yang kamu minum tadi Rai. " celoteh Sandra.
"Kamu, kan, tadi sudah kasih tau aku, San" protes ku.
Sedangkan orang yang sedari tadi di bicarakan pun terlihat santai dengan kegiatan meraciknya dan tak menggubris ucapan sepupunya itu.
"Ye ... itu kan tadi belum ketemu sama orangnya, nah, sekarang sudah ketemu, siapa tau? kamu mau belajar buat milkshake yang enak di ajarin sama Mas Awan. " usul Sandra.
"Iya, Rai, kalau kamu mau mencoba, aku bisa kok, ajarin kamu gimana caranya." sahut Mas Awan.
"Ekh ...iya, Mas, terimakasih. Seriusan nih, aku boleh coba? Tapi sudah jam segini sih, aku harus segera pulang. " jawabku.
"Next time deh ... aku bakal bawa kamu kesini lagi Rai" balas Sandra.
"Yah ... sayang sekali, ya" kata Mas Awan.
Aku melihat ada sedikit kekecewaan di wajahnya.
"Hehehe ... lain waktu kan, bisa Mas, aku pamit pulang dulu, ya." balasku dengan sedikit tertawa.
"Ayo, Rai, aku antar pulang, tapi ke kantor bunda dulu ya, kita pamitan" ajak Sandra.
"Iya, San, tapi kamu antar aku sampai terminal aja ya, gak usah sampai rumah kasihan kamu kejauhan" pintaku pada Sandra.
"Jangan begitulah Rai, aku yang bawa kamu kesini, jadi aku juga yang bertanggungjawab antar kamu sampai rumah. " sahut Sandra.
"Loh, kamu naik angkutan umum, Rai?" tanya Mas Awan.
"Iya, Mas, " jawabku.
"Bareng sama aku aja, Rai, gimana? Sebentar lagi pergantian shift aku sudah bisa pulang." ajak Mas Awan.
Belum sempat aku menjawab ucapan Sandra, Mas Awan malah menawarkan diri untuk mengantarkan aku pulang.
"Eh, iya, Rai ,boleh tuh ajakan Mas Awan. Rumah kalian kan, searah meski memang lebih jauh rumah kamu sih, hhe" sahut Sandra menimpali ucapan Mas Awan sambil nyengir kuda khasnya.
"Memangnya rumah kamu dimana, Rai?" tanya Mas Awan lagi.
"Di daerah taman sari, Mas" balasku.
"Selisih tiga kilometer aja kok, gak apalah ... aku aja yang antar pulang" ucap Mas Awan.
"Seriusan ya Mas, kamu antar Rai sampai rumah dengan selamat pokonya" balas Sandra.
"Sip, tenang aja deh kamu, San ... Mas pasti jagain Raina dengan baik" balas Mas Awan mengacungkan jempolnya pada Sandra.
Sementara aku hanya bisa diam melihat perdebatan mereka berdua.
"Kalian gak nanya aku dulu? aku mau apa gak, di antar sama Mas Awan? Dari tadi, yang jawab kamu mulu, San, yang mau pulang kan aku?" tanya ku pada mereka berdua.
"Hehehe ... maaf ... maaf, gimana kamu mau kan, bareng Mas Awan ?" tanya Sandra.
"Iya, gak apa sih, kalau Mas Awan gak merasa direpotkan. " jawabku.
"Gak kok Rai, ayo kita pamit pulang sama tante Eva, ini jam kerja ku sudah habis" ajak Mas Awan.
Aku hanya membalas dengan anggukan. Kami bertiga beranjak meninggalkan dapur menuju kantor Bunda Eva untuk berpamitan pulang.
"Hati-hati ya, Wan bawa anak orang, jangan diajak ngebut-ngebutan, loh," kata Bunda Eva pada Mas Awan.
"Iya, Tante, tenang aja, deh" balas Mas Awan.
"Raina pamit pulang dulu ya, Bun, terimakasih banyak untuk semuanya" pamitku pada beliau dengan mencium tangannya penuh takzim.
"Iya, sayang sama-sama" balas Bunda Eva dengan senyuman hangat.
***
Mas awan mengendarai motor besar nya dengan sangat hati-hati. Awalnya aku kesusahan untuk bisa naik ke atas motornya, tapi Mas Awan berusaha membantuku. Ini pertama kali nya aku berboncengan dengan seorang lelaki selain Kak Aldo.
Sepanjang jalan kami saling diam. Hanya beberapa pertanyaan dari Mas Awan yang aku balas dengan sekedarnya saja. Ya, aku memang tidak suka terlalu banyak bicara, apa lagi pada orang yang baru saja dikenal.
Butuh waktu setengah jam untuk sampai dirumahku. Karena jalan perkampungan yang belum semuanya di semenisasi, jadi masih banyak jalan yang berbatu. Dan tak ayal sering kali tanganku memeluk tubuh Mas Awan karena takut jatuh.
"He ... maaf Mas, ini sudah dekat kok, itu rumah ku yang bercat hijau" tunjukku.
"Oh, iya, Rai." jawab Mas Awan tersenyum.
"Terimakasih ya, Mas, sudah mau mengantarkan aku pulang sampai ke rumah. Mana jalannya masih jelek lagi" ucapku pada Mas Awan dengan menahan malu atas kejadian tadi di jalan.
"Gak apa-apa lagi Rai, kamu santai aja" jawab Mas Awan
"Aku masuk ya mas" kataku.
"Oh, iya, silahkan Rai, aku juga mau langsung pulang, kok" jawab Mas Awan sambil memutar arah motornya.
Aku berjalan memasuki rumah sambil tersenyum-senyum.
"Ah ... ada apakah dengan diriku ini?" batinku.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Dewi Angraini
lanjut min
2024-01-04
0
Angela Jasmine
Aku lanjuuuttt lagi kakak
2020-07-06
1