Nadine masih terbaring lemah di dalam ruang ICU. Dengan alat medis yang menghiasi seluruh tubuhnya, tubuhnya terbaring tak berdaya.Anggota keluarganya bergantian menjaganya, siang dan malam, mereka membagi waktu.
“Polisi bilang waktu itu, katanya pelaku melarikan diri, apa mungkin ini adalah kasus tabrak lari atau di sengaja?” gumam Angela, yang rajin membesuk Nadine seminggu sekali.
Dengan melihat tubuh Nadine dibalik kaca transparan itu. Hati Angela sangat tersayat dan perih. Dia tidak menyangka sahabat yang baru ia kenal dan sangat baik harus terbaring lemah di sana.
“Nak Angela!” suara itu mengagetkan Angela, Angela menoleh kearah sumber suara tersebut.
“Ibu!” ucapnya.
“Terima kasih ya Angel, kamu sering menjenguk Nadine, Ibu jadi sedikit terhibur karena masih ada orang yang perduli sama anak Ibu,” ucap Ibu nadine sedih.
“Maafkan saya Bu, andai waktu itu saya menemani Angel, mungkin tidak akan seperti ini.” Angel menangis tersedu.
“Sudahlah nak, ini sudah takdir dari yang di atas!” Ibu Nadine pasrah dengan keadaan anaknya saat ini.
“Tapi ibu bangga dan senang, karena Nadine sudah menggapai cita-citanya,” lanjut Ibu Nadine dengan wajah pasrah.
“Ibu yang sabar ya! saya akan membantu mencari tahu siapa yang membuat Nadine seperti ini,” ucap Angela.
Sepasang mata mengamati mereka, lalu pergi meninggalkan mereka. Angel mencoba mendatang tempat tersebut dan bertanya kepada orang sekitar.
“Apa kalian ada yang tahu siapa penabrak Nadine?” tanya Angela.
“Ada namanya Rudi, dia tahu persis kejadian itu,” ucap seorang Pemulung.
Angela yang penasaran pun menemui orang yang bernama Rudi dan bertanya tentang kejadian itu.
“Maaf anda Bapak Rudi?” tanya Angela.
“Ya, saya Rudi, anda siapa?” tanya Rudi.
“Saya Angela, saya teman Nadine, korban yang tertabrak beberapa waktu lalu, saya mau tanya sama Bapak, apakah anda melihat orang yang menabrak teman saya itu dengan jelas?” tanya Angela.
“Jelas sih enggak ya Neng, tapi waktu itu saya melihat mobil itu mengikuti teman Eneng, pas ada di bawah flyover,dia melaju kencang sekali dan menabrak teman Neng!” ungkap Rudi.
“Bapak tahu ciri-ciri mobil tersebut dan orangnya?” tanya Angela.
“Itu seperti mobil mahal jenisnya saya enggak tahu, soalnya mobilnya kinclong banget dah!” tegasnya menceritakan ciri-ciri mobil itu.
“Plat atau nomor dari kendaraan itu Bapak tahu?” tanya Angel.
“Wah, itu dia Neng saya enggak tahu soalnya saya buta huruf, maklum tinggal di kampung kumuh ini bisa makan saja alhamdulillah Neng,” ujar Rudi.
Angela benar-benar menemukan jalan buntu karena saksi yang di harapkan tidak dapat memberi tahunya secara jelas. Angela menyusuri setiap jengkal tempat tersebut berharap menemukan petunjuk.Tetapi itu sangat mustahil ini sudah tiga bulan lamanya setelah kejadian tersebut.
“Tuhan beri aku petunjuk, dan berikan keadilan kepada Nadine,” ucapnya.
****
Sabrina
Setelah dari ajang kecantikan itu dia masih melanjutkan pendidikannya di Universitas Anak Bangsa. Dan melanjutkan profesinya sebagai model. Sabrina bertemu dengan salah seorang temannya di ajang kecantikan tersebut bernama Nora.
“Sab, musuh kamu sekarang sudah kayak mayat hidup, kasihan ya! semua sudah di genggaman tapi semua hanya menjadi abu,” ucapnya.
“Aku rasa dia masuk ke sana dengan jalur khusus, apa kamu gak penasaran dia mendapatkan perhatian yang sangat khusus? Ya harusnya dia di diskualifikasi dari sana,” ujar Sabrina.
“Ah, masa?” Nora tak percaya.
“Kamu sih terlalu polos, di dunia kecantikan itu apa saja bisa di lakukan!” tegas Sabrina.
Padahal Sabrina tidak pernah tahu kalau Nadine awalnya tidak ingin mengikuti ajang tersebut. Namun tawaran dari pihak Universitasnya yang mendaftarkannya di ajang tersebut, karena IPK Nadine yang sangat tinggi, dan itu adalah alasannya. Nadine adalah pribadi Introver yang tidak seberapa punya teman, dan dia cenderung sangat pemilih. Prinsip Nadine teman sedikit tak apalah yang penting enggak fake, itulah Nadin selalu mencari ketulusan dari pada ketenaran.
Waktu sebelum ajang kecantikan itu dimulai, ada pihak dari Yayasan Putri Jelita milik dari Jelita mencari peserta untuk masuk kedalam acara tersebut. Ada yang ikut jalur Audisi dan mencari sendiri ke Universitas atau Sekolah mencari seseorang yang berbakat.
“Saya mau mengajukan salah seorang Peserta didik kami, namanya Nadine dia sangat pandai,” ucap Rektor memberikan data Nadine pada utusan Yayasan tersebut.
“Apakah dia tahu?” tanya Utusan tersebut yang bernama Harini.
“Nanti itu mudah saja, sayangkan ada berlian namun tak tampak kilaunya hanya karena tertutup lumpur?” ujar Rektor.
Nadine pun di panggil oleh Rektor tersebut dan diberi tahukan tentang perihal pendaftarannya di ajang Puteri kecantikan tersebut.
“Nadine, kamu telah kami daftarkan untuk mengikuti sebuah ajang kecantikan, dan kamu kami percaya membawa nama Universitas Anak Bangsa sebagai almamater,” ucap Rektor.
“Kok saya Pak? Saya belum layak untuk ikut acara seperti ini, dan biaya pun tidak sedikit pastinya,” ujar Nadine.
“Kamu tenang saja, masalah Administrasi serta akomodasi kita pihak kampus yang menanggungnya,” kata Rektor.
“Inikan gak mudah bagi saya, harus mempersiapkan semua juga,” ucap Nadine.
“Semua sudah dipersiapkan di sana, kamu hanya membawa diri kamu dan barang-barang kamu seperlunya saja,” tutur Sang Rektor.
Nadine pun memberikan kabar berita itu kepada orang tuanya tersebut, dan disambut dengan bahagia.
“Adik, ditunjuk sama pihak Universitas Anak Bangsa untuk membawa namanya ke ajang kecantikan dunia,” ucap Nadine.
“Apa Dek? Ibu tidak salah dengar ‘kan?” tanya Ibunya yang tak percaya.
“Iya, Bu! Pihak kampus yang membiayai semua dari pendaftaran sampai akomodasi,” terang Nadine.
“Anak Bapak satu ini memang membanggakan!” seru Bapak Nadine.
Kabar tersebut pun cepat menyebar luas, dari sanak keluarga hingga warga kampungnya, yang turut bangga dengan Nadine. Sampai warga satu kampung melakukan syukuran untuk sebagai bentuk Nadine terpilih menjadi calon Puteri Kecantikan, dan mendoakan agar Nadine ter pilih.
“Selamat ya Nadine!” seru mereka kepada Nadine.
Mereka mengantarkan Nadine sampai ke Asrama dan mereka juga ikut mensuport Nadine dengan SMS. Dan datang kesana sebagai bentuk dukungan dan solidaritas satu daerah. Karena Nadine tidak hanya membawa nama Universitas Anak Bangsa tapi juga membawa nama daerah.
Setelah terpilihnya Nadine mereka sangat bersuka cita dan bahagia namun itu semua tidak lama setelah kejadian itu menimpanya,bahkan menjadi Head line Media elektronik dan cetak mengabarkan keadaan Nadine yang sangat memperihatinkan, tidak hanya di Indonesia namun di dunia juga mengabarkannya secara besar-besaran.
Terang saja Nadine yang seharusnya menjadi kandidat mewakili Indonesia sekarang telah tak berdaya. Dan terpaksa Angela yang mengantikan Nadine diajang tersebut dan berhasil menyabet kandidat lima besar. Angela sangat bangga ia masuk lima besar, dan semula dia tidak menyangka yang seharusnya ini adalah posisi Nadine malah ia yang menggantikannya.
“Ini buat kamu Nad.” Angela sambil meniteskan air mata di tengah-tengah panggung dunia.
Setelah mengemban amanah tersebut Angela akan mencari tahu siapa orang yang mencelakai Nadine, karena waktu pencarian dia terbatas waktu. Dari pagi bangun tidur hingga menjelang tidur Angela selalu mengerjakan tugas yang sudah terjadwal di setiap harinya bahkan ia sangat kurang tidur, sehingga tidak ada waktu untuk mencari tahu lebih detail. Angela meminta ijin untuk menjenguk Nadine ke rumah sakit, dan mengabarkan semuanya pada Nadine.
“Nad! Kamu bangun dong. Aku gak bisa gini terus, harusnya ini tugas kamu Nad, kamu tangguh, dan lebih tangguh dari aku, lebih baik aku yang menggantikan kamu, karena kau gak tega liat kamu!” Angela menangis menggenggam erat tangan Nadine, air matanya terjatuh membasahi tangan Nadin seketika Nadin bereaksi, menggerakkan tangannya walau hanya beberapa detik.
Angela lalu menghubungi dokter yang ada di sana dan menjelaskan perihal kejadian tersebut. Dokter pun memeriksanya dengan seksama, Nadin menunjukkan perkembangannya. Walau hanya reaksi singkat.
“Apakah ini tanda-tanda Nadine akan sembuh atau membaik?” tanya Ibu Nadine.
“Kami tidak bisa memastikan, karena orang koma mempunyai reaksi sendiri-sendiri dalam menyampaikan atau merespon setiap ucapan atau sentuhan, karena syaraf ditubuhnya semua tergantung pada perintah otak!” jelas sang Dokter.
“Kira-kira berapa lama dia bisa pulih dok?” tanya Ibu Nadine.
“Kami sendiri tidak tahu bahkan dokter kelas dunia sekali pun tidak berani memprediksi ini semua, dan tergantung individu masing-masing, ada yang cepat ada yang lambat, bahkan ada yang sampai puluhan tahun lamanya baru sadar!” jelas Dokter.
Ibu Nadine benar-benar pasrah, lima bulan berlalu namun Nadine tidak bisa menunjukkan perubahan lebih baik. Pihak dari Yayasan Jelita dan Universitas Anak Bangsa sudah tidak bisa membantu pengobatan Nadine lagi. Bahkan beberapa aset keluarga pun sudah terjual, jatah warisan Nadine sudah habis dan keluarga tidak mungkin mengambil dari hak anak yang lain, walau mereka semua ikhlas demi kesembuhan Nadine.
“Kami bertiga ikhlas, untuk memberikan sebagian pada Nadine, kami sudah berembuk, harta bisa kita cari sedangkan jika kita kehilangan Nadine, kita harus cari kemana? Nadine adalah harta kita semua!” ucap Kakak Nadine bernama Marchelo.
Nadine adalah anak ke empat dari dua kelahiran kembar. Namun kakak Nadin bernama Nadira di adopsi oleh Kakak bapaknya dan di bawah ke luar negeri, karena mereka tidak mempunyai anak. Pihak keluarga lebih mementingkan kesembuhan Nadine dari pada harus mencari pelaku penabrakan tersebut. Karena polisi sendiri sudah angkat tangan dan menemukan jalan buntu. Karena mereka berpikir kalau Tuhan tidak tidur, dan pasti suatu saat nanti akan menemukan jawabannya, entah itu kapan.
Karena sesuatu keburukan akan menampakkan dirinya sendiri suatu saat nanti. Jadi mereka hanya menunggu, menunggu keajaiban yang Tuhan kirim untuk mereka semua. Walau itu adalah sesuatu yang mustahil tapi mereka percaya pasti ada jalan keluarnya dan petunjuknya. Mereka hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Nadine dan berharap keajaiban itu ada dan berada di pihak mereka, keajaiban yang membawa kebahagian itu kembali di tengah-tengah mereka.
“Nad, cepat bangun ya! kita menunggu kamu, kita semua enggak sabar untuk berbagi cerita seperti dulu, bercanda tawa bersama seperti dulu, maafkan Kakak jika selama ini terlalu sibuk dengan urusan pribadi dan pekerjaan hingga mengabaikan kamu!” sesal Marchelo.
Bersambung ....
💙💙💙💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments