PRAMUKA

Tiga bulan telah berlalu. Hari jumat ini seperti biasa, kegiatan pramuka wajib buat anak kelas sepuluh. Walaupun Aku tidak terlalu suka kegiatan luar seperti ini. Apalagi hari ini Aku lagi sedang tidak ingin banyak gerak. Biasa tamu bulanan sudah datang menghampiri.

Upacara pramuka di jumat sore ini sungguh membuatku tak kuasa menghadapinya. Sinar matahari yang begitu terik . Panas yang terpancar dan terpantul dari mengkilapnya lapangan membuatku sedikit pusing. Mata ini seperti ingin tertutup saat warna-warna orange dan abu-abu melintas dimataku sekarang. Dan Aku terjatuh.

" Zahra! Zahra! Zahra! "

Suara riuh terdengar disekitarku. Aku tidak bisa menyebutkan satu persatu suara siap saja itu. Mataku terasa berat untuk terbuka.

Rasanya sangat berat. Perintah otak tak terbaca oleh panca indra penglihatanku.

Aku benar-benar tak sadarkan diri untuk sepersekian detik.

Mataku hampir terbuka kala Aku merasa ada yang mengangkatku dengan kedua tangannya, layaknya anak lima tahun yang sedang diangkat Ayah atau Ibunya untuk memindahkannya dari sofa didepan televisi menuju kamar sang anak.

" Felix? Ayo cepat! Cepat!" suara terdengar jelas ditelingaku.

Dan sebutan nama itu membuatku ragu membuka mataku.

Aku memutuskan masih menutup mata. Walaupun ini jelas seakan sebuah akting. Aku sungguh-sungguh memilih berakting daripada Aku membuka mata dan melihat wajah sang penolong. Baru kali ini Aku benar-benar berkategori pingsan sesaat. Aku belum pernah upacara sampai pingsan seperti ini. Sepertinya hari pertama mentruasi membuatku sangat lemah.

Sampai di UKS Dia langsung meletakkanku di ruangan UKS dan menyerahkan urusan ke senior cewek.

" Ika, tidak usah terlalu khawatir. Kasih saja Dia minyak kayu putih atau bau kaos kakinya pasti langsung terbangun." Ucapnya sadis.

" Kamvret!!! Bahkan bau kaos kakiku sewangi bunga lavender. Tidak mungkin membuatku pingsan kembali. Apa Dia tahu Aku berakting?" batinku penasaran.

Dia langsung melangkah pergi meninggalkan kami. Itu terdengar dari langkah kakinya. Malu dan sedikit kesal karena aktingku sepertinya tidak berhasil. Tapi setidaknya Aku tidak langsung melihat reaksinya secara langsung. Aku langsung membuka mata dan mengucapkan terima kasih ke kak Ika yang telah memberikan air mineral dan minyak kayu putih.

Aku memilih ijin dan tidak mengikuti kegiatan selanjutnya. Dan jelas Aku memilih tidak menceritakan kejadian memalukan itu kepada orangtuaku. Bisa-bisa antara di marahi atau di ketawakan. Biarlah itu menjadi sebuah teka-teki di dalamnya pikiranku ini.

Paginya Vina langsung menghampiriku begitu Aku datang.

" Zahra Aku sungguh iri padamu." Ucapnya membuatku bingung.

" Iri untuk apa Vin?" Aku meletakkan tas di bangkuku.

" Soal Kau pingsan kemarin."bisik Riani.

Aku langsung mengerutkan keningku. Bagaimana bisa orang pingsan alias sakit, Dia malah iri. Itu sungguh konyol. Dimana pikiran logikanya itu.

Benar-benar budak cinta millenial.

" Kau ditolong sama kak Felix." Ucap Vina dan langsung menoleh lama ke arahku.

Aku menghela nafas panjang. Jadi Dia melihat Felix bukan posisiku yang pingsan. Bagaimanapun juga itu bukan keuntungan bagiku. Itu kerugian bagiku, Ibuku dan Ayahku. Karena Felix telah mengangkatku berarti menyentuhku tanpa permisi. Bukan mahram guyss!!! Dan itu sungguh memalukan. Hingga membuatku harus berakting agar tidak melihat reaksi wajah Felix saat menolongku. Walaupun Aku tahu sepertinya aktingku kurang berhasil.

" Aku tidak mengharapkannya!" Ucapku datar.

Vina langsung kembali memandang ke depan begitu melihatku tidak tertarik untuk membahasnya. Lagi-lagi Aku sibuk mengeluarkan novel sambil menunggu pelajaran bahasa Inggris. Sesekali Aku membalas pertanyaan Riani tentang drama-drama yang dibintangi sang idola kami. Idola manusia dan suatu saat kita akan meninggalkannya. Seperti layaknya Riani pernah mengidolakan Felix.

" Good Morning. How are today?" sapa Miss Betty selaku guru pelajaran bahasa Inggris.

" I am very well thank you. And How are you?" jawab anak-anak serempak.

" I am fine. Thanks."

Pelajaran bahasa Inggris akhirnya dimulai. Aku menyimpan novelku ditas. Dan buku bahasa Inggris yang tertata rapi di mejaku.

Seperti biasa pelajaran bahasa Inggris hanya mengisi modul. Bahkan membuat sebagian murid terasa mengantuk. Ada yang pura-pura fokus ke buku, padahal sambil terngantuk-ngantuk. Ada pula yang coret-coret buku agar terlihat fokus dengan pelajarannya. Berbagai macam tingkah anak SMA model sekarang.

Lagi-lagi Bell istirahat pertama berbunyi. Namun saat ini hujan sedang mengguyur sekolah sejak satu jam yang lalu. Dan kebanyakan kami memilih tinggal di kelas. Aku dan Riani biasa membicarakan setiap detail novel-novel terbaru dan Idola boy band Kami.

" Aku memutuskan mengutarakan isi hati duluan." Ucap Vina mantap.

Suara Vina tiba-tiba membuat Aku dan Riani saling menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya.

" Apa Kau yakin?" Sani memastikan seraya sedikit terkejut atas keputusan temannya itu.

" Iya, Kau tahu sendiri sudah lama Aku menebar pesona. Tapi tidak berdampak apapun ke Dia. Dan Mercuri juga belum ada tanda-tanda dapat memikatnya." Jelas Vani merasa sudah tak sabar.

" Jangan lah Vin. Sabar dulu. Jaga harga diri dan image-mu." Saran Sani.

Mau tak mau Aku dan Riani mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Jarak jelas tidak bisa menutupi pendengaran Kami. Bahkan kalaupun Kami tak ingin mendengarnya. Suaranya terdengar sangat nyaring bagi Kami.

" Riani!" panggilku setengah berbisik.

" Apa?" jawabnya ikut-ikutan setengah berbisik.

Kami saling berbisik.

" Katamu Dia play boy. Kok pesona mereka terabaikan?" Aku sedikit penasaran dengan cerita Riani. Mungkinkah teman Riani lebih cantik dari Vina dan Mercuri? Aku sungguh penasaran. Lebih gaulnya kepo lah Aku.

" Entahlah." Tegasnya.

Jawaban Riani yang terdengar tidak memuaskan membuat Aku semakin penasaran.

" Jadi temanmu murid tercantik juga?" Tanyaku. Entah mengapa tiba-tiba rasa penasaranku memuncak seperti ini.

" Iya temanku bahkan murid tercantik seangkatanku. Namun hubungan mereka cuma berumur tiga hari." Ceritanya.

Aku terkejut.

" Lalu?" Aku masih penasaran. Ya Tuhan, Ada apa denganku? Kenapa Aku jadi kepo seperti ini.

" Lalu sebulan kemudian terdengar gosip kak Felix jadian dengan cewek yang satu angkatan dengannya. Cewek itu tidak jauh lebih cantik dari temanku. Bahkan menurutku temanku lebih cantik darinya. Setelah itu Aku tidak tahu lagi ceritanya. Namun temanku sudah cukup membuktikan Dia tidak pantas kuidolakan." Celoteh Riani panjang lebar. Namun terkesan pelan mengucapkannya. Agar Vina dan Sani tidak mendengar jelas ceritanya.

"Jadi seperti itu ceritanya."batinku.

"Sadis juga." Ucapku dan kembali ke kesibukanku.

Riani mengangguk, tanda menyetujui ucapanku.

Aku kembali ke buku novelku yang masih kubaca sebagian. Namun pikiranku tiba-tiba melayang kemana-mana. Benakku memikirkan Dia yang seharusnya tidak kupikirkan. Namun akhir-akhir ini mengganggu pikiranku. Aku fokus membaca untuk menepis rasa penasaranku.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!