Bab 3 : Hari Pertama di Pesantren

Setelah satu jam bercengkerama dengan keluarga besar Kyai Abdullah yang merupakan pemilik pondok pesantren, Ayah dan Ibu Cika berpamitan untuk pulang. Mereka telah menitipkan dan menyerahkan sepenuhnya agar Cika bisa dididik dan dibina di pondok pesantren milik Kyai Abdullah.

Tentulah berat bagi Ayah dan Ibu Cika berpisah dengan Cika yang merupakan anak semata wayangnya. Namun, demi kebaikan Cika itu sendiri. Mereka bukan tidak sayang atau pun tidak sanggup membimbingnya untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Mereka mempunyai alasan tertentu, pondok pesantren mungkin yang cocok untuk Cika sekarang. Begitulah yang ada di dalam pikiran masing-masing keduanya.

"Bu ...." Cika memeluk erat tubuh Ibu di depan pintu gerbang pesantren, ia kembali merengek, “Aku ingin pulang sama Ibu dan Ayah.” Tangisannya kembali pecah.

Ibu mengusap lembut pipi Cika, lalu berkata, "Kamu akan betah di sini lama-kelamaan, Nak. Nurut kata ustaz dan ustazah di sini, ya.”

"Ibu dan Ayah jahat! Aku nggak akan betah di sini," sahut Cika

"InsyaaAllah, kamu akan betah di sini, Nak." Nyai Hana yang merupakan istri Kyai Abdullah mengusap lembut kepala Cika yang dilapisi jilbab warna peach itu.

"Kami akan sering mengunjungimu." Ayah menarik tubuh Cika ke dalam dekapannya. Memberikan kecupan di puncak kepala anak semata wayangnya itu, "Buatlah ayah dan ibu bangga kepadamu, Nak. Ayah sangat menginginkan mempunyai anak yang shalihah bukan anak yang tomboi, ingat itu. Berjanjilah." Ayah mengangkat jari kelingkingnya.

"Aku akan usahakan." Cika mengangkat jari kelingkingnya juga untuk berjanji.

...***...

"Bangun, Cika! Sudah subuh, kamu bisa telat salat berjamaah!" Dinda menggerakkan tubuh Cika.

Melihat tak ada respons dari Cika, Novi yang berdiri di samping Dinda jadi ikut-ikutan membangunkan, “Yo, benar, Cika. Kena hukum kau nantinya,” ucapnya.

Mereka bertiga baru kenalan semalam, Novi dan Dinda menyukai kepribadian Cika yang harmonis, friendly, dan sangat mudah bergaul dengan siapa pun. Walaupun anaknya agak ngeselin dan keras kepala. Mereka berdua yakin Cika anak yang baik.

"Hoam." Cika menguap satu kali lalu menggeliatkan tubuhnya. Gadis ini menarik selimutnya lagi untuk melanjutkan tidurnya. Sangat tidak biasa baginya bangun pagi-pagi buta seperti ini. Apalagi ia semalam lama tidur gara-gara belum terbiasa ditambah perasaan rindu kepada kedua orang tuanya, membuat ia masih mengantuk berat.

"Woy, Cika bangun!" Dinda berteriak di telinga Cika, mengguncang tubuh Cika lebih keras.

"Aku masih ngantuk, Din. Kalian berdua pergi aja, aku nggak bisa. Mau tidur lagi," sahut Cika dengan suara serak. Mengambil bantal guling, menutup kupingnya.

Novi mengelus dada melihat tingkah teman barunya itu, "Astagfirullah, Cika, ini baru hari pertama kamu di sini . Jangan buat masalahlah.”

Tidak ada respons apa pun, Cika malah semakin tertidur pulas. Novi dan Dinda berbisik mencari ide agar bisa membangunkan Cika.

"Kepada seluruh santri putra dan putri segera datang ke masjid. Salat subuh berjamaah sebentar lagi dilaksanakan."

"Owalah, Ustaz Hafid jadi imam subuh ini, Din?"

"Iya, makanya kita harus cepat-cepat pergi."

Sebuah ide pun muncul. Novi dan Dinda mengangkat tubuh Cika paksa pergi ke kamar mandi.

Cika mengucek matanya, saat merasakan tubuhnya diangkat, “Ah, aku masih ngantuk, lagi pula aku nggak bisa salat. Aku sudah lupa sama bacaan dan gerakannya." Cika menyenderkan tubuhnya di dinding kamar santri putri.

“Nggak apa-apa, nanti kami akan mengajarimu.”

"Sepuluh ...." Suara hitungan mundur terdengar di masjid. Menjadi peringatan kepada seluruh santri untuk sudah ada di masjid sebelum sampai hitungan satu.

"Cika, kami duluan, kamu cepatan mandinya."

"Iya, Cika. Kami tunggu di masjid, ya."

Dinda dan Novi yang sudah mengenakan mukena itu lari terbirit-birit segera mengambil sajadahnya.

Sementara Cika hanya mengangguk kepala kecil, bersikap bodoh amat saat melihat seluruh santri putri bergegas pergi dengan terburu-buru kecuali dirinya yang bersikap santai. “Huh! Mana badanku pegal-pegal, kasurnya jelek banget,” cibirnya.

Ia ditempatkan di kamar santri putri ke-dua, kamarnya cukup besar bisa menampung lima puluh santri putri, berarti lima puluh tempat tidur dan lima puluh lemari berukuran sedang.

Karena kasurnya berdekatan dengan Dinda dan Novi, jadi ia menjadi akrab dengan dua teman barunya itu, dengan santri lainnya akrab juga, tetapi tidak seperti Novi dan Dinda yang langsung lengket, bahkan menyebut bahwa mereka bertiga akan menjadi sahabat fillah. Cika nggak mengerti arti kata ‘fillah’ itu, ia hanya mengangguk setuju-setuju saja.

Cukup lama bergumam, dan terus menyalahkan kasurnya yang tidak empuk, ia akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dengan penuh keterpaksaan. Dan bersiap-siap ke masjid, walaupun semua serba terpaksa. Karena ia masih mengingat sudah berjanji dengan ayahnya.

Terpopuler

Comments

Bang Ipul

Bang Ipul

semangat dong cika

2024-08-13

0

Heni Rehan

Heni Rehan

semoga seru cerita y

2022-05-22

2

Happyy

Happyy

💖💖💖

2022-03-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Keputusan yang Tidak Bisa Dibantah
2 Bab 2 : Penjara Suci, Aku Datang!
3 Bab 3 : Hari Pertama di Pesantren
4 Bab 4 : Santri Baru Kok Telat?
5 Bab 5 : Santri Nakal
6 Bab 6 : Jadi Ustaz Kok Suuzon?
7 Bab 7 : Lagi dan Lagi Telat
8 Bab 8 : Menikah?
9 Bab 9 : Niat yang Baik
10 Bab 10 : Pernikahan
11 Bab 11 : Malam Pertama
12 Bab 12 : Jangan Cari Kesempatan
13 Bab 13 : Hampir Saja
14 Bab 14 : Ning Aisyah Itu Siapa?
15 Bab 15 : Ceramah Versi Cika
16 Bab 16 : Tidak Siap Dipoligami
17 Bab 17 : Pencuri Handal
18 Bab 18 : Dihukum Bersama
19 Bab 19 : Hukuman untuk Suami Jahat
20 Bab 20 : Membongkar Aib Suami ke Mertua
21 Bab 21 : Pura-Pura Marah
22 Bab 22 : Fitnah
23 Bab 23 : Kebenaran Terungkap
24 Bab 24 : Jangan Pergi, Titik!
25 Bab 25 : Cemen
26 Bab 26 : Permintaan Maaf
27 Bab 27 : Mengantar ke Bandara
28 Bab 28 : Terima Kasih, Ustaz Andre!
29 Bab 29 : Terbongkar Semuanya
30 Bab 30 : Video Call
31 Bab 31 : Pengagum Rahasia
32 Bab 32 : Sok Polos
33 Bab 33 : Laki-Laki Asing
34 Bab 34 : Kepulangan Ustaz Hafid
35 Bab 35 : Sulit untuk Dimengerti
36 Bab 36 : Hilang Kendali
37 Bab 37 : Menahan
38 Bab 38 : Hari Spesial, Hari Memalukan
39 Bab 39 : Tertangkap Basah
40 Bab 40 : Cemburu
41 Bab 41 : Mengunjungi Rumah Mertua
42 Bab 42 : Foto Bersama
43 Bab 43 : Bukan Istri Kecil Lagi
44 Bab 44 : Foto Bayi
45 Bab 45 : Dilema
46 Bab 46 : Perbincangan yang Cukup Panas
47 Bab 47 : Dilanda Ketakutan
48 Bab 48 : First Kiss
49 Bab 49 : Deal
50 Bab 50 : Memilih untuk Memendam
51 Bab 51 : Jatuh Sakit
52 Bab 52 : Kenyataan yang Pahit
53 Bab 53 : Mulai ada Jarak
54 Bab 54 : Merasa Bersalah
55 Bab 55 : Kedatangan Sahabat Lama
56 Bab 56 : Terkena Bisikan Setan
57 Bab 57 : Mulai Posesif
58 Bab 58 : Mandi Hujan
59 Bab 59 : Perbincangan Malam Pasutri
60 Bab 60 : Berdebat karena Maling
61 Bab 61 : Bertemu dengan Ning Aisyah
62 Bab 62 : Dua Garis Biru
63 Bab 63 : Menceritakan
64 Bab 64 : Kabar Buruk
65 Bab 65 : Selesai
66 Ucapan Terima kasih
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1 : Keputusan yang Tidak Bisa Dibantah
2
Bab 2 : Penjara Suci, Aku Datang!
3
Bab 3 : Hari Pertama di Pesantren
4
Bab 4 : Santri Baru Kok Telat?
5
Bab 5 : Santri Nakal
6
Bab 6 : Jadi Ustaz Kok Suuzon?
7
Bab 7 : Lagi dan Lagi Telat
8
Bab 8 : Menikah?
9
Bab 9 : Niat yang Baik
10
Bab 10 : Pernikahan
11
Bab 11 : Malam Pertama
12
Bab 12 : Jangan Cari Kesempatan
13
Bab 13 : Hampir Saja
14
Bab 14 : Ning Aisyah Itu Siapa?
15
Bab 15 : Ceramah Versi Cika
16
Bab 16 : Tidak Siap Dipoligami
17
Bab 17 : Pencuri Handal
18
Bab 18 : Dihukum Bersama
19
Bab 19 : Hukuman untuk Suami Jahat
20
Bab 20 : Membongkar Aib Suami ke Mertua
21
Bab 21 : Pura-Pura Marah
22
Bab 22 : Fitnah
23
Bab 23 : Kebenaran Terungkap
24
Bab 24 : Jangan Pergi, Titik!
25
Bab 25 : Cemen
26
Bab 26 : Permintaan Maaf
27
Bab 27 : Mengantar ke Bandara
28
Bab 28 : Terima Kasih, Ustaz Andre!
29
Bab 29 : Terbongkar Semuanya
30
Bab 30 : Video Call
31
Bab 31 : Pengagum Rahasia
32
Bab 32 : Sok Polos
33
Bab 33 : Laki-Laki Asing
34
Bab 34 : Kepulangan Ustaz Hafid
35
Bab 35 : Sulit untuk Dimengerti
36
Bab 36 : Hilang Kendali
37
Bab 37 : Menahan
38
Bab 38 : Hari Spesial, Hari Memalukan
39
Bab 39 : Tertangkap Basah
40
Bab 40 : Cemburu
41
Bab 41 : Mengunjungi Rumah Mertua
42
Bab 42 : Foto Bersama
43
Bab 43 : Bukan Istri Kecil Lagi
44
Bab 44 : Foto Bayi
45
Bab 45 : Dilema
46
Bab 46 : Perbincangan yang Cukup Panas
47
Bab 47 : Dilanda Ketakutan
48
Bab 48 : First Kiss
49
Bab 49 : Deal
50
Bab 50 : Memilih untuk Memendam
51
Bab 51 : Jatuh Sakit
52
Bab 52 : Kenyataan yang Pahit
53
Bab 53 : Mulai ada Jarak
54
Bab 54 : Merasa Bersalah
55
Bab 55 : Kedatangan Sahabat Lama
56
Bab 56 : Terkena Bisikan Setan
57
Bab 57 : Mulai Posesif
58
Bab 58 : Mandi Hujan
59
Bab 59 : Perbincangan Malam Pasutri
60
Bab 60 : Berdebat karena Maling
61
Bab 61 : Bertemu dengan Ning Aisyah
62
Bab 62 : Dua Garis Biru
63
Bab 63 : Menceritakan
64
Bab 64 : Kabar Buruk
65
Bab 65 : Selesai
66
Ucapan Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!