Bab 5 : Santri Nakal

Cika benar-benar mendapatkan ceramah dari dua orang sekaligus, satunya dari Ustazah Laili, dan satu lagi dari ustaz yang menyebalkan baginya, dimana ia baru mengetahui nama ustaz itu adalah—Ustaz Hafid.

“Sudah selesai, kan? Saya akan kembali ....”

“Hukumanmu, menyapu halaman perpustakaan, sekarang,” potong Ustaz Hafid.

“Hah? Nggak bisa ditunda apa , Ustaz?”

“Sapu lidi, ada di samping masjid, saya permisi, assalamualaikum.”

“Wa’alaikumussalam.”

“Akh!” geram Cika kesal.

Setelah kepergian Ustaz Hafid Cika menendang tembok masjid meluapkan kekesalannya. Ia geram sekali melihat tingkah laku ustaz yang sudah dicap kejam itu, ingin ia berteriak menyumpah serapah, tetapi tak mungkin melihat Ustazah Laili masih bersama dengannya.

“Saya permisi juga, Cika. Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumussalam, Ustazah,” jawab Cika berpura-pura ramah.

Dengan perasaan campur aduk, ia melangkahkan kakinya ke luar untuk menjalankan tugas, lebih tepatnya hukuman. Ia terus bergumam tak karuan tentang Ustaz Hafid, sapu lidi yang dipegang dijadikan sebagai alat pelampiasan kekesalannya juga.

"Sapu yang benar, mau saya tambah hukuman kamu?"

Cika menoleh ke sumber suara, “Ternyata ustaz itu diam-diam mengawasiku, huh!” batinnya.

“Eh, Ustaz ada di sini pula, kayak setan aja di mana-mana muncul, hehehe,” ucapnya yang lebih ke menyindir.

“Hmm, selesaikan pekerjaanmu cepat.”

Cika mencoba menikmati hukumannya, tiba-tiba sebuah ide untuk mengerjai Ustaz Hafid terbesit sangat indah di pikirannya. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya lalu mengambil batu kecil di tanah.

Tuk! Lemparannya tepat sasaran mengenai tulang kering pria yang berdiri tidak jauh di hadapannya.

"Hahaha ... sakit nggak, Ustaz?" Cika tertawa mengejek, melepas sapu lidi ditangannya lalu berlari secepat kilat dari hadapan Ustaz Hafid.

“Rasain emang enak, jadi ustaz makanya jangan garang amat,” gumamnya saat berlari, ia terus tertawa kemenangan. Puas baginya melihat raut wajah kemarahan di wajah ustaz barunya itu, ia sampai di depan asrama putri dengan napas ngos-ngosan.

"Abis dikejar setan, Cika?" tanya heran Novi di ambang pintu.

"Bukan setan, Vi. Tapi dikejar sama Ustadz Hafid."

Ia mengambil sebotol air mineral kemasan di tangan Dinda lalu diminum dengan rakusnya.

"Hah?" Novi dan Dinda kaget bersamaan.

"Jangan cari masalah terus-menerus kamu, Cika." Novi memijat pangkal hidungnya melihat tingkah sahabat barunya.

"Aku nggak cari masalah Vi, Ustaz Hafid ngeselin sih. Tadi buat aku malu terus dihukum. Pengin aku cekik tuh leher ustadz, sekate-katenya main nyuruh."

"Awas benci lama-lama jadi cinta Cika, lho," timpal Novi menggoda.

"Nggak bakalanlah, bukan tipe aku mah tuh ustaz."

"Aku aja kagum sama Ustaz Hafid. Pengen jadi imamku nantinya," tutur Dinda.

"Ustaz Hafid baru aja pulang dari Mesir, kamu tahu dia menjadi dambaan setiap santri putri di pesantren ini. Udah ganteng, ilmu agamanya sangat tinggi pula."

"Jangan bilang kalian juga suka sama tuh ustadz?" tanya Cika penasaran.

"Kami nggak suka, cuman kagum aja dengan kepribadian Ustaz Hafid," sahut Dinda.

"Oh ... perasaan nggak ada cakep-cakepnya. Biasa aja sih," cibir Cika.

"Cika, di belakang kamu tuh ...." Dinda memberikan kode melalui kedipan matanya agar Cika peka.

"Apaan?" Netra Cika menatap ke arah belakang. Ustaz Hafid sudah berdiri tegap di sana.

Mengetahui akan itu Cika langsung berlari ke kamar mandi untuk bersembunyi. Ia menghindari kemarahan Ustaz Hafid pada dirinya.

"Aku sakit perut, Ustaz!" teriak Cika berbohong dari kejauhan.

"Ustaz Hafid, kami permisi dulu," ucap Novi dengan sopan. Novi menarik tangan Dinda untuk pergi menjauh. Mereka tidak ingin kena imbasnya juga.

Ustaz Hafid mengelus dadanya menghadapi Cika, sedetik kemudian bibirnya terangkat menyungging senyum tipis.

"Dasar santri nakal," gumam ustadz Hafid berjalan menuju ruangannya.

Setelah memastikan Ustaz Hafid sudah pergi Cika keluar dari persembunyiannya. Ia mengambil benda pipi pergi di dalam saku gamisnya.

"Kita foto bareng, yuk!" ajak Cika antusias kepada seluruh teman-temannya yang ada di dalam asmara putri. Dia membuka aplikasi 'camera' di handphonenya itu.

Novi merampas handphone milik Cika. "Kenapa belum nyerahin handphone kamu, Cika? Ustadzah Laili sudah bilang tadi, kan?"

"Sudah sih, tapi aku nggak mau, handphone ini segalanya bagiku!" Cika merebut kembali handphone di tangan Novi.

Cekrek!

Cekrek!

Ia sudah mengambil foto dengan pose yang berbeda-beda dengan teman-teman barunya.

"Sekarang kita foto cuman bertiga." Cika menarik tangan Novi dan Dinda untuk berdiri di sampingnya.

"Tolong fotoin kami, yah," pinta Cika pada seorang santri putri.

Novi dan Dinda dengan berat hati menuruti keinginan Cika. Mereka berdua sungguh pusing dan frustrasi menghadapi tingkah sahabatnya itu.

"Di sini nggak boleh main handphone Cika, nanti kamu akan dihukum. Kamu nggak capek dan bosan dihukum terus?" Dinda bertanya sengit.

"Kalau kalian nggak ember mulut, Ustazah Laili nggak akan tahu kok," jawabnya santai sembari duduk di ranjangnya.

Terpopuler

Comments

Bang Ipul

Bang Ipul

bener" bikin ngakak

2024-08-13

0

Nur Hayati

Nur Hayati

lanjut KK ceritanya

2022-05-31

0

Happyy

Happyy

🤭🤭

2022-03-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Keputusan yang Tidak Bisa Dibantah
2 Bab 2 : Penjara Suci, Aku Datang!
3 Bab 3 : Hari Pertama di Pesantren
4 Bab 4 : Santri Baru Kok Telat?
5 Bab 5 : Santri Nakal
6 Bab 6 : Jadi Ustaz Kok Suuzon?
7 Bab 7 : Lagi dan Lagi Telat
8 Bab 8 : Menikah?
9 Bab 9 : Niat yang Baik
10 Bab 10 : Pernikahan
11 Bab 11 : Malam Pertama
12 Bab 12 : Jangan Cari Kesempatan
13 Bab 13 : Hampir Saja
14 Bab 14 : Ning Aisyah Itu Siapa?
15 Bab 15 : Ceramah Versi Cika
16 Bab 16 : Tidak Siap Dipoligami
17 Bab 17 : Pencuri Handal
18 Bab 18 : Dihukum Bersama
19 Bab 19 : Hukuman untuk Suami Jahat
20 Bab 20 : Membongkar Aib Suami ke Mertua
21 Bab 21 : Pura-Pura Marah
22 Bab 22 : Fitnah
23 Bab 23 : Kebenaran Terungkap
24 Bab 24 : Jangan Pergi, Titik!
25 Bab 25 : Cemen
26 Bab 26 : Permintaan Maaf
27 Bab 27 : Mengantar ke Bandara
28 Bab 28 : Terima Kasih, Ustaz Andre!
29 Bab 29 : Terbongkar Semuanya
30 Bab 30 : Video Call
31 Bab 31 : Pengagum Rahasia
32 Bab 32 : Sok Polos
33 Bab 33 : Laki-Laki Asing
34 Bab 34 : Kepulangan Ustaz Hafid
35 Bab 35 : Sulit untuk Dimengerti
36 Bab 36 : Hilang Kendali
37 Bab 37 : Menahan
38 Bab 38 : Hari Spesial, Hari Memalukan
39 Bab 39 : Tertangkap Basah
40 Bab 40 : Cemburu
41 Bab 41 : Mengunjungi Rumah Mertua
42 Bab 42 : Foto Bersama
43 Bab 43 : Bukan Istri Kecil Lagi
44 Bab 44 : Foto Bayi
45 Bab 45 : Dilema
46 Bab 46 : Perbincangan yang Cukup Panas
47 Bab 47 : Dilanda Ketakutan
48 Bab 48 : First Kiss
49 Bab 49 : Deal
50 Bab 50 : Memilih untuk Memendam
51 Bab 51 : Jatuh Sakit
52 Bab 52 : Kenyataan yang Pahit
53 Bab 53 : Mulai ada Jarak
54 Bab 54 : Merasa Bersalah
55 Bab 55 : Kedatangan Sahabat Lama
56 Bab 56 : Terkena Bisikan Setan
57 Bab 57 : Mulai Posesif
58 Bab 58 : Mandi Hujan
59 Bab 59 : Perbincangan Malam Pasutri
60 Bab 60 : Berdebat karena Maling
61 Bab 61 : Bertemu dengan Ning Aisyah
62 Bab 62 : Dua Garis Biru
63 Bab 63 : Menceritakan
64 Bab 64 : Kabar Buruk
65 Bab 65 : Selesai
66 Ucapan Terima kasih
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Bab 1 : Keputusan yang Tidak Bisa Dibantah
2
Bab 2 : Penjara Suci, Aku Datang!
3
Bab 3 : Hari Pertama di Pesantren
4
Bab 4 : Santri Baru Kok Telat?
5
Bab 5 : Santri Nakal
6
Bab 6 : Jadi Ustaz Kok Suuzon?
7
Bab 7 : Lagi dan Lagi Telat
8
Bab 8 : Menikah?
9
Bab 9 : Niat yang Baik
10
Bab 10 : Pernikahan
11
Bab 11 : Malam Pertama
12
Bab 12 : Jangan Cari Kesempatan
13
Bab 13 : Hampir Saja
14
Bab 14 : Ning Aisyah Itu Siapa?
15
Bab 15 : Ceramah Versi Cika
16
Bab 16 : Tidak Siap Dipoligami
17
Bab 17 : Pencuri Handal
18
Bab 18 : Dihukum Bersama
19
Bab 19 : Hukuman untuk Suami Jahat
20
Bab 20 : Membongkar Aib Suami ke Mertua
21
Bab 21 : Pura-Pura Marah
22
Bab 22 : Fitnah
23
Bab 23 : Kebenaran Terungkap
24
Bab 24 : Jangan Pergi, Titik!
25
Bab 25 : Cemen
26
Bab 26 : Permintaan Maaf
27
Bab 27 : Mengantar ke Bandara
28
Bab 28 : Terima Kasih, Ustaz Andre!
29
Bab 29 : Terbongkar Semuanya
30
Bab 30 : Video Call
31
Bab 31 : Pengagum Rahasia
32
Bab 32 : Sok Polos
33
Bab 33 : Laki-Laki Asing
34
Bab 34 : Kepulangan Ustaz Hafid
35
Bab 35 : Sulit untuk Dimengerti
36
Bab 36 : Hilang Kendali
37
Bab 37 : Menahan
38
Bab 38 : Hari Spesial, Hari Memalukan
39
Bab 39 : Tertangkap Basah
40
Bab 40 : Cemburu
41
Bab 41 : Mengunjungi Rumah Mertua
42
Bab 42 : Foto Bersama
43
Bab 43 : Bukan Istri Kecil Lagi
44
Bab 44 : Foto Bayi
45
Bab 45 : Dilema
46
Bab 46 : Perbincangan yang Cukup Panas
47
Bab 47 : Dilanda Ketakutan
48
Bab 48 : First Kiss
49
Bab 49 : Deal
50
Bab 50 : Memilih untuk Memendam
51
Bab 51 : Jatuh Sakit
52
Bab 52 : Kenyataan yang Pahit
53
Bab 53 : Mulai ada Jarak
54
Bab 54 : Merasa Bersalah
55
Bab 55 : Kedatangan Sahabat Lama
56
Bab 56 : Terkena Bisikan Setan
57
Bab 57 : Mulai Posesif
58
Bab 58 : Mandi Hujan
59
Bab 59 : Perbincangan Malam Pasutri
60
Bab 60 : Berdebat karena Maling
61
Bab 61 : Bertemu dengan Ning Aisyah
62
Bab 62 : Dua Garis Biru
63
Bab 63 : Menceritakan
64
Bab 64 : Kabar Buruk
65
Bab 65 : Selesai
66
Ucapan Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!