DILY Bab 5 ~ Istimewa Dan Romantis

Mobil sedan warna hitam sampai di salah satu Restaurant terkenal.

Ritz keluar lebih dulu, ia memutar kearah pintu samping kiri dimana Ayana duduk.

Ceklek

Pintu mobil sudah di bukanya, tetapi gadis cantik yang masih di dalam mobil belum juga turun.

"Apa perlu Daddy menggendongmu masuk ke dalam, sayang?" Tanya Ritz berbisik di telinga putrinya

Sangat jelas terlihat pipi Ayana yang merah merona bak tomat, apa mungkin gadis itu malu?

"Kyaa, Daddy ngapain?" pekik Ayana kembali di buat kaget.

Dia terkejut saat merasakan tubuhnya tiba-tiba sudah di gendong Daddy nya.

Para pengunjung yang kebetulan mulai ramai ikut menyaksikan drama Ayah dan Anak angkat tersebut.

"Daddy nakal, ihhh."

Sungguh Ayana sangat malu di lihat banyak orang, bahkan wajahnya terasa panas.

"Jika tidak begini, sampai kapan kamu akan terus berada di dalam mobil, hmm?" Ritz tidak peduli jika saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian

Siapa yang tidak mengenalnya, seorang pria tampan pengusaha sukses dengan berbagai macam prestasi.

Semua orang tahu bagaimana kejamnya Ritz ketika melakukan kerjasama dengan para pebisnis lainnya. Bahkan tidak jarang ia akan bertindak lebih, jika semua tidak sesuai dengan harapannya.

"Selamat malam, Tuan Muda Alfa." Sapa beberapa pelayan menyambut kedatangan Ritz

"Malam, semuanya sudah siap?" tanya Ritz memastikan.

"Sudah Tuan Muda, mari saya antar."

Ritz kembali berjalan pelan mengikuti seorang wanita yang bertugas sebagai penanggung jawab mempersiapkan acara makan malam.

Mereka menuju ke lantai paling atas, dimana ada sebuah privat room yang khusus di jadikan tempat makan malam.

"Silahkan masuk, Tuan Muda!"

Pelayan tersebut mempersilahkan Ritz masuk ke dalam ruangan.

Di sana sudah ada beberapa makanan yang tersaji di atas meja, lengkap dengan aneka macam kue kesukaan Ayana.

Ruangan yang sudah di sulap menjadi indah dengan lilin yang bertebaran di mana-mana, semakin menambah kemewahan acara makan malam antara pasangan Ayah dan Anak angkat tersebut.

"Kalian boleh pergi!"

Ritz meminta semua pelayan keluar dari ruangan, matanya langsung beralih menatap kearah lain.

"Sayang, sampai kapan kamu akan bersembunyi?" bisiknya tepat di telinga Ayana.

Sejak masuk ke dalam privat room, Ayana tidak sekalipun mengangkat wajahnya yang mungkin masih memerah karena malu, dia terus menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang Daddy.

"Apa mereka sudah pergi?" tanya Ayana pelan.

"Hmm." Jawab singkat Ritz dengan deheman pelan

Perlahan gadis itu diturunkan Ritz dari gendongannya, mata Ayana sontak menatap takjub ke seluruh ruangan yang disulap begitu indah.

"Wah, Daddy yang nyiapin semua ini?" Seru Ayana tampak raut wajah bahagia melihat suasana ruangan yang memanjakan matanya.

Gadis itu tidak menyangka, acara makan malamnya dengan sang Daddy sangat istimewa dan romantis, meski terbilang ini bukanlah pertama kali baginya mendapat kejutan dari Ritz.

"Makasih Daddy," Ayana berhambur ke dalam pelukan Ritz yang masih setia berdiri.

"Kamu suka?" tanya Ritz pada putrinya.

Gadis cantik itu mengangguk seraya tersenyum begitu manis, membuat jantung Ritz kembali berdetak kencang.

Cahaya lilin yang menerangi ruangan tersebut dapat dengan jelas menerangi wajah cantik dan manis Ayana. Lesung pipinya menambah kecantikannya bila sedang tersenyum.

Entah apa yang dirasakan Ritz saat ini.

"Daddy, are you okay?" Ayana terus menatap manik mata Daddy nya.

Lama kelamaan tatapannya turun ke bibir kemerahan yang tadi sempat di ciumnya sebelum datang kemari.

Gelagat Ayana tentu sejak tadi terus di perhatikan Ritz.

"Hayo lagi mikirin apa?" godanya dengan jahil menarik tengkuk Ayana agar lebih dekat.

Ayana yang kaget refleks menahan dada bidang Daddy nya agar tidak saling bersentuhan.

"Daddy," tahan Ayana.

"Kenapa, hmm? Bukannya tadi begitu berani, kenapa sekarang malah takut?"

Ritz sengaja memainkan bibir ranum Ayana menggunakan ibu jarinya, benda kenyal yang kemerahan itu begitu menggoda seakan meminta ingin di cicipi.

"Daddy jangan menggodaku, kita tidak memiliki ikatan darah."

"Jangan salahkan aku jika berlaku lebih pada Daddy."

Ritz tersenyum sangat tipis mendengar kalimat ancaman dari putri angkatnya tersebut.

"Menarik, kamu jadi semakin berani pada Daddy." Balasnya menyeringai

Ayana yang sadar langsung saja menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, yang sebelumnya menahan dada bidang Daddy nya agar tidak bersentuhan.

"Jangan gila Dad, tadi itu Ayana--, Ayana ..."

_Duh napa aku jadi bodoh dadakan sih, mau ngomong ajah susah_.

Ayana yang dirunduh rasa gugup dan takut rerus merutuki kebodohannya dalam hati, terlalu nekat nyatanya menjadi bumerang pada dirinya sendiri.

"Ayana sayang," panggil Ritz dengan suara yang sangat halus dan lembut membuat seluruh tubuh Ayana meremang.

_Gila, ini benar-benar GILA._

Gadis itu terus saja mengumpat dalam hati, hanya karena rasa ingin tahu dan penasaran seperti apa rasanya berciuman membuat otaknya ternoda.

"Haha, Daddy sayang--,"

Rayu Ayana terputus kala Ritz mengangkat satu tangannya sebagai tanda berhenti.

"Sudah cukup, jangan membual lagi." Ritz yang sebetulnya hanya ingin menggoda putrinya hampir saja kelepasan jika gadis itu tidak menahannya

"Wahh, kenapa wajah Daddy merah." Goda Ayana menatap Ritz yang duduk lebih dulu

"Jangan berulah sayang, kamu sangat tahu kelemahan Daddy." Kesal pria itu

Ia benar-benar dibuat salah tingkah dengan kelakuan putri angkatnya sendiri.

Ayana memang sangat pandai merayu. Hanya dengan rengekan saja ia tidak akan bisa marah lagi atau sekedar menjahilinya.

"Ok, ok. Ayana ngga akan goda Daddy lagi." Kekeh gadis itu ikut duduk

"Tapi beneran loh. Daddy itu tampan, baik, penyayang, dan--,"

"Kamu tidak ingin berhenti?" Geram Ritz menatap tajam kearah sang putri.

Ayana tertawa lepas begitu senang menggoda Daddy nya, wajah Ritz yang merah karena malu dan kesal bercampur jadi satu.

Tidak ada bosannya gadis itu mengganggu Daddy nya jika hanya berdua saja. Sebab, kurangnya waktu bagi keduanya bisa berduaan seperti ini, kadang membuat Ayana di runduh sedih dan rasa cemburu.

Semenjak kehadiran tunangan Daddy nya, sangat jarang Ayana memiliki waktu lebih dengan Ritz yang nyatanya yang paling gadis itu butuhkan adalah perhatian dan juga kehadiran Daddy nya.

Makan malam yang sengaja dibuat Ritz begitu romantis dan berkesan semua hanya demi gadis cantik yang teramat di sayanginya.

Jika dulu ia hidup dengan penuh kegelapan, sekarang saat hadirnya Ayana dalam hidupnya menjadi lebih berwarna dan bahagia.

Ritz terus memperhatikan putrinya waktu makan dan mulai mencicipi beraneka macam kue dengan toping yang berbeda.

"Daddy yakin ngga makan? Ini enak bangat loh," tawar Ayana dengan mulut penuh kue.

Pria itu hanya menggeleng sembari terus memperhatikan bidadari kecil yang sudah tujuh tahun ia rawat tersebut.

_Bahkan setelah dewasa pun Kamu masih sangat imut dan lucu_. Bathinnya berbicara

Sesekali Ritz menghela napas pelan demi menormalkan detak jantungnya, ada perasaan sayang yang jauh lebih besar timbul di hatinya.

Bohong jika ia tidak terpesona dengan kecantikan putrinya, di usia yang tinggal beberapa bulan lagi genap 18 tahun, tentu akan semakin terlihat tingkat kedewasaan gadis itu.

Sebagai seorang pria, mungkin Ritz lah yang paling beruntung bisa melihat Ayana tumbuh menjadi gadis dewasa. Identitas Ayana masih belum jelas apakah yatim piatu atau masih memiliki orang tua, bahkan Ritz sampai sekarang terus mencari informasi mengenai keluarga Ayana.

Ada sesuatu yang membuat pria itu yakin jika Ayana bukanlah gadis biasa. Terdapat sebuah liontin indah yang melingkar di leher Ayana merupakan bukti jika mungkin orang tuanya bukanlah keluarga sederhana.

Ritz sangat hapal benda berharga dengan ukiran yang sangat indah tersebut.

_Semoga saja dugaanku salah._

Hatinya menolak untuk percaya dengan kenyataan yang mungkin sewaktu-waktu dapat menjadi penyebab ia akan terpisah jauh dengan Ayana.

🍀

Sebuah kecupan singkat di sisi bibirnya membuat Ritz tersadar dari lamunan.

"Daddy kalau ngelamun lagi nanti Ayana tinggal loh," ketus Ayana mulai berulah.

"Eeeh, cantiknya Daddy sudah selesai makan rupanya." Kekeh Ritz meraih tubuh langsing gadis itu

Ia dudukkan putri angkatnya di atas pangkuannya dengan posisi saling berhadapan.

Ayana sudah terbiasa di perlakukan manis oleh Daddy nya, itu sebabnya dia tidak merasa kaget lagi apalagi sampai harus berteriak.

"Ayana capek, Dad." Keluhnya mulai timbul akibat terlalu semangat memakan kue yang hampir habis tidak tersisa

"Kan tadi sudah di ingatin sayang, makannya jangan berlebihan nanti geraknya susah." Ritz tertawa geli

Tingkah lucu dan imut putrinya membuat Ritz gemas sampai mencium habis seluruh wajah gadis itu kecuali di bibir, karena sebelumnya Ayana sudah menutup rapat mulutnya dengan satu tangan.

"Kenapa di tutup sih," protes Ritz pura-pura kesal.

Kedua bola mata Ayana sontak membulat sempurna.

"Ee, eee, jangan kelewatan ya Dad. Enak ajah main cium, kalau Ayana tahu bakal kayak gini mending tadi ngga kasih Daddy ciumnya." Cibir Ayana menatap tajam kearah Ritz yang tertawa lepas

"Kan, tanggung sayang kalau itu ngga di cium juga." Godanya sembsri menaik turunkan kedua alisnya secara bergantian

"Ayana ngga mau, TITIK." Tolak gadis cantik itu tegas

"Dasar pelit," ketus Ritz pura-pura merajuk, bahkan wajahnya di buat semenyedihkan mungkin.

Dalam hati pria itu terus memaki dirinya yang tiba-tiba saja bertindak kekanakan saat bersama putrinya.

_Aku rasa sekarang otak ku mulai tidak waras._ Bathin Ritz antara geli dan juga senang

Hanya dengan putrinya lah ia akan menjadi dirinya sendiri tanpa ada beban sama sekali.

Di bandingkan dengan Maira sang kekasih, Ritz akan bertingkah layaknya pria dewasa dengan berbagai macam cara juga alasan jika mengahadapi tunangannya tersebut.

🍃🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Semangat Santika!!!

2022-03-22

1

lihat semua
Episodes
1 DILY Bab 1 ~ Cemburu
2 DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus
3 DILY Bab 3 ~ Seperti Apa Rasanya
4 DILY Bab 4 ~ Sekalian Ajah Nyebur
5 DILY Bab 5 ~ Istimewa Dan Romantis
6 DILY Bab 6 ~ Siap Sayang
7 DILY Bab 7 ~ Berebutan Perhatian
8 DILY Bab 8 ~ Mencoba Mengalah
9 DILY Bab 9 ~ Berbicara Serius
10 DILY Bab 10 ~ Mendapat Hukuman
11 DILY Bab 11 ~ Rasa Yang Berbeda
12 DILY Bab 12 ~ Tidak Ingin Egois
13 DILY Bab 13 ~ Tidak Ada Yang Berubah
14 DILY Bab 14 ~ Kedatangan Eyang
15 DILY Bab 15 ~ Permintaan Eyang
16 DILY Bab 16 ~ Membuat Kesepakatan
17 DILY Bab 17 ~ Demi Daddy
18 DILY Bab 18 ~ Rumah Eyang
19 DILY Bab 19 ~ Mendapat Hukuman
20 DILY Bab 20 ~ Pertemuan Dengan Keluarga Maira
21 DILY Bab 21 ~ Rumah Sakit
22 DILY Bab 22 ~ Begitu Memperhatikan
23 DILY Bab 23 ~ Lamaran di Tunda
24 DILY Bab 24 ~ Penjelesan Nyonya besar Bachtiar
25 DILY Bab 25 ~ Maira Datang Ke Kantor
26 DILY Bab 26 ~ Kenakalan Ayana
27 DILY Bab 27 ~ Membuat Rencana
28 DILY Bab 28 ~ Marahanya Jangan Lama-lama
29 DILY Bab 29 ~ Cemburu
30 DILY Bab 30 ~ Marah Tak Beralasan
31 DILY Bab 31 ~ Salah Paham
32 DILY Bab 32 ~ Bertengkar
33 DILY Bab 33 ~ Mengalah
34 DILY Bab 34 ~ Tidak Nyaman
35 DILY Bab 35 ~ Kebenaran
36 DILY Bab 36 ~ Nyaris Kecoplosan
37 DILY Bab 37 ~ Pasti Kembali
38 DILY Bab 38 ~ Posesif
39 DILY Bab 39 ~ Siapa Namamu?
40 DILY Bab 40 ~ Hampir Saja
41 DILY Bab 41 ~ Flashback
42 DILY Bab 42 ~ Flashback
43 DILY Bab 43 ~ Rasa Sakit
44 DILY Bab 44 ~ Terungkap
45 DILY Bab 45 ~ Terlalu Berlebihan
46 DILY Bab 46 ~ Merindukan Mu
47 DILY Bab 47 ~ Melepas Rindu
48 DILY Bab 48 ~ Bidadari Ku
49 DILY Bab 49 ~ Menyelidiki
50 DILY Bab 50 ~ Shopping
51 DILY Bab 51 ~ Sampai Kapan
52 DILY Bab 52 ~ Sudah Pernah
53 DILY Bab 53 ~ SURPRISE
54 DILY Bab 54 ~ Happy Birthday
55 DILY Bab 55 ~ Will You
56 DILY Bab 56 ~ Bukan Candaan?
57 DILY Bab 57 ~ Terima Atau Tidak
58 DILY Bab 58 ~ Jangan Pernah Di Lepas
59 DILY Bab 59 ~ Kaget
60 DILY Bab 60 ~ Jangan Bangun
61 DILY Bab 61 ~ Masalah
62 DILY Bab 62 ~ Milik Ku
63 DILY Bab 63 ~ Siapa Yang Hamil?
64 DILY Bab 64 ~ Hukuman
65 DILY Bab 65 ~ Keluar Kota
66 DILY Bab 66 ~ Apartement
67 DILY Bab 67 ~ Cemburu
68 DILY Bab 68 ~ Makan Malam
69 DILY Bab 69 ~ Pesan Singkat
70 DILY Bab 70 ~ Bukankah
71 DILY Bab 71 ~ Panggilan Sayang
72 DILY Bab 72 ~ Melihat Pertunjukkan
73 DILY Bab 73 ~ Sedikit Sibuk
74 DILY Bab 74 ~ Bibi Cantik
75 DILY Bab 75 ~ Mabuk
76 DILY Bab 76 ~ Singanya Marah
77 DILY Bab 77 ~ Boleh
78 DILY Bab 78 ~ Kalung Itu?
79 DILY Bab 79 ~ Manja Sekali
80 DILY Bab 80 ~ Besok Pulang
81 DILY Bab 81 ~ Kembali
82 DILY Bab 82 ~ Bersiap Pulang
83 DILY Bab 83 ~ Kenzi Alvarendra
84 DILY Bab 84 ~ Ayah Biologis
85 DILY Bab 85 ~ Jangan Gegabah
86 DILY Bab 86 ~ Gavril Anggara Dawson
87 DILY Bab 87 ~ Jauh Lebih Cantik
88 DILY Bab 88 ~ Naik 7 Kilo
89 DILY Bab 89 ~ Apa Aku Salah
90 DILY Bab 90 ~ Hanya Ingin Sendiri
91 DILY Bab 91 ~ Mau Peluk
92 DILY Bab 92 ~ Nikahi Saja
93 DILY Bab 93 ~ Wanita Serakah
94 DILY Bab 94
95 DILY Bab 95
96 DILY Bab 96 ~ Skandal
97 DILY Bab 97
98 DILY Bab 98
99 DILY Bab 99
100 DILY Bab 100
101 DILY Bab 101 ~ Putri Pengusaha
102 DILY Bab 102
103 DILY Bab 103
104 DILY Bab 104 ~ Boneka Beruang
105 DILY Bab 105 ~ Panggil Mami
106 DILY Bab 106 ~ Bertemu Mami
107 DILY Bab 107 ~ Ibu Dan Anak
108 DILY Bab 108 ~ Air Mata Seorang Ibu
109 DILY Bab 109 ~ Kelamaan Mikir
110 DILY Bab 110 ~ Jaga Dia Baik-baik
111 DILY Bab 111 ~ Tunggu Daddy Pulang
112 DILY Bab 112 ~ Cium Boleh
113 DILY Bab 113 ~ Temani Daddy Lembur
114 DILY Bab 114 ~ Melupakan Pesan
115 DILY Bab 115 ~ Ingin Bertemu Dengannya
116 DILY Bab 116 ~ Curang
117 DILY Bab 117 ~ Kabarnya Sekarang
118 DILY Bab 118 ~ Buat Kesalahan
119 DILY Bab 119 ~ Bukan Ikut Kita Berdua
120 DILY Bab 120
121 DILY Bab 121
122 DILY Bab 122
123 DILY Bab 123
124 DILY Bab 124
125 DILY Bab 125
126 DILY Bab 126
127 DILY Bab 127
128 DILY Bab 128
Episodes

Updated 128 Episodes

1
DILY Bab 1 ~ Cemburu
2
DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus
3
DILY Bab 3 ~ Seperti Apa Rasanya
4
DILY Bab 4 ~ Sekalian Ajah Nyebur
5
DILY Bab 5 ~ Istimewa Dan Romantis
6
DILY Bab 6 ~ Siap Sayang
7
DILY Bab 7 ~ Berebutan Perhatian
8
DILY Bab 8 ~ Mencoba Mengalah
9
DILY Bab 9 ~ Berbicara Serius
10
DILY Bab 10 ~ Mendapat Hukuman
11
DILY Bab 11 ~ Rasa Yang Berbeda
12
DILY Bab 12 ~ Tidak Ingin Egois
13
DILY Bab 13 ~ Tidak Ada Yang Berubah
14
DILY Bab 14 ~ Kedatangan Eyang
15
DILY Bab 15 ~ Permintaan Eyang
16
DILY Bab 16 ~ Membuat Kesepakatan
17
DILY Bab 17 ~ Demi Daddy
18
DILY Bab 18 ~ Rumah Eyang
19
DILY Bab 19 ~ Mendapat Hukuman
20
DILY Bab 20 ~ Pertemuan Dengan Keluarga Maira
21
DILY Bab 21 ~ Rumah Sakit
22
DILY Bab 22 ~ Begitu Memperhatikan
23
DILY Bab 23 ~ Lamaran di Tunda
24
DILY Bab 24 ~ Penjelesan Nyonya besar Bachtiar
25
DILY Bab 25 ~ Maira Datang Ke Kantor
26
DILY Bab 26 ~ Kenakalan Ayana
27
DILY Bab 27 ~ Membuat Rencana
28
DILY Bab 28 ~ Marahanya Jangan Lama-lama
29
DILY Bab 29 ~ Cemburu
30
DILY Bab 30 ~ Marah Tak Beralasan
31
DILY Bab 31 ~ Salah Paham
32
DILY Bab 32 ~ Bertengkar
33
DILY Bab 33 ~ Mengalah
34
DILY Bab 34 ~ Tidak Nyaman
35
DILY Bab 35 ~ Kebenaran
36
DILY Bab 36 ~ Nyaris Kecoplosan
37
DILY Bab 37 ~ Pasti Kembali
38
DILY Bab 38 ~ Posesif
39
DILY Bab 39 ~ Siapa Namamu?
40
DILY Bab 40 ~ Hampir Saja
41
DILY Bab 41 ~ Flashback
42
DILY Bab 42 ~ Flashback
43
DILY Bab 43 ~ Rasa Sakit
44
DILY Bab 44 ~ Terungkap
45
DILY Bab 45 ~ Terlalu Berlebihan
46
DILY Bab 46 ~ Merindukan Mu
47
DILY Bab 47 ~ Melepas Rindu
48
DILY Bab 48 ~ Bidadari Ku
49
DILY Bab 49 ~ Menyelidiki
50
DILY Bab 50 ~ Shopping
51
DILY Bab 51 ~ Sampai Kapan
52
DILY Bab 52 ~ Sudah Pernah
53
DILY Bab 53 ~ SURPRISE
54
DILY Bab 54 ~ Happy Birthday
55
DILY Bab 55 ~ Will You
56
DILY Bab 56 ~ Bukan Candaan?
57
DILY Bab 57 ~ Terima Atau Tidak
58
DILY Bab 58 ~ Jangan Pernah Di Lepas
59
DILY Bab 59 ~ Kaget
60
DILY Bab 60 ~ Jangan Bangun
61
DILY Bab 61 ~ Masalah
62
DILY Bab 62 ~ Milik Ku
63
DILY Bab 63 ~ Siapa Yang Hamil?
64
DILY Bab 64 ~ Hukuman
65
DILY Bab 65 ~ Keluar Kota
66
DILY Bab 66 ~ Apartement
67
DILY Bab 67 ~ Cemburu
68
DILY Bab 68 ~ Makan Malam
69
DILY Bab 69 ~ Pesan Singkat
70
DILY Bab 70 ~ Bukankah
71
DILY Bab 71 ~ Panggilan Sayang
72
DILY Bab 72 ~ Melihat Pertunjukkan
73
DILY Bab 73 ~ Sedikit Sibuk
74
DILY Bab 74 ~ Bibi Cantik
75
DILY Bab 75 ~ Mabuk
76
DILY Bab 76 ~ Singanya Marah
77
DILY Bab 77 ~ Boleh
78
DILY Bab 78 ~ Kalung Itu?
79
DILY Bab 79 ~ Manja Sekali
80
DILY Bab 80 ~ Besok Pulang
81
DILY Bab 81 ~ Kembali
82
DILY Bab 82 ~ Bersiap Pulang
83
DILY Bab 83 ~ Kenzi Alvarendra
84
DILY Bab 84 ~ Ayah Biologis
85
DILY Bab 85 ~ Jangan Gegabah
86
DILY Bab 86 ~ Gavril Anggara Dawson
87
DILY Bab 87 ~ Jauh Lebih Cantik
88
DILY Bab 88 ~ Naik 7 Kilo
89
DILY Bab 89 ~ Apa Aku Salah
90
DILY Bab 90 ~ Hanya Ingin Sendiri
91
DILY Bab 91 ~ Mau Peluk
92
DILY Bab 92 ~ Nikahi Saja
93
DILY Bab 93 ~ Wanita Serakah
94
DILY Bab 94
95
DILY Bab 95
96
DILY Bab 96 ~ Skandal
97
DILY Bab 97
98
DILY Bab 98
99
DILY Bab 99
100
DILY Bab 100
101
DILY Bab 101 ~ Putri Pengusaha
102
DILY Bab 102
103
DILY Bab 103
104
DILY Bab 104 ~ Boneka Beruang
105
DILY Bab 105 ~ Panggil Mami
106
DILY Bab 106 ~ Bertemu Mami
107
DILY Bab 107 ~ Ibu Dan Anak
108
DILY Bab 108 ~ Air Mata Seorang Ibu
109
DILY Bab 109 ~ Kelamaan Mikir
110
DILY Bab 110 ~ Jaga Dia Baik-baik
111
DILY Bab 111 ~ Tunggu Daddy Pulang
112
DILY Bab 112 ~ Cium Boleh
113
DILY Bab 113 ~ Temani Daddy Lembur
114
DILY Bab 114 ~ Melupakan Pesan
115
DILY Bab 115 ~ Ingin Bertemu Dengannya
116
DILY Bab 116 ~ Curang
117
DILY Bab 117 ~ Kabarnya Sekarang
118
DILY Bab 118 ~ Buat Kesalahan
119
DILY Bab 119 ~ Bukan Ikut Kita Berdua
120
DILY Bab 120
121
DILY Bab 121
122
DILY Bab 122
123
DILY Bab 123
124
DILY Bab 124
125
DILY Bab 125
126
DILY Bab 126
127
DILY Bab 127
128
DILY Bab 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!