Mobil sedan warna hitam sampai di salah satu Restaurant terkenal.
Ritz keluar lebih dulu, ia memutar kearah pintu samping kiri dimana Ayana duduk.
Ceklek
Pintu mobil sudah di bukanya, tetapi gadis cantik yang masih di dalam mobil belum juga turun.
"Apa perlu Daddy menggendongmu masuk ke dalam, sayang?" Tanya Ritz berbisik di telinga putrinya
Sangat jelas terlihat pipi Ayana yang merah merona bak tomat, apa mungkin gadis itu malu?
"Kyaa, Daddy ngapain?" pekik Ayana kembali di buat kaget.
Dia terkejut saat merasakan tubuhnya tiba-tiba sudah di gendong Daddy nya.
Para pengunjung yang kebetulan mulai ramai ikut menyaksikan drama Ayah dan Anak angkat tersebut.
"Daddy nakal, ihhh."
Sungguh Ayana sangat malu di lihat banyak orang, bahkan wajahnya terasa panas.
"Jika tidak begini, sampai kapan kamu akan terus berada di dalam mobil, hmm?" Ritz tidak peduli jika saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian
Siapa yang tidak mengenalnya, seorang pria tampan pengusaha sukses dengan berbagai macam prestasi.
Semua orang tahu bagaimana kejamnya Ritz ketika melakukan kerjasama dengan para pebisnis lainnya. Bahkan tidak jarang ia akan bertindak lebih, jika semua tidak sesuai dengan harapannya.
"Selamat malam, Tuan Muda Alfa." Sapa beberapa pelayan menyambut kedatangan Ritz
"Malam, semuanya sudah siap?" tanya Ritz memastikan.
"Sudah Tuan Muda, mari saya antar."
Ritz kembali berjalan pelan mengikuti seorang wanita yang bertugas sebagai penanggung jawab mempersiapkan acara makan malam.
Mereka menuju ke lantai paling atas, dimana ada sebuah privat room yang khusus di jadikan tempat makan malam.
"Silahkan masuk, Tuan Muda!"
Pelayan tersebut mempersilahkan Ritz masuk ke dalam ruangan.
Di sana sudah ada beberapa makanan yang tersaji di atas meja, lengkap dengan aneka macam kue kesukaan Ayana.
Ruangan yang sudah di sulap menjadi indah dengan lilin yang bertebaran di mana-mana, semakin menambah kemewahan acara makan malam antara pasangan Ayah dan Anak angkat tersebut.
"Kalian boleh pergi!"
Ritz meminta semua pelayan keluar dari ruangan, matanya langsung beralih menatap kearah lain.
"Sayang, sampai kapan kamu akan bersembunyi?" bisiknya tepat di telinga Ayana.
Sejak masuk ke dalam privat room, Ayana tidak sekalipun mengangkat wajahnya yang mungkin masih memerah karena malu, dia terus menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang Daddy.
"Apa mereka sudah pergi?" tanya Ayana pelan.
"Hmm." Jawab singkat Ritz dengan deheman pelan
Perlahan gadis itu diturunkan Ritz dari gendongannya, mata Ayana sontak menatap takjub ke seluruh ruangan yang disulap begitu indah.
"Wah, Daddy yang nyiapin semua ini?" Seru Ayana tampak raut wajah bahagia melihat suasana ruangan yang memanjakan matanya.
Gadis itu tidak menyangka, acara makan malamnya dengan sang Daddy sangat istimewa dan romantis, meski terbilang ini bukanlah pertama kali baginya mendapat kejutan dari Ritz.
"Makasih Daddy," Ayana berhambur ke dalam pelukan Ritz yang masih setia berdiri.
"Kamu suka?" tanya Ritz pada putrinya.
Gadis cantik itu mengangguk seraya tersenyum begitu manis, membuat jantung Ritz kembali berdetak kencang.
Cahaya lilin yang menerangi ruangan tersebut dapat dengan jelas menerangi wajah cantik dan manis Ayana. Lesung pipinya menambah kecantikannya bila sedang tersenyum.
Entah apa yang dirasakan Ritz saat ini.
"Daddy, are you okay?" Ayana terus menatap manik mata Daddy nya.
Lama kelamaan tatapannya turun ke bibir kemerahan yang tadi sempat di ciumnya sebelum datang kemari.
Gelagat Ayana tentu sejak tadi terus di perhatikan Ritz.
"Hayo lagi mikirin apa?" godanya dengan jahil menarik tengkuk Ayana agar lebih dekat.
Ayana yang kaget refleks menahan dada bidang Daddy nya agar tidak saling bersentuhan.
"Daddy," tahan Ayana.
"Kenapa, hmm? Bukannya tadi begitu berani, kenapa sekarang malah takut?"
Ritz sengaja memainkan bibir ranum Ayana menggunakan ibu jarinya, benda kenyal yang kemerahan itu begitu menggoda seakan meminta ingin di cicipi.
"Daddy jangan menggodaku, kita tidak memiliki ikatan darah."
"Jangan salahkan aku jika berlaku lebih pada Daddy."
Ritz tersenyum sangat tipis mendengar kalimat ancaman dari putri angkatnya tersebut.
"Menarik, kamu jadi semakin berani pada Daddy." Balasnya menyeringai
Ayana yang sadar langsung saja menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, yang sebelumnya menahan dada bidang Daddy nya agar tidak bersentuhan.
"Jangan gila Dad, tadi itu Ayana--, Ayana ..."
_Duh napa aku jadi bodoh dadakan sih, mau ngomong ajah susah_.
Ayana yang dirunduh rasa gugup dan takut rerus merutuki kebodohannya dalam hati, terlalu nekat nyatanya menjadi bumerang pada dirinya sendiri.
"Ayana sayang," panggil Ritz dengan suara yang sangat halus dan lembut membuat seluruh tubuh Ayana meremang.
_Gila, ini benar-benar GILA._
Gadis itu terus saja mengumpat dalam hati, hanya karena rasa ingin tahu dan penasaran seperti apa rasanya berciuman membuat otaknya ternoda.
"Haha, Daddy sayang--,"
Rayu Ayana terputus kala Ritz mengangkat satu tangannya sebagai tanda berhenti.
"Sudah cukup, jangan membual lagi." Ritz yang sebetulnya hanya ingin menggoda putrinya hampir saja kelepasan jika gadis itu tidak menahannya
"Wahh, kenapa wajah Daddy merah." Goda Ayana menatap Ritz yang duduk lebih dulu
"Jangan berulah sayang, kamu sangat tahu kelemahan Daddy." Kesal pria itu
Ia benar-benar dibuat salah tingkah dengan kelakuan putri angkatnya sendiri.
Ayana memang sangat pandai merayu. Hanya dengan rengekan saja ia tidak akan bisa marah lagi atau sekedar menjahilinya.
"Ok, ok. Ayana ngga akan goda Daddy lagi." Kekeh gadis itu ikut duduk
"Tapi beneran loh. Daddy itu tampan, baik, penyayang, dan--,"
"Kamu tidak ingin berhenti?" Geram Ritz menatap tajam kearah sang putri.
Ayana tertawa lepas begitu senang menggoda Daddy nya, wajah Ritz yang merah karena malu dan kesal bercampur jadi satu.
Tidak ada bosannya gadis itu mengganggu Daddy nya jika hanya berdua saja. Sebab, kurangnya waktu bagi keduanya bisa berduaan seperti ini, kadang membuat Ayana di runduh sedih dan rasa cemburu.
Semenjak kehadiran tunangan Daddy nya, sangat jarang Ayana memiliki waktu lebih dengan Ritz yang nyatanya yang paling gadis itu butuhkan adalah perhatian dan juga kehadiran Daddy nya.
Makan malam yang sengaja dibuat Ritz begitu romantis dan berkesan semua hanya demi gadis cantik yang teramat di sayanginya.
Jika dulu ia hidup dengan penuh kegelapan, sekarang saat hadirnya Ayana dalam hidupnya menjadi lebih berwarna dan bahagia.
Ritz terus memperhatikan putrinya waktu makan dan mulai mencicipi beraneka macam kue dengan toping yang berbeda.
"Daddy yakin ngga makan? Ini enak bangat loh," tawar Ayana dengan mulut penuh kue.
Pria itu hanya menggeleng sembari terus memperhatikan bidadari kecil yang sudah tujuh tahun ia rawat tersebut.
_Bahkan setelah dewasa pun Kamu masih sangat imut dan lucu_. Bathinnya berbicara
Sesekali Ritz menghela napas pelan demi menormalkan detak jantungnya, ada perasaan sayang yang jauh lebih besar timbul di hatinya.
Bohong jika ia tidak terpesona dengan kecantikan putrinya, di usia yang tinggal beberapa bulan lagi genap 18 tahun, tentu akan semakin terlihat tingkat kedewasaan gadis itu.
Sebagai seorang pria, mungkin Ritz lah yang paling beruntung bisa melihat Ayana tumbuh menjadi gadis dewasa. Identitas Ayana masih belum jelas apakah yatim piatu atau masih memiliki orang tua, bahkan Ritz sampai sekarang terus mencari informasi mengenai keluarga Ayana.
Ada sesuatu yang membuat pria itu yakin jika Ayana bukanlah gadis biasa. Terdapat sebuah liontin indah yang melingkar di leher Ayana merupakan bukti jika mungkin orang tuanya bukanlah keluarga sederhana.
Ritz sangat hapal benda berharga dengan ukiran yang sangat indah tersebut.
_Semoga saja dugaanku salah._
Hatinya menolak untuk percaya dengan kenyataan yang mungkin sewaktu-waktu dapat menjadi penyebab ia akan terpisah jauh dengan Ayana.
🍀
Sebuah kecupan singkat di sisi bibirnya membuat Ritz tersadar dari lamunan.
"Daddy kalau ngelamun lagi nanti Ayana tinggal loh," ketus Ayana mulai berulah.
"Eeeh, cantiknya Daddy sudah selesai makan rupanya." Kekeh Ritz meraih tubuh langsing gadis itu
Ia dudukkan putri angkatnya di atas pangkuannya dengan posisi saling berhadapan.
Ayana sudah terbiasa di perlakukan manis oleh Daddy nya, itu sebabnya dia tidak merasa kaget lagi apalagi sampai harus berteriak.
"Ayana capek, Dad." Keluhnya mulai timbul akibat terlalu semangat memakan kue yang hampir habis tidak tersisa
"Kan tadi sudah di ingatin sayang, makannya jangan berlebihan nanti geraknya susah." Ritz tertawa geli
Tingkah lucu dan imut putrinya membuat Ritz gemas sampai mencium habis seluruh wajah gadis itu kecuali di bibir, karena sebelumnya Ayana sudah menutup rapat mulutnya dengan satu tangan.
"Kenapa di tutup sih," protes Ritz pura-pura kesal.
Kedua bola mata Ayana sontak membulat sempurna.
"Ee, eee, jangan kelewatan ya Dad. Enak ajah main cium, kalau Ayana tahu bakal kayak gini mending tadi ngga kasih Daddy ciumnya." Cibir Ayana menatap tajam kearah Ritz yang tertawa lepas
"Kan, tanggung sayang kalau itu ngga di cium juga." Godanya sembsri menaik turunkan kedua alisnya secara bergantian
"Ayana ngga mau, TITIK." Tolak gadis cantik itu tegas
"Dasar pelit," ketus Ritz pura-pura merajuk, bahkan wajahnya di buat semenyedihkan mungkin.
Dalam hati pria itu terus memaki dirinya yang tiba-tiba saja bertindak kekanakan saat bersama putrinya.
_Aku rasa sekarang otak ku mulai tidak waras._ Bathin Ritz antara geli dan juga senang
Hanya dengan putrinya lah ia akan menjadi dirinya sendiri tanpa ada beban sama sekali.
Di bandingkan dengan Maira sang kekasih, Ritz akan bertingkah layaknya pria dewasa dengan berbagai macam cara juga alasan jika mengahadapi tunangannya tersebut.
🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Alitha Fransisca
Semangat Santika!!!
2022-03-22
1