Sepulang dari kuliah, Ayana memilih untuk tetap berada di dalam kamar.
Kekesalannya terhadap tunangan Daddy nya belum juga hilang, bahkan sejak tadi perasaannya mulai tidak enak.
"Awas saja kalau sampai ngadu yang ngga benar ke Daddy."
Gadis itu sangat hapal tabiat Maira jika sudah membahas soal dirinya di hadapan Ritz.
🍀
Tepat jam 4, Ritz akhirnya pulang ke rumah.
Masalah di perusahaan yang tinggal sedikit sudah ia serahkan pada Asisten nya.
"Radit, aku balik duluan. Sisanya aku serahkan padamu!" Ritz berpamitan pada Asisten nya tersebut
"Siap Presdir," sahut Radit sebelum atasannya keluar dari ruangan.
Ritz yang sudah tiba di lobi segera masuk ke dalam mobil miliknya
Kereta besi itu melesat dengan kecepatan sedang keluar dari area parkiran meninggalkan perusahaan.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, ia terus menghubungi putrinya. Tetapi, tidak ada jawaban dari gadis itu membuatnya sangat khawatir.
Bukan Ritz tidak tahu kejadian di kampus. Beberapa mata-mata yang ia suruh memantau Ayana sudah melaporkan masalah itu padanya.
"Pak, tolong cepat sedikit!" titahnya pada sang sopir agar melajukan mobil.
Selang lima belas menit kereta besi itu sudah masuk di halaman rumah, Ritz yang turun lebih dulu bergegas masuk ke dalam rumah sambil berlari.
Suasana yang lumayan sepi membuat Ritz mencari beberapa pelayan untuk menanyakan keberadaan Ayana.
"Nona muda sejak pulang kuliah tidak pernah keluar dari kamar, Tuan."
"Benar Tuan Muda, tidak ada yang berani untuk mengetuk pintu kamar Nona muda."
Mendengar penjelasan beberapa pelayannya, Ritz langsung naik ke lantai atas menuju kamar Ayana.
.
.
_Tok tok tok_
Hampir lima menit lamanya belum ada respon dari dalam kamar, membuat Ritz yang khawatir jangan sampai terjadi sesuatu langsung saja mendobrak pintu sedikit keras.
BRAK
Ayana terlonjak kaget saat keluar dari kamar mandi.
Dia yang baru saja selesai membersihkan diri karena gerah, dibuat heran dengan kelakuan sang Daddy.
"What are you doing, Dad?"
Gadis itu menatap keheranan seakan meminta sebuah jawaban.
"Kenapa Daddy ketuk pintu dari tadi ngga di buka?" sahut Ritz balik bertanya.
"What?" Pekik Ayana.
"Sejak kapan Daddy masuk kamar Ayana harus ketuk pintu dulu?" Dia tidak sadar kalau pintu kamarnya terkunci tadi.
"Kamu masih nanya Daddy kenapa ketuk pintu?" Ayana sampai menganggukan kepalanya bingung.
"Mana Daddy tahu, kalau tidak di kunci Daddy ngga mungkin sampai harus ketuk pintu bahkan dobrak langsung pintunya." Kesal Ritz mendadak atmosfer di dalam kamar berubah dingin
Ayana tercengang mendengar jawaban Daddy nya, sekarang dia baru ingat kalau tadi sepulang kuliah memang sengaja mengunci pintu kamar.
Gadis itu tidak suka di ganggu jika moodnya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Ayana lupa kalau tadi di kunci."
Ritz yang paham tidak lagi bertanya, ia memilih duduk di tepi ranjang putrinya sembari melihat ponsel, ada beberapa email yang masuk di kirim oleh Radit.
Ayana yang berjalan kesana kemari hanya mengenakan bathrope mengalihkan fokus pria itu dari layar ponselnya.
DEG
Jantung Ritz berdetak cepat, posisi Ayana yang duduk di meja rias sangat jelas terlihat betapa mulusnya kaki jenjang yang putih bersih milik gadis itu.
Ayana lupa jika sekarang dia bukan lagi gadis kecil berusia di bawah sepuluh tahun, tindakannya saat ini bisa saja menimbulkan masalah.
"Daddy baru pulang?" tanyanya tanpa menoleh kearah Ritz.
Entah dia yang bodoh atau bagaimana, sudah tahu apa yang di buatnya saat ini tentu tidak baik untuk Daddy nya.
Ritz masih diam membisu duduk tegap di atas ranjang, matanya terus menatap intens bagian tubuh putrinya yang terlihat. Ia mencoba tetap sadar jangan sampai berbuat yang tidak-tidak, pikiran kotornya di buang jauh-jauh.
Dan baru saja Ayana ingin berganti pakaian, dengan cepat pria itu mencegahnya.
"Apa yang kamu lakukan, sayang?" kaget Ritz langsung berdiri.
Wajahnya beralih kearah lain agar tidak melihat tubuh Ayana, dimana bagian bahu gadis itu setengah terbuka.
Apa anak ini sudah gila? Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan. Dia bukan pura-pura polos atau bodoh kan? Bathin Ritz
"Ada apa Daddy?" Ayana pura-pura tidak tahu.
Dia nekat berjalan mendekat kearah Ritz, senyum penuh arti menghias di bibir indahnya.
"Are you okay, Dad?"
Ayana sengaja. Dia ingin melihat sampai mana sikap Ritz ketika melihat putri angkatnya dalam keadaan yang terbilang cukup mengacaukan akal sehat pria itu.
"Jangan berulah Sayang." Tekan Ritz tanpa menoleh
"Kenapa, hmm?" tanya Ayana dengan suara sedikit menggoda.
Wajah Ritz berubah jadi masam, entah apa yang akan terjadi nanti jika Ayana masih bersikap seperti itu.
"Gantilah bajumu, sayang! Jangan sampai Daddy menghukum mu." Titah Ritz tidak main-main
"Ngga mau Daddy, sayang." Tolak Ayana berbisik di telinga kiri pria itu
Ingin rasanya dia tertawa ketika melihat wajah pucat pasi milik Ritz, katakan saja Ayana nakal sudah berani berlaku tidak sopan.
Sebuah kecupan lumayan lama mendarat sempurna di dekat bibir Ritz yang merah dan tipis, Ayana benar-benar sudah gila. Bagaimana kalau sampai pria itu akan marah?
"Dad," panggil Ayana begitu lembut.
"Hmm," Ritz tidak berani menatap putrinya.
Detak jantungnya begitu cepat seakan habis berlari.
"Lihat sini!" pinta Ayana memegang pipi kanan Daddy nya untuk di hadapkan dengannya.
Pria itu mengalah, tangan lembut Ayana di biarkannya terus berada di pipi hingga tatapan mata keduanya saling bertemu.
Ada desiran aneh dapat Ritz rasakan, manakala melihat senyum manis Ayana dengan jarak yang cukup dekat.
"Sayang," kepala Ritz mendadak sakit.
"Ssht. No, Daddy. Jangan menghindar!" Ayana menahan tubuh Ritz agar tetap berdiri di tempatnya.
Jemari lentiknya menyusuri setiap inci wajah tampan milik pria itu, mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dagu dan terakhir turun ke bibir.
"Seperti apa rasanya, Dad?" tanya Ayana tanpa menyingkirkan jarinya dari bibir Ritz.
"Bolehkah aku merasakannya? Tapi aku kan, belum punya pacar. Apa aku harus cari pacar saja ya, mungkin aku bisa belajar."
Ritz kaget mendengar pertanyaan konyol dari putrinya.
"Jangan aneh-aneh sayang, Daddy ngga suka kamu ngomong seperti itu."
Pria itu berusaha menormalkan detak jantungnya, bayangan dimana sang putri berciuman dengan seorang pria terlintas begitu saja. Ia tidak akan pernah membiarkan pria brengsek manapun mendekati Ayana, putri kecil yang ia rawat dan besarkan tidak rela jika sampai jatuh pada pria yang salah.
"Kenapa ngga boleh? Bukannya Daddy juga punya tunangan? Hal yang begini saja sudah biasa buat kalian kan?" sindir Ayana tepat sasaran.
Gadis itu sengaja membahas hubungan Daddy nya bersama sang kekasih Maira.
Rasa kesal dan cemburu melihat Maira begitu lengket dengan sang Daddy membuat otak dan pikiran Ayana menjadi kacau.
Belum lagi dia yang tanpa sengaja menyaksikan adegan yang tidak sepantasnya di lihat oleh gadis kecil yang pikirannya masih sangat polos itu.
"Jangan pernah berkata seperti itu lagi sayang," Ritz memberi pengertian.
"Daddy dan tante Maira melakukan itu karena kami sepasang kekasih, dan sudah bertunangan."
Perkataan Ritz tanpa sadar menyakiti hati putri angkatnya tersebut.
"Oh benarkah? Jadi aku juga boleh dong." Balas Ayana seakan menganggap enteng ucapan Daddy nya
"Maksud kamu apa sayang?" tanya Ritz mulai terpancing emosi.
Ayana belum menjawab, langkah kakinya berjalan menuju lemari pakaian yang terletak samping tempat tidur.
Gadis itu sengaja melepaskan bathrope yang di kenakannya dihadapan Ritz yang berdiri mematung, dia yang hanya memakai hotpants dan bra saja, dengan santainya mengambil pakaian di dalam lemari.
Matanya sesekali melirik kearah sang Daddy, jelas terlihat ada gurat amarah yang terpancar di wajah pria itu melihat kelakuan Ayana sekarang.
Sekitar lima menit berlalu suasana mendadak hening, detik berikutnya terdengar suara bariton yang berhasil menghentikkan aktifitasnya.
"Berhentilah berulah, Ayana!" teriak Ritz menggema ke seisi kamar.
Ayana yang kaget langsung terduduk lemas dengan keringat dingin membasahi seluruh wajah dan bagian tubuhnya.
Ritz benar-benar kelepasan, ia lupa kalau anak gadis yang beberapa tahun lalu di bawanya itu tidak bisa mendengar suara keras apalagi bentakan.
"Sayang."
Dengan panik, Ritz berjalan mendekat kearah putri angkatnya yang masih terduduk lemas dengan kedua tangan bergetar hebat, air mata gadis itu mengalir sangat deras tanpa di minta.
"Maafkan Daddy, maaf." Sesal Ritz mendekap erat tubuh Ayana
Suara isakan yang semula kecil berubah tangisan cukup keras, bahkan napas gadis itu tidak beraturan seakan menahan sesak dalam dadanya.
Ritz yang menyesal telah berlaku kasar terus berusaha menenangkan putrinya, betapa bodohnya ia yang tidak bisa menahan diri.
"Aku benci Daddy." Jerit Ayana terus meronta ingin lepas dari pelukan lumayan erat pria itu
"Daddy jahat. Ayana benci Daddy."
Hati Ritz mencelos sakit. Teriakan histeris Ayana sungguh menyakitkan, bahkan kedua mata pria itu ikut mengeluarkan cairan bejing.
Ayana yang ketakutan terus mengamuk dalam dekapan Ritz, sungguh gadis itu tidak menyangka jika perbuatannya membuat Daddy nya marah.
"Lepas Daddy!"
"Ayana benci Daddy, Ayana benci."
Tangisan Ayana semakin menjadi.
Untuk pertama kalinya Ritz melakukan kesalahan besar. Ia telah hilang kendali, tidak seharusnya ia marah sampai membentak gadis kecil yang selama ini ia jaga dengan penuh resiko.
"Maafkan Daddy, sayang." Bisik Ritz lirih
"Jangan menangis lagi, hati Daddy sakit bila kamu seperti ini."
🍀
Hampir satu jam lamanya Ayana menangis, selama itu juga Ritz terus menenangkan putri angkatnya tersebut.
Tidak lagi terdengar suara tangis dari mulut putrinya, hanya isakan kecil yang masih sesekali terdengar.
Di rasa Ayana sudah mulai tenang, Ritz bangkit dari duduk seraya menggendong gadis itu menuju tempat tidur.
"Sstt, tenanglah."
Ritz memeluk penuh sayang putrinya, di ciuminya pucuk kepala Ayana berkali-kali dengan perasaan campur aduk.
Ayana tidak lagi menangis, dia menghirup aroma tubuh Daddy nya yang wangi dan menenangkan. Sungguh, nyatanya dia bisa melupakan semua kejadian yang terjadi barusan hanya dengan bersembunyi dalam dekapan hangat Ritz.
🍃🍃🍃🍃🍃
Like & Komennya jangan lupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
wow bagus ceritanya
2024-02-02
3
Stanalise (Deep)🖌️
kocakk banget nih bocah
2022-10-20
0
Stanalise (Deep)🖌️
Orang tua mana yg ga khawatir kalo kek gini...
2022-10-20
0