DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus

Setelah kejadian semalam.

Dimana Ritz begitu sabarnya menenangkan putri angkatnya yang terus menangis tanpa mau bicara.

Pagi ini. Rencananya Ayana ingin pergi ke kampus. Sudah seminggu dia tidak masuk kuliah karena sempat drop akibat kelelahan.

Gadis berparas cantik itu harus masuk kuliah mengingat sudah lumayan banyak M.K yang tertinggal jauh.

_Ceklek_

Pintu kamar Ayana terbuka dengan lebar, menampakkan sosok pria tampan yang sudah lengkap dengan setelan jas kerjanya.

Mata Ayana tidak berkedip memandang betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang begitu menggetarkan hatinya, seolah apa yang dilihatnya saat ini tidak memiliki kekurangan sedikit pun.

"Morning sayang," sapa Ritz melangkah masuk ke dalam kamar dengan bibir tersenyum manis.

"Morning Dad," balas Ayana pelan segera mengalihkan pandangan ke arah lain.

Gadis itu teringat kembali kejadian semalam. Dia masih sakit hati melihat pria yang berada di hadapannya hanya berstatuskan ayah angkat dan bukan sebagai kekasih.

Bersikap seolah tidak merasakan apa-apa, justru menjadi beban terberat bagi gadis itu yang kadang kala hanya bisa menangis dalam diam.

"Mau berangkat bareng Daddy?" tanya Ritz sudah duduk di sisi tempat tidur, menatap ke arah putrinya yang sibuk memoles wajah di depan kaca.

"Ngga. Aku sudah di jemput sama Rangga, sekalian mau mampir ke toko buku." Tolak Ayana dengan nada terkesan dingin

"Kamu masih marah sama Daddy?" tebak Ritz bertanya karena yang ia tahu akan seperti apa putri angkatnya itu bila sedang marah.

"Untuk apa aku marah, toh Daddy ngga buat kesalahan juga kan?" balas Ayana malas, sebab ini bukan yang pertama kali mereka berbicara dengan topik masalah yang sama.

Seketika raut wajah Ritz berubah dingin mendengar kalimat yang keluar dari mulut putri angkatnya tersebut.

"Kamu ingin Daddy melakukan apa lagi agar nada bicaramu itu tidak selalu ketus?" Kesalnya masih berusaha mengalah.

Ia tidak suka jika Ayana selalu saja berbicara dengan nada tidak baik saat suasana hatinya memburuk.

"Bukankah Daddy sudah minta maaf? Sampai kapan kamu akan menutup diri dari Daddy?" Ritz berucap lirih, begitu sulit rasanya menembus dinding yang telah lama dibuat Ayana.

"Aku," sahut Ayana merasa bersalah.

"Sudahlah, kamu selalu seperti itu pada Daddy. Bahkan hari spesial Daddy pun kamu tidak ingat lagi." Ritz menyela ucapan putrinya

Ia begitu sedih, bahkan saat yang paling di tunggu akan ada kejutan dari putrinya pun tidak lagi di ingat gadis itu.

Ayana yang sadar seakan tidak berkutip, dia telah lupa jika semalam adalah hari ulang tahun Daddy nya.

"Dad," panggil Ayana saat melihat Ritz ingin keluar dari kamar.

Salahkan saja dia yang telah dipenuhi rasa cemburu, padahal semalam Ayana sudah mempersiapkan semuanya. Tetapi, karena terlalu asik menonton drama dia lupa akan tujuan awalnya.

"Dad, tunggu!" Teriak Ayana semakin panik.

Ritz yang baru memegang gagang pintu kamar putrinya langsung terhenti, ia terkejut mendapat pelukan mendadak dari Ayana.

"Maaf, Ayana salah. Ayana lupa semalam ulang tahun Daddy, maaf." Ucapnya lirih semakin mengeratkan pelukan di perut Ritz

"Jangan pergi, Ayana sungguh lupa." Mohonnya tanpa melepas pelukan

Ayana semakin memeluk erat tubuh kekar Ritz dari arah belakang, sangat jelas terasa betapa gemetarnya tubuh mungilnya ketika menangis.

Ritz yang merasa kasihan, sontak membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sang putri kesayangan.

"Hey, jangan menangis sayang. Daddy yang harusnya minta maaf sudah melakukan kesalahan."

Ritz menghapus sisa air mata yang melekat di wajah putrinya dengan lembut.

"Ayana sungguh lupa, semalam Ayana sudah mempersiapkan semuanya. Tapi, tapi ..."

"Sstt. Daddy tidak marah sayang, sudah ya. Jangan menangis lagi."

Cukup lama Ritz menenangkan putrinya yang masih menangis hanya karena masalah sepele, sifat Ayana yang manja dan sensitif, mudah tersentuh hanya dengan hal-hal kecil.

"Sayang, kalau terus menempel seperti ini nanti kita bisa terlambat." Kekeh Ritz begitu gemas sampai mencubit hidung mancung Ayana

Seluruh bagian wajah gadis cantik itu di ciuminya penuh kelembutan, Ritz yang tidak pernah berkata kasar atau marah pada sang putri merasa tidak tega bila hati Ayana sampai terluka.

"Tapi ulang tahun Daddy gimana?" tanya Ayana saat mengurai pelukannya pada Ritz.

"Mmm, gimana kalau makan malam romantis?" jawab Ritz seraya menaik turunkan kedua alisnya secara bergantian.

"Waah boleh juga, berasa kaya lagi kencan dong." Ucap Ayana terlihat begitu gembira

Ritz hanya menggangguk, ia menggandeng tangan Ayana melangkah keluar dari kamar menuju lantai bawah.

_Tring_

Lift kembali tertutup rapat, membawa keduanya turun langsung menuju garasi samping rumah.

Sesampainya di bawah, Ayana ikut masuk ke dalam mobil bersama Ritz duduk di kursi belakang.

Perjalanan menuju kampus yang memakan waktu hampir lima belas menit di isi dengan obrolan ringan seputar keseharian Ayana. Selalu ada saja yang gadis cantik itu ceritakan pada Daddy nya.

🌸

"Hubungi Daddy kalau ada apa-apa, OK." Pesan Ritz saat mobil sudah tiba di depan kampus

"Siap Dad. Ayana masuk dulu ya." Sahutnya terkekeh

"Daaa, Daddy."

Sebelum gadis itu turun, masih sempat mencium pipi kanan dan kiri Ritz bergantian.

Di rasa Ayana sudah hilang dari pandangannya, baru lah Ritz pergi meninggalkan area kampus menuju perusahaan.

.

.

#Ruangan Kelas

Semua pasang mata menatap aneh ke arah Ayana ketika baru saja masuk ruangan.

Beberapa dari mereka ada yang menatap sinis dan ada juga yang berbisik-bisik tidak jelas.

"AYANA ..."

Teriak seorang gadis manis dari arah luar, membuat beberapa mahasiswa yang berada di ruangan ikut tersentak kaget.

"Aya, Ayana gawat." Heboh sang sahabat menghampiri Ayana tengah duduk di kursi paling depan

"Ada apa sih, Taa? Datang-datang langsung teriak ngga jelas." Sahut Ayana tidak kalah kaget dengan suara teriakan dari Letta

"Mending kamu ikut aku ajah deh Aya, cepetan!"

Gadis manis itu bukannya menjawab, justru di tariknya lengan Ayana menuju keluar ruangan, tidak peduli jika ini sudah waktunya masuk M.K pertama.

Entah apa yang membuat sahabatnya menjadi heboh, Ayana langsung di bawa ke salah satu ruangan yang sudah ada beberapa orang terlihat disana.

"Loh itu kan, Tante..." gumam Ayana terkejut melihat orang yang sangat dia kenal.

"Ngapain Tante Maira disini?"

Gadis itu merasa heran melihat kedatangan tunangan Daddy nya berada di kampus.

Beberapa mahasiswa yang melihat kehadiran Ayana langsung mundur memberikannya jalan. Dari kejauhan Ayana bisa melihat bagaimana raut wajah masam dari wanita tunangan Daddy nya tersebut.

"Tante Maira kok bisa ada disini?" tanya Ayana menyapa sekedar basa-basi walau pada dasarnya dia pun malas.

"Oh itu, Tante kebetulan ada keperluan dengan kenalan teman Dosen, Tante disini. Sekalian lihat-lihat bagaimana keadaan kampus mu," jawab Maira tersenyum dengan senyum yang dipaksakan.

"Oh, kirain Tante ada perlu apa." Balas Ayana berusaha tersenyum semanis mungkin

Maira yang sedikit tidak suka melihat wajah cantik Ayana, langsung menatap sinis.

Perlahan langkah kakinya mendekat sampai tepat berdiri di hadapan Ayana dengan posisi menunduk. Postur tubuh Maira yang sedikit lebih tinggi dari gadis itu membuatnya harus memposisikan diri agar sejajar.

"Ayana sayang, tahukah kamu kalau sebentar lagi aku dan Daddy mu akan menikah? Aku sarankan agar kamu lebih menjaga sikap untuk tidak terlalu menempel padanya, OK." Bisik Maira tepat di telinga Ayana

Bagi yang melihat mereka pasti akan mengira jika wanita itu seakan tengah memeluk Ayana.

"Maksud Tante Maira apa ya?" sarkas Ayana berbicara keras, bahkan beberapa mahasiswa yang ikut menyaksikan sampai dibuat kaget.

"Tante kalau ngga ada urusan apa-apa lagi sebaiknya pergi dari sini!" lanjutnya setengah berteriak, membuat sahabatnya langsung menarik paksa lengan Ayana agar meninggalkan tempat itu.

"Aya, jangan berulah. Ini masih di kampus bagaimana kalau sampai ada yang melaporkan mu pada pembimbing?" Letta yang tahu betul dengan siapa Ayana berbicara sekarang, lebih memilih mengamankan sahabatnya agar tidak lagi mendapatkan masalah baru.

Ini memang bukanlah pertama kalinya bagi Ayana, tetapi untuk sekarang sedikit berbeda.

"Kamu kenapa Ayana sayang? Apa aku salah berucap?" Maira sengaja membuat gadis itu tersulut emosi, sikap Ayana yang sangat sensitif tentu menjadi poin penting baginya.

"Tante Maira cukup, jangan membuat masalah di kampus. Bukannya tadi Tante bilang cuma bertemu dengan teman, Tante? Sekarang sudah tidak lagi kan? Sebaiknya Tante pergi dari sini! Jangan merusak mood kami." Marah Letta sengaja mengusir Maira

Letta tidak tahan lagi dengan sikap saudara Mamanya itu, meski terbilang masih keluarga dekat. Tetapi, karena sikap Maira yang jauh berbeda membuat Letta dan orang tuanya memilih diam tanpa mencampuri masalah Tante nya.

Maira yang kesal langsung berlalu pergi menuju parkiran, mobil yang di tumpanginya keluar parkiran meninggalkan area kampus.

🌸

Sejak kejadian tadi siang, Ayana belum juga beranjak dari perpustakaan untuk pulang ke rumah. Dia di temani sang sahabat memilih tetap berada di kampus tanpa ingat pulang.

"Kamu ngga apa-apa kan, Aya?" tanya Letta khawatir melihat keadaan gadis itu.

"Aku baik, Taa. Makasih ya udah bantuin aku tadi." Jawab Ayana mungucapkan terima kasih kepada sahabatnya tersebut

"Udah ngga usah di pikirin, lagian juga Tante Maira ngga bakalan berani nyakitin aku." Kekeh Letta meyakinkan Ayana

"Asal kamu aman ajah aku udah tenang, Aya." Lanjutnya kembali sibuk mencari buku yang Ayana butuhkan

Letta tidak pernah takut, jika mungkin nantinya Maira akan mengadukan masalah ini pada orang tuanya.

Hal yang sudah biasa baginya menghadapi Maira yang kadang suka berulah tanpa merasa bersalah.

"Kalau sampai masalah di kampus di ketahui Daddy kamu gimana, Aya?"

🍃🍃🍃🍃🍃

Terpopuler

Comments

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Tautan usia mereka beda berapa tahun Thor?

2022-10-19

1

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Iya saya mau, nebeng juga dong

2022-10-19

0

Stanalise (Deep)🖌️

Stanalise (Deep)🖌️

Bagus Thor, gaya bahasamu asik loh

2022-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 DILY Bab 1 ~ Cemburu
2 DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus
3 DILY Bab 3 ~ Seperti Apa Rasanya
4 DILY Bab 4 ~ Sekalian Ajah Nyebur
5 DILY Bab 5 ~ Istimewa Dan Romantis
6 DILY Bab 6 ~ Siap Sayang
7 DILY Bab 7 ~ Berebutan Perhatian
8 DILY Bab 8 ~ Mencoba Mengalah
9 DILY Bab 9 ~ Berbicara Serius
10 DILY Bab 10 ~ Mendapat Hukuman
11 DILY Bab 11 ~ Rasa Yang Berbeda
12 DILY Bab 12 ~ Tidak Ingin Egois
13 DILY Bab 13 ~ Tidak Ada Yang Berubah
14 DILY Bab 14 ~ Kedatangan Eyang
15 DILY Bab 15 ~ Permintaan Eyang
16 DILY Bab 16 ~ Membuat Kesepakatan
17 DILY Bab 17 ~ Demi Daddy
18 DILY Bab 18 ~ Rumah Eyang
19 DILY Bab 19 ~ Mendapat Hukuman
20 DILY Bab 20 ~ Pertemuan Dengan Keluarga Maira
21 DILY Bab 21 ~ Rumah Sakit
22 DILY Bab 22 ~ Begitu Memperhatikan
23 DILY Bab 23 ~ Lamaran di Tunda
24 DILY Bab 24 ~ Penjelesan Nyonya besar Bachtiar
25 DILY Bab 25 ~ Maira Datang Ke Kantor
26 DILY Bab 26 ~ Kenakalan Ayana
27 DILY Bab 27 ~ Membuat Rencana
28 DILY Bab 28 ~ Marahanya Jangan Lama-lama
29 DILY Bab 29 ~ Cemburu
30 DILY Bab 30 ~ Marah Tak Beralasan
31 DILY Bab 31 ~ Salah Paham
32 DILY Bab 32 ~ Bertengkar
33 DILY Bab 33 ~ Mengalah
34 DILY Bab 34 ~ Tidak Nyaman
35 DILY Bab 35 ~ Kebenaran
36 DILY Bab 36 ~ Nyaris Kecoplosan
37 DILY Bab 37 ~ Pasti Kembali
38 DILY Bab 38 ~ Posesif
39 DILY Bab 39 ~ Siapa Namamu?
40 DILY Bab 40 ~ Hampir Saja
41 DILY Bab 41 ~ Flashback
42 DILY Bab 42 ~ Flashback
43 DILY Bab 43 ~ Rasa Sakit
44 DILY Bab 44 ~ Terungkap
45 DILY Bab 45 ~ Terlalu Berlebihan
46 DILY Bab 46 ~ Merindukan Mu
47 DILY Bab 47 ~ Melepas Rindu
48 DILY Bab 48 ~ Bidadari Ku
49 DILY Bab 49 ~ Menyelidiki
50 DILY Bab 50 ~ Shopping
51 DILY Bab 51 ~ Sampai Kapan
52 DILY Bab 52 ~ Sudah Pernah
53 DILY Bab 53 ~ SURPRISE
54 DILY Bab 54 ~ Happy Birthday
55 DILY Bab 55 ~ Will You
56 DILY Bab 56 ~ Bukan Candaan?
57 DILY Bab 57 ~ Terima Atau Tidak
58 DILY Bab 58 ~ Jangan Pernah Di Lepas
59 DILY Bab 59 ~ Kaget
60 DILY Bab 60 ~ Jangan Bangun
61 DILY Bab 61 ~ Masalah
62 DILY Bab 62 ~ Milik Ku
63 DILY Bab 63 ~ Siapa Yang Hamil?
64 DILY Bab 64 ~ Hukuman
65 DILY Bab 65 ~ Keluar Kota
66 DILY Bab 66 ~ Apartement
67 DILY Bab 67 ~ Cemburu
68 DILY Bab 68 ~ Makan Malam
69 DILY Bab 69 ~ Pesan Singkat
70 DILY Bab 70 ~ Bukankah
71 DILY Bab 71 ~ Panggilan Sayang
72 DILY Bab 72 ~ Melihat Pertunjukkan
73 DILY Bab 73 ~ Sedikit Sibuk
74 DILY Bab 74 ~ Bibi Cantik
75 DILY Bab 75 ~ Mabuk
76 DILY Bab 76 ~ Singanya Marah
77 DILY Bab 77 ~ Boleh
78 DILY Bab 78 ~ Kalung Itu?
79 DILY Bab 79 ~ Manja Sekali
80 DILY Bab 80 ~ Besok Pulang
81 DILY Bab 81 ~ Kembali
82 DILY Bab 82 ~ Bersiap Pulang
83 DILY Bab 83 ~ Kenzi Alvarendra
84 DILY Bab 84 ~ Ayah Biologis
85 DILY Bab 85 ~ Jangan Gegabah
86 DILY Bab 86 ~ Gavril Anggara Dawson
87 DILY Bab 87 ~ Jauh Lebih Cantik
88 DILY Bab 88 ~ Naik 7 Kilo
89 DILY Bab 89 ~ Apa Aku Salah
90 DILY Bab 90 ~ Hanya Ingin Sendiri
91 DILY Bab 91 ~ Mau Peluk
92 DILY Bab 92 ~ Nikahi Saja
93 DILY Bab 93 ~ Wanita Serakah
94 DILY Bab 94
95 DILY Bab 95
96 DILY Bab 96 ~ Skandal
97 DILY Bab 97
98 DILY Bab 98
99 DILY Bab 99
100 DILY Bab 100
101 DILY Bab 101 ~ Putri Pengusaha
102 DILY Bab 102
103 DILY Bab 103
104 DILY Bab 104 ~ Boneka Beruang
105 DILY Bab 105 ~ Panggil Mami
106 DILY Bab 106 ~ Bertemu Mami
107 DILY Bab 107 ~ Ibu Dan Anak
108 DILY Bab 108 ~ Air Mata Seorang Ibu
109 DILY Bab 109 ~ Kelamaan Mikir
110 DILY Bab 110 ~ Jaga Dia Baik-baik
111 DILY Bab 111 ~ Tunggu Daddy Pulang
112 DILY Bab 112 ~ Cium Boleh
113 DILY Bab 113 ~ Temani Daddy Lembur
114 DILY Bab 114 ~ Melupakan Pesan
115 DILY Bab 115 ~ Ingin Bertemu Dengannya
116 DILY Bab 116 ~ Curang
117 DILY Bab 117 ~ Kabarnya Sekarang
118 DILY Bab 118 ~ Buat Kesalahan
119 DILY Bab 119 ~ Bukan Ikut Kita Berdua
120 DILY Bab 120
121 DILY Bab 121
122 DILY Bab 122
123 DILY Bab 123
124 DILY Bab 124
125 DILY Bab 125
126 DILY Bab 126
127 DILY Bab 127
128 DILY Bab 128
Episodes

Updated 128 Episodes

1
DILY Bab 1 ~ Cemburu
2
DILY Bab 2 ~ Masalah Di Kampus
3
DILY Bab 3 ~ Seperti Apa Rasanya
4
DILY Bab 4 ~ Sekalian Ajah Nyebur
5
DILY Bab 5 ~ Istimewa Dan Romantis
6
DILY Bab 6 ~ Siap Sayang
7
DILY Bab 7 ~ Berebutan Perhatian
8
DILY Bab 8 ~ Mencoba Mengalah
9
DILY Bab 9 ~ Berbicara Serius
10
DILY Bab 10 ~ Mendapat Hukuman
11
DILY Bab 11 ~ Rasa Yang Berbeda
12
DILY Bab 12 ~ Tidak Ingin Egois
13
DILY Bab 13 ~ Tidak Ada Yang Berubah
14
DILY Bab 14 ~ Kedatangan Eyang
15
DILY Bab 15 ~ Permintaan Eyang
16
DILY Bab 16 ~ Membuat Kesepakatan
17
DILY Bab 17 ~ Demi Daddy
18
DILY Bab 18 ~ Rumah Eyang
19
DILY Bab 19 ~ Mendapat Hukuman
20
DILY Bab 20 ~ Pertemuan Dengan Keluarga Maira
21
DILY Bab 21 ~ Rumah Sakit
22
DILY Bab 22 ~ Begitu Memperhatikan
23
DILY Bab 23 ~ Lamaran di Tunda
24
DILY Bab 24 ~ Penjelesan Nyonya besar Bachtiar
25
DILY Bab 25 ~ Maira Datang Ke Kantor
26
DILY Bab 26 ~ Kenakalan Ayana
27
DILY Bab 27 ~ Membuat Rencana
28
DILY Bab 28 ~ Marahanya Jangan Lama-lama
29
DILY Bab 29 ~ Cemburu
30
DILY Bab 30 ~ Marah Tak Beralasan
31
DILY Bab 31 ~ Salah Paham
32
DILY Bab 32 ~ Bertengkar
33
DILY Bab 33 ~ Mengalah
34
DILY Bab 34 ~ Tidak Nyaman
35
DILY Bab 35 ~ Kebenaran
36
DILY Bab 36 ~ Nyaris Kecoplosan
37
DILY Bab 37 ~ Pasti Kembali
38
DILY Bab 38 ~ Posesif
39
DILY Bab 39 ~ Siapa Namamu?
40
DILY Bab 40 ~ Hampir Saja
41
DILY Bab 41 ~ Flashback
42
DILY Bab 42 ~ Flashback
43
DILY Bab 43 ~ Rasa Sakit
44
DILY Bab 44 ~ Terungkap
45
DILY Bab 45 ~ Terlalu Berlebihan
46
DILY Bab 46 ~ Merindukan Mu
47
DILY Bab 47 ~ Melepas Rindu
48
DILY Bab 48 ~ Bidadari Ku
49
DILY Bab 49 ~ Menyelidiki
50
DILY Bab 50 ~ Shopping
51
DILY Bab 51 ~ Sampai Kapan
52
DILY Bab 52 ~ Sudah Pernah
53
DILY Bab 53 ~ SURPRISE
54
DILY Bab 54 ~ Happy Birthday
55
DILY Bab 55 ~ Will You
56
DILY Bab 56 ~ Bukan Candaan?
57
DILY Bab 57 ~ Terima Atau Tidak
58
DILY Bab 58 ~ Jangan Pernah Di Lepas
59
DILY Bab 59 ~ Kaget
60
DILY Bab 60 ~ Jangan Bangun
61
DILY Bab 61 ~ Masalah
62
DILY Bab 62 ~ Milik Ku
63
DILY Bab 63 ~ Siapa Yang Hamil?
64
DILY Bab 64 ~ Hukuman
65
DILY Bab 65 ~ Keluar Kota
66
DILY Bab 66 ~ Apartement
67
DILY Bab 67 ~ Cemburu
68
DILY Bab 68 ~ Makan Malam
69
DILY Bab 69 ~ Pesan Singkat
70
DILY Bab 70 ~ Bukankah
71
DILY Bab 71 ~ Panggilan Sayang
72
DILY Bab 72 ~ Melihat Pertunjukkan
73
DILY Bab 73 ~ Sedikit Sibuk
74
DILY Bab 74 ~ Bibi Cantik
75
DILY Bab 75 ~ Mabuk
76
DILY Bab 76 ~ Singanya Marah
77
DILY Bab 77 ~ Boleh
78
DILY Bab 78 ~ Kalung Itu?
79
DILY Bab 79 ~ Manja Sekali
80
DILY Bab 80 ~ Besok Pulang
81
DILY Bab 81 ~ Kembali
82
DILY Bab 82 ~ Bersiap Pulang
83
DILY Bab 83 ~ Kenzi Alvarendra
84
DILY Bab 84 ~ Ayah Biologis
85
DILY Bab 85 ~ Jangan Gegabah
86
DILY Bab 86 ~ Gavril Anggara Dawson
87
DILY Bab 87 ~ Jauh Lebih Cantik
88
DILY Bab 88 ~ Naik 7 Kilo
89
DILY Bab 89 ~ Apa Aku Salah
90
DILY Bab 90 ~ Hanya Ingin Sendiri
91
DILY Bab 91 ~ Mau Peluk
92
DILY Bab 92 ~ Nikahi Saja
93
DILY Bab 93 ~ Wanita Serakah
94
DILY Bab 94
95
DILY Bab 95
96
DILY Bab 96 ~ Skandal
97
DILY Bab 97
98
DILY Bab 98
99
DILY Bab 99
100
DILY Bab 100
101
DILY Bab 101 ~ Putri Pengusaha
102
DILY Bab 102
103
DILY Bab 103
104
DILY Bab 104 ~ Boneka Beruang
105
DILY Bab 105 ~ Panggil Mami
106
DILY Bab 106 ~ Bertemu Mami
107
DILY Bab 107 ~ Ibu Dan Anak
108
DILY Bab 108 ~ Air Mata Seorang Ibu
109
DILY Bab 109 ~ Kelamaan Mikir
110
DILY Bab 110 ~ Jaga Dia Baik-baik
111
DILY Bab 111 ~ Tunggu Daddy Pulang
112
DILY Bab 112 ~ Cium Boleh
113
DILY Bab 113 ~ Temani Daddy Lembur
114
DILY Bab 114 ~ Melupakan Pesan
115
DILY Bab 115 ~ Ingin Bertemu Dengannya
116
DILY Bab 116 ~ Curang
117
DILY Bab 117 ~ Kabarnya Sekarang
118
DILY Bab 118 ~ Buat Kesalahan
119
DILY Bab 119 ~ Bukan Ikut Kita Berdua
120
DILY Bab 120
121
DILY Bab 121
122
DILY Bab 122
123
DILY Bab 123
124
DILY Bab 124
125
DILY Bab 125
126
DILY Bab 126
127
DILY Bab 127
128
DILY Bab 128

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!