...Karena ku selow, sungguh selow, sangat selow....
...Santai, santai, jodoh gak akan kemana'...
...-Selow, Dhyo Haw-...
"Btw, bouqet ini di pilih dan di beli langsung sama Abi. Tanpa lo tahu, Abi ngeliat lo nonjok kita bertiga di apartment tadi" ucap Panji.
Cinta menatap Panji "Oh ya?!" lalu menatap Abi yang sedang duduk dekat Wira.
"Iya, tapi si Abi tau banget sih kalo coklat bisa nurunin emosi lo" sahut Wira.
"Bukannya gimana sih, masalahnya gue juga gitu kalo lagi badmood. Coklat pilihan utama gue, dari pada nikotin" jawab Abi.
"Bener tuh Bi! Gue setuju sama lo!" sorak Aw sambil melirik sedikit ke Wira.
"Pesen makan yuk" ajak ABC.
"Ayo, laper nih aku. Eh kita berempat deng" sahut Panji.
"Oke, nasi bakar Pak Mamat ya" ucap ABC sambil menatap layar ponselnya.
"Sedap! Boleh Bec".
"Gue porsi double ya" ucap Cinta.
"Gak takut gendut lo?" tanya Aw.
"Gue harus isi tenaga, besok jadwal gue di Hematology".
"Makanya kamu malam ini tidur di sini? Biasanya kan jadwal kita malam besok" tanya Shila.
Cinta mengangguk "Eh Bec, Mocca Float juga dong. Gue perlu semangat nih".
"Perlu semangat tuh dari do'i Cin, bukan dari Mocca Float" sahut Panji.
"Gue sih perlunya cuma Mocca Float. Itu aja udah cukup".
"Ngedit video prewedding orang terus. Ngedit video prewedding sendiri kapan?" sindir Wira.
"Kapan-kapan hatiku senang" sahut Cinta dengan cuek.
"Mau nabung sebanyak apa sih Cin? Kerja di Laboratorium, cuan lo kurang? Perasaan gajinya kan gede" tanya Husein.
"Gue pengen nabung sebanyak mungkin, kalo bisa beli rumah sendiri. Sampe gue bisa traveling keliling luar negeri".
"Mimpi lo kejauhan" ejek Aw.
"Dih, seterah gue. Gak apa-apa mimpi kejauhan, siapa tahu bisa jadi kenyataan" bela Cinta.
"Aminnnn… Sekalian aku doa'in, semoga kamu dapat suami yang kerja kerasnya menghasilkan banyak uang".
"Aminnn… Shilla emang ngerti gue banget" jawab Cinta sambil tersenyum.
Mereka semua tertawa bersama dan saling berbagi cerita, tentang apapun. Malam ini Abi merasakan penasaran tentang seorang Cinta. Namun, ia enyahkan semua itu.
...🍃...
"Pagi Kak Cinta" sapa Ismail sambil membuang Handscoon di bak sampah khusus infeksius.
"Pagi mail, gimana? Banyak gak sampel hari ini?" tanya Cinta sambil mengambil Jas Lab di lemari khusus petugas.
"Mantul banget Kak, tau sendiri kan pemeriksaan Hematology gak pernah sepi".
Cinta mengangguk "Siapa Fatner gue hari ini?" tanyanya.
"Kak Hadi. Oh iya Kak, sebelum Kak Cinta datang tadi Dokter Fajar mampir ke sini" ucapnya.
"Oh ya? Terus ".
"Dia ngasih 2 kotak kue, orang-orang lab pada ribut. Pas di tanyain sama Mas Alif untuk siapa. Dia jawab 1 kotak untuk para petugas lab dan 1 kotak lagi untuk Kak Cinta" jawabnya sambil memberikan 1 kotak kue dengan brand kue terkenal.
Cinta menghembuskan nafasnya sebentar "Buat lo aja il".
"Eh jangan Kak, kue ini buat Kak Cinta kok" tolaknya.
"Ini selai strawberry semua kan?" tunjuk Cinta ke kotak kue tersebut. Ismail mengangguk.
"Gue alergi Strawberry Btw, udah buat lo aja" bisiknya.
"Serius Kak Cin? Tapi kan ini enak banget, terus… mahal lagi".
"Serius, gue itu alergi sama Strawberry. Kalau gak percaya tanya aja sama Ajeng, tapi diam-diam aja ya" pintanya.
"Ya udah deh, makasih ya Kak. Tapi gimana gue bawa pulang? Nanti di lihat sama yang lain".
Cinta mengambil paper bag di dalam lokernya "Nih, masukin ke sini aja".
Ismailpun memasukkan kotak kue tersebut ke dalam paper bag.
"Sip, aman Kak".
"Ya udah, pulang gih. Istirahat".
"Siap, semangat ya Kak Cin" ucapnya dan di balasi anggukan oleh Cinta.
Cinta memasuki laboratorium "Gimana hari ini? Lo yang ngetik atau gue?" tanya Cinta.
Hadi menoleh "Gantian gimana? 5 sampel gue terus 5 sampel elo dan seterusnya. Biar adil gitu".
"Boleh…Boleh… Alat aman kan? Atau belum di kalibrasi?".
"Aman… Tau sendirilah kalo Mail yang dinas malam gimana".
"Oke deh, gue duluan ya" ucap Cinta.
"Oke".
Cinta mengambil sepasang handscoon berwarna Hitam dari saku jas labnya. Lalu memasang masker karet di kedua telinganya.
Di dalam rak sampel sudah ada 20 tabung yang sudah ready Untuk di periksa. Cinta mengambil 5 sampel tabung tersebut dan mencocokan 5 blanko yang berada di samping rak sampel.
Karena sudah memenuhi kriteria, Cintapun membawa kelima sampel tersebut ke alat pemeriksaan darah.
Suasana di laboratorium pada pagi hari memang cukup lengang. Karena fokus dengan tugas masing-masing.
"Kak Cin" panggil Lolly.
Cinta menoleh ke belakang "Kenapa?" suaranya sedikit kurang jelas, karena terhalang masker.
"Bisa minta tolong sebentar? Di depan ada pasien, minta cek Darah Lengkap. Tapi maunya di sampling sama yang senior".
"Lo sama siapa di ruang sampling? " tanya Cinta.
"Sama Nindy, Ibu Cut lagi izin hari ini".
"Oh ya udah gue yang keluar. Lo gantiin kerjaan gue bentar ya".
Lolly mengangguk "Maaf ya Kak, jadi ngerepotin" ucapnya sedikit tidak enak.
Cinta melepas Handscoonya dan maskernya lalu mencuci tangan di wastafel.
"Gak apa-apa Lol, namanya juga pasien. Kadang ingin pelayanan yang bisa membuat mereka nyaman".
"Kak Cinta juga kan? Lama milih sendiri, biar bisa mendapatkan seseorang yang bisa membuat nyaman?" goda Lolly.
Cinta terkekeh "Lo tuh bisa aja ya Lollypop" ejeknya lalu berjalan keluar dari Laboratorium dan menuju ke ruang sampling yang berada di lantai 1.
Cinta memasuki ruang sampling, di dalam sana ia bisa melihat Nindy yang sedang mengambil sampel darah seorang pasien. Lalu Cinta melihat ada 2 orang pasien berbeda umur, namun ia yakin kalau 2 pasien itu sepasang Ibu dan Anak.
Cinta beralih ke wastafel sebentar untuk mencuci tangan, lalu mengambil Handscoone di saku jas labnya.
Ia ambil blanko yang tergeletak di atas meja, lalu ia duduk di dekat pasien yang menurutnya masih berusia 45 tahun. Namun wanita itu masih terlihat cantik meski bibirnya terlihat pucat.
"Selamat pagi, dengan Ibu Indy Saswita?" tanya Cinta dengan senyum ramahnya.
Wanita itu tersenyum "Iya Mbak".
"Saya Cinta, selaku petugas untuk menyampling Ibu. Sebelumnya saya cross check data Ibu dulu ya. Umur Ibu 45 tahun, Tempat tanggal lahir 25 July 1975. Alamat Rumah di perumahan Mangga 1 Nomor 17 Rt 06".
"Iya bener Mbak".
"Baik untuk pemeriksaan Darah Lengkap ya Bu".
"Iya Mbak".
Cinta tersenyum, lalu ia melakukan Pra Analitik. Seperti mengambil holder, jarum vacum, kapas steril, hansaplast bulat, alkohol swab, tourniquet, tabung EDTA yang sudah di beri label nama pasien.
Cinta menaruh tourniquet di atas 3 jari dari lipatan siku, lalu ia tarik tourniquet tersebut sampai cukup kencang. Gunanya untuk memudahkan mencari vena.
"Tangannya di kepal sebentar ya Bu" ucapnya.
Cinta meraba sebentar di area sekitar lipatan siku tersebut. Setelah di dapat dan merasa yakin, ia usap alkohol swab dengan membentuk pola memutar.
Di keringkannya sebentar, lalu ia buka tutup jarum vakum yang sudah di masukkan ke dalam holder. Cinta dekatkan jarum tersebut kepada vena yang di pilihnya tadi.
"Tarik nafas pelan dan rileks Bu" titahnya, lalu ia tusuk permukaan kulit tersebut.
Darah sudah terlihat di sekat antara jarum dan holder, dengan sigap Cinta mengambil tabung EDTA dan di masukkan ke bawah holder. Secara otomatis, darah masuk ke dalam tabung tersebut.
Setelah melakukan rangkaian SOP Flebotomi, Cinta menatap Indy yang masih sedikit gugup.
"Ibu ada ketakutan sama jarum suntik?" tanyanya.
"Iya, makanya tadi saya bilang sama petugasnya minta yang senior untuk ambil darah. Tadi juga saya gak mau sebenarnya ke rumah sakit Mbak. Tapi di paksa sama anak saya" keluhnya.
"Bun, kan demi kesehatan Bunda juga" jawab sang anak dengan nada lembutnya.
"Makanya cepat kasih Bunda mantu, biar Bunda gak kepikiran kamu terus".
Cinta tersenyum, lalu ia menoleh ke anak Ibu tersebut yang sedari tadi duduk.
Mereka saling pandang "Halo Cinta" sapanya.
Cinta menyipitkan kedua matanya "Lo… Abi?" tanyanya sedikit ragu.
"Gue kira lo lupa. Iya, tadi gue mau nyapa lo. Tapi lo lagi serius banget tadi".
Cinta mengangguk dan sedikit tersenyum "Sorry, gue gak lihat".
"Kalian saling kenal?" tanya Indy dengan pandangan heran.
"Sahabatnya cs Abi, Bun. Ayo kita keluar, kasihan Cinta mau kerja" Abi berdiri dari tempat duduknya, lalu meraih tangan Indy.
"Oh begitu… Ya udah, makasih ya Mbak Cinta atas pelayanannya" ucap Indy.
Cinta ikut berdiri "Sama-sama Ibu, itu sudah menjadi tugas kami. Mohon di tunggu hasilnya ya" Cinta menatap jam di dinding.
"20 menit dari sekarang" sambungnya.
"Baik, permisi" sahut Indy.
Cinta langsung melepas kedua handscoonnya ke bak sampah khusus, lalu mencuci kedua tangannya.
"Cakep banget ya Kak" celetuk Nindy.
"Siapa?" tanya Cinta lalu menoleh.
"Anak Ibu tadi, sayang orangtua banget".
Cinta menggelengkan kepalanya "Lo tuh ya, gue balik dulu".
"Iya, terimakasih Kakak Cinta" sahutnya dengan nada riang.
...🍃...
Saat istirahat tiba, Cinta berjalan menuju lokernya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, dengan cepat ia rogoh di saku baju dinasnya untuk mengambil ponsel.
"Assalamualaikum Hus".
"Wa'alaikumsalam, lo di mana? Kok di masjid gue gak liat lo?".
"Lagi datang bulan, kenapa?" .
"Pantes, lunch yuk kantin".
"Di sogok Fajar lo?" tanyanya sambil melihat keadaan sekitar, takut ada yang menguping pembicaraannya.
"Hehehe, gak di sogok. Cuma dia bujukin gue, buat ngajak lo" kekeh Husein.
"Males ah, lo tau sendirikan Hus?".
"Gak mau di coba dulu? Hitung-hitung pengalaman buat lo" ucap sang sahabat.
Cinta bersender di depan lokernya "Belum apa-apa dia udah bikin gue hilang mood, Hus. Lagian gue masih kecil kali, belum boleh pacaran".
"Hahahaha… Kecil dari mana? Umur udah 23 tahun gitu? Ya udah, gimana kalo gue titipin soto ayam lewat Mas Arif?".
Cinta tersenyum "Pengertian banget sohib gue. Jangan lupa sama minumnya hehehe".
"Iya…Iya… Ya udah gue tutup dulu. Assalamualaikum".
"Wa'alaikumsalam".
"Cin!" teriakan Ajeng membuat Cinta menoleh.
"Kantin Yuk!" ajaknya dan menghampiri Cinta bersama Dika.
"Gue udah mesen tadi, biasa… lagi datang bulan. Mager jalan-jalan jauh" alibinya.
"Yah… ya udin, gue sama Dika makan dulu ya. Bye!".
Cinta melambaikan tangan kepada kedua sahabatnya, lalu ia berjalan menuju meja Receptionis untuk menunggu Mas Arif membawakan pesanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments