...'Ingin ku tunjukkan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa' ...
...-Kecewa, Bunga Citra Lestari-...
Cinta masuk ke dalam apartment Shila, ia sedikit heran. Di depannya kini ada 2 perempuan yang berusaha menenangkan 1 orang perempuan yang sedang menangis.
"Kenapa nih?" tanya Cinta.
ABC, ia Ariella Bella Camella. Cinta dan para sahabatnya menyingkat menjadi ABC.
ABC menoleh sebentar ke Cinta, lalu ia menoleh ke Aw. Mereka saling pandang dengan raut wajah sedikit takut.
Cinta menarik nafasnya perlahan "Gue tanya, Shila kenapa? Jangan pura-pura budek deh".
ABC dan Aw tidak menjawab, namun Aw segera berdiri dan mengambil sebuah amplop. Ia serahkan kepada Cinta, Cinta mengernyit bingung.
Ia buka surat tersebut. Pertama, ia melihat ada logo tempat di mana ia berkerja. Kedua, ia bisa melihat parafnya sendiri sebagai pemeriksa. Ketiga, ia melihat hasil pemeriksaan "Positive hamil". Dengan cepat ia melihat nama pasien 'Shila Anastasia'.
"****!!" makinya, yang ia duga 25 menit lalu ternyata benar.
Ia segera menatap ketiga sahabatnya "Shil" panggilnya.
Shila mengusap air matanya, lalu menatap Cinta.
"Kali ini apa lagi? Minggu kemarin Aw curhat karena lagi break sama Wira. Lusa kemarin ABC putus sama Panji. Sekarang lo, lo kenapa nangis? Ini hasil dari perbuatan Husein kan?".
Shila tidak menjawab, ia malah menangis.
Cinta menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia berdiri "Lo berdua jagain dia, kasih makan sambil di hibur. Gue pergi sebentar" titahnya.
Ketiga perempuan tersebut tidak bisa mencegah Cinta untuk tidak pergi. Kalau urusan hal ini, Cinta tidak ingin ada yang mencegahnya.
...🍃...
TOK TOK TOK! !!
"Pan, buka sana pintunya" suruh Wira.
Panji berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu.
"Bentar" cegah Husein, Panji menoleh ke belakang.
"Firasat gue gak enak, gue sembunyi bentar. Jangan ada yang kasih tahu keberadaan gue" pesannya sambil masuk ke dalam kamar dan sembunyi di dalam lemari pakaian.
Panji mulai membuka pintu, ia bisa melihat ada sahabatnya dari kecil, Cinta. Cinta masuk ke dalam apartment Husein, di pandanginya sekitar apartment itu.
"Mana orang yang tinggal di apartment ini?" tanyanya dengan santai.
Wira melirik ke arah Panji, Panjipun melirik ke arahnya juga.
"Gue tanya, di mana Husein?".
"Belum pulang Cin, sini duduk dulu" sahut Wira sesantai mungkin.
Cinta berusaha sabar "Sekali lagi, di mana Husein Al-Hamsyah?".
"Lah, kan udah di jawab si Wira. Husein belum pulang Cinta" Panji ikut berbohong.
Cinta mengangguk, ia mencoba berjalan menuju kamar Husein.
CKLEK.
Pintu itu terkunci dari dalam. Habis sudah kesabaran Cinta, ia mundur beberapa langkah dan langsung mencoba mendobrak pintu kamar Husein.
"Cin, udah. Tunggu aja si Husein, dia sibuk katanya" ucap Wira mendekati Cinta.
"Lo berdua mundur… mundur gue bilang!!!" titah Cinta dengan tegas.
Dua lelaki itu memilih mengalah dan melihat reaksi Husein saat tertangkap nanti.
BRAK!
Pintu kamar itu terbuka, dengan cepat Cinta masuk ke dalam kamar sahabat kecilnya itu. Cuma 1 tujuan, yang masih tersimpan di dalam otak Cinta. Ia mendekati sebuah lemari yang berukuran cukup besar. Dengan cepat ia buka pintu lemari tersebut.
GOTCHA!
Cinta bisa melihat ada seorang laki-laki sedang menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Keluar sendiri sekarang juga, atau mau gue seret?" tanya Cinta dengan nada datar.
Husein menurunkan kedua tangannya, ia menatap Cinta sedikit takut. Demi keselamatannya di detik ini, ia memilih keluar sendiri.
Cinta dan Husein keluar dari kamar, kini suasana menjadi hening. Sampai mereka melupakan seseorang yang baru saja keluar dari toilet. Ia juga memilih tidak bersuara karena penasaran dengan apa yang terjadi.
"Lo tahu kesalahan lo apa? " tanya Cinta sambil bersedekap dengan kedua tangannya.
Husein mengangguk "Gu… Gue udah gituan sama Shilla".
"Terus hubungan lo sama dia sekarang gimana?".
"Belakangan in… ini hubungan kita gak baik. Kita sering berantem gak jelas".
Cinta mengangguk "Lo… udah rebut hak lo sebelum waktunya. Lo tahu gimana keadaan Shilla sekarang?".
Husein langsung menggelengkan kepalanya dengan pandangan masih ke bawah.
"Shilla positive hamil Hus" ucapnya pelan, namun mampu membuat ketiga lelaki di depannya ini langsung menatap Cinta.
"Ap… Apa? Hamil? Gak… Cin, gue cum… cuma sekali doang. Jangan ngaco" Husein tertawa namun dalam hatinya tidak karuan.
"Siapa bilang kalau sekali itu menjamin Shilla gak hamil? Bisa aja waktu kalian perang, si Shilla lagi masa subur. Dan… gue gak bohong, gue yang meriksa sendiri" jawab Cinta.
Husein terdiam, pikirannya sudah tidak karuan.
"Terus selanjutnya apa Hus?" tanya Cinta.
"Gue… Gue belum siap Cin" lirihnya.
"Apa?" tanya Cinta pura-pura tidak mendengar.
"Gue belum siap" jawab Husein.
"Belum siap?" tanya Cinta kembali. Di tatap sahabatnya dari zaman SD tersebut lalu…
BUGH!!
Husein langsung termundur dan menahan perutnya.
"Cin" tegur Panji.
"Apa? Apa hah?!! Lo berdua mau bela dia? Iya?!" tanya Cinta sambil teriak, untung saja apartment Husein kedap suara.
Cinta menatap Husein "Lo bilang belum siap Hus? Haha, Belum siap buat tanggung jawab tapi udah ambil hak duluan? Bagus… bagus… Berguru sama siapa lo?".
"Cin, lo nggak ngerti… ".
"Apa yang gak gue ngerti?! Jelasin, apa?! Lo bertiga sahabat gue dari kecil, kita udah lama sama-sama terus. Tapi kenapa semakin dewasa kalian jadi cowok brengsek?! Lo bertiga mau tahu satu alasan, kenapa sampai sekarang gue gak mau pacaran? Gue takut.… Gue takut dapat pacar yang sifatnya kayak lo bertiga!" Cinta memejamkan kedua matanya sebentar, lalu kembali menatap para ketiga sahabatnya itu.
"Lo bertiga gak tahu kan, apa yang menjadi ketakutan terbesar gue? Padahal di satu sisi, gue mau ngerasain yang namanya pacaran. Tapi… gue harus mikir-mikir lagi. Sekarang, gue gak punya banyak waktu untuk gonta-ganti pasangan, gak ada waktu ngurusin hubungan putus nyambung gak jelas".
"Pan gue tahu, lo sayang banget sama ABC. ABC juga sayang sama lo Pan. Apa gak bisa kalian berdua selesaiin baik-baik masalahnya? Kalian nyadar gak sih? Kalo masalah yang kalian ributin itu hanya masalah sepele. Yang di selesaikan itu masalahnya, bukan hubungan kalian".
Panji terdiam, ia tersadar akan kesalahannya terhadap ABC.
"Lo Wir, lo itu udah mau tunangan sama Aw. Aw banting tulang buat nabung untuk masa depan kalian berdua. Harusnya ini gak gue kasih tahu sama lo. Tapi demi Aw…Aw beli tanah buat rumah kalian. Lo mau tahu berapa harganya? 350 juta, dapat dari mana uangnya? Bertahun-tahun dia kerja siang sampe malam demi beli tanah itu. Harusnya lo malu sebagai cowok Wir".
"Dan lo Hus, gue tau… impian lo masih ada 1 lagi. Yaitu lo pengen kuliah lagi dan ngambil S2 di luar negeri. Lo gak mau ngertiin perasaan Shilla yang hancur begitu aja? Lo gak mau jadi cowok yang bertanggung jawab? Hus… Cukup… Cukup gue… Jangan sampe Shilla dan anak kalian ngerasain apa yang…"
Cinta menundukkan wajahnya, lagi-lagi kilasan waktu dirinya semasa kecil. Cukup, ia tidak ingin mengingat masa lalunya. Susah payah selama ini Cinta bangkit dari keterpurukannya dan berdiri sendiri untuk meneruskan jalan kehidupannya.
Ketiga cowok itu terdiam dan merenung, mereka tidak menyangka jika selama 23 tahun bersahabat dengan Cinta. Cinta mempunyai suatu ketakutan untuk menjalin sebuah hubungan.
"Cin… Kita bertiga minta maaf ya" ucap Panji.
Cinta tidak menjawab, ia memilih memberi beberapa pukulan kepada ketiga sahabatnya itu. Tiga lelaki itu tidak melawan, bagi mereka, mereka pantas mendapat pukulan dari Cinta.
"Malam ini, gue tunggu lo semua datang ke Apartment Shilla. Kalo lo semua masih mau hidup aman, terutama buat lo Hus" ucap Cinta lalu meninggalkan mereka bertiga.
Pintu Apartment tertutup, tiga lelaki tersebut langsung duduk di sofa. Sedangkan seorang lelaki yang sedari tadi menjadi penonton, kini keluar dari persembunyiannya.
"Siapa dia?" tanyanya menghampiri para sahabatnya yang duduk di sofa.
Wira menoleh sebentar "Cinta" sahutnya.
"Pemegang sabuk hitam di SMA dulu" sambung Panji.
"Pantes, lo semua gak ngelawan" Abimanyu atau Abi menatap Husein yang sedari tadi memejamkan kedua matanya.
"Jadi, gimana Hus? Lo masih tetap sama ambisi lo?".
Husein membuka kedua matanya lalu menatap ketiga sahabatnya "Gue juga gak bisa hidup tanpa Shilla. Gue yang salah, harusnya gue ada di samping dia sekarang" tatapannya berubah menjadi sendu dan penuh penyesalan.
"Lagian kok bisa lo kebobolan Hus? Gimana ceritanya?" tanya Wira penasaran.
"Bisalah, gue lepas kendali. Gue kirain sekali main, Shilla gak akan kenapa-kenapa".
"Sohib gue beloon banget sih, padahal Dokter" omel Panji.
"Tapi… kalian berdua masih aman aja tuh. Bahkan kalian sering kan?" tanya Husein penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments