Part 4 : Keterlaluan

...Ditunggu komen-komennya....

...***...

Dengan pencahayaan yang temaram di dalam mobil, aku bisa melihat sudut bibir pria itu yang tersungging.

Aku menyalakan senter yang ada di ponsel untuk membunuh rasa penasaranku. Pria itu menyipitkan mata, saat senter dari ponselku menyorot wajahnya.

"Pak Erwin?"

"Kok, bapak ada di mana-mana sih?"

Pria tampan itu malah tertawa.

"Setelah jadi penjaga kasir, bapak kerja juga jadi sopir online?"

Pak Erwin mulai menarik pedal gas mobilnya. "Saya juga punya pekerjaan sampingan, menjaga bidadari pujaan hati."

Wajahku langsung bersemu merah. Bersama desir-desir aneh di dalam dada.

Dalam keheningan. Aku diam-diam melirik wajah tenangnya yang menyetir mobil. Sesekali wajahnya tersorot cahaya lampu dari luar, kemudian kembali gelap, remang-remang.

Aku mengalihkan pandangan ke luar kaca jendela. Tidak ingin semakin terpesona dengan pria tampan penuh kejutan itu.

"Udah puas menganggumi wajah saya?" tanyanya dengan suara berat.

Aku terperangah. Bagaimana dia bisa tahu aku diam-diam meliriknya?

"Lanjutin aja, dipuas-puaskan ngelirik saya. Biar nanti bisa tidur nyenyak." Pak Erwin menoleh ke arahku sambil mengulum senyum.

"Ge-er banget sih?!" Aku mendengkus, sambil menahan senyum.

Pak Erwin terdiam. Kembali menatap lurus ke depan dengan wajah tenang.

"Kenapa wajah dan lenganmu lebam-lebam?" tanyanya dengan suara berat. Khas orang berwibawa.

Aku terdiam sambil merapatkan bibir.

"Jujur saja."

"Nggak pa-pa, Pak." Aku menunduk.

Pak Erwin menghela napas kasar.

"Kenapa bapak peduli sama saya?" tanyaku penasaran.

Pria itu terdiam cukup lama, sebelum akhirnya memberi jawaban. "Karena kamu lucu."

"Lucu?"

"Iya, suka godain saya."

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Apa hubungannya?"

Pak Erwin tertawa.

"Terus kok bapak bisa jadi penjaga kasir? Lalu, tiba-tiba sekarang jadi sopir taksi online? Gimana ceritanya?"

Pria itu masih tertawa. "Saya ingin tahu lebih banyak tentangmu."

"Kenapa bapak nglakuin itu?"

"Penasaran aja."

Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Owh iya, sebenarnya aku kecewa karena kamu sudah punya pacar."

Mataku membulat. Tunggu, apa maksud dari ucapan itu? Tolong bagi yang paham jelasin dong?

"Tapi nggak jadi sih, kelihatannya pacarmu tidak sayang kepadamu."

Hadeuh!

Srrttttt....

Pak Erwin mengerem mobilnya secara tiba-tiba. Di pinggir taman.

Wajahku kembali merona. "Bapak mau ngajak saya pacaran di taman?"

Pak Erwin mengulum senyum, sambil menoleh ke arahku. "Lihat, siapa yang pacaran di sana?"

Aku menatap ke arah yang ditunjuk Pak Erwin dengan dagunya. Kedua tanganku terkepal, mendapati Kevin dan Nesa sedang berduaan di kursi kayu panjang yang bersebrangan dengan jalan raya.

Kevin merangkul Nesa dengan wajah semringah. Sesekali terbahak karena menceritakan sesuatu. Dari sorot lampu taman, bisa kulihat binar-binar bahagia Nesa saat berduaan dengan Kevin.

Aku menyalakan ponsel kemudian mengirim pesan kepada Kevin.

Me : Kevin, kamu dimana?

Terlihat dari sini, Kevin membuka ponselnya. Melepaskan rangkulannya pada bahu Nesa untuk membuka pesan dariku.

Ting!

Beberapa detik kemudian, notifikasi pesan balasan dari Kevin muncul.

Kevin : Lagi nganterin Nesa, baru nyampai

Aku menggeram saat membaca pesan tersebut. Ingin turun dari mobil untuk memberi pelajaran pada cowok tersebut. Namun, pak Erwin dengan sigap mencekal lenganku.

"Mau kemana?"

"Aku harus ke sana!"

Pak Erwin masih menahanku. "Tidak usah membuang-buang waktumu untuk cowok seperti dia."

Huh! Aku menghela napas kasar. Kemudian kembali menghempaskan tubuh ke kursi mobil empuk ini.

Kuputuskan untuk mengirimkan pesan balasan kepada Kevin.

Me : Kamu nggak mampir dulu buat pacaran kan?

Ting!

Kevin : Ya ampun Zahra cemburuan banget sih, kita kan cuma temen. Masak pacaran sih?

Me : Kenapa nggak pacaran sekalian? Aku marah kalau kamu sama Nesa nggak pacaran.

Me : Udah dikasih kesempatan pacaran malah nggak pacaran. Yaudah kita putus aja!

Aku langsung menjatuhkan ponselku ke dashboard. Dengan wajah kesal.

Ponsel itu terus berdering beberapa kali, tapi kuabaikan. Memilih melirik ke arah pak Erwin yang menyeringai lebar.

***

"Perempuan murahan, jam segini baru pulang."

Ucap Rustam sambil melirik jam tangan di lengannya. Duduk di kursi ruang tamu dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap di atas meja.

Rustam adalah suami dari kak Sari. Anak pertama paman Aji. Tiga tahun lalu sebelum menikah, dia mengaku sebagai pejabat pemerintah yang berdomisili di Kalimantan.

Aku tidak tahu hal itu benar atau tidak. Nyatanya sudah dua bulan ini ia dan istrinya kembali ke Jakarta dan numpang di rumah ini.

Kenapa dia sampai pindah numpang di sini jika memang benar-benar seorang pejabat pemerintah?

Lalu, apakah jabatannya tidak mampu menolongnya untuk membeli rumah sendiri?

"Eh, tolong beliin aku rokok di warung dong. Rokokku habis nih," titahnya.

"Enak aja nyuruh-nyuruh, emangnya kamu siapa di rumah ini?" sentakku kesal.

"Songong amat bocah, nggak sopan sama yang lebih tua!"

"Kamu sopan nggak nyuruh-nyuruh tuan rumah buat beli rokok?! Udah numpang nggak sadar diri!"

"Zahra!"

Aku langsung menoleh ke arah kak Sari yang muncul dari belakang. "Keterlaluan banget sih kamu."

"Suamimu yang keterlaluan kak." Aku menghela napas kasar.

"Papa!! Papa!!!" Kak Sari mengadu kepada ayahanda tercintanya.

Paman Aji yang sudah mengenakan baju tidur melangkah menghampiri kami. "Ada apa ini ribut-ribut?"

"Keponakanmu nih mulutnya pedes banget, marah-marahin mas Rustam. Padahal mas Rustam ngomongnya baik-baik, dia malah ngegas." Kak Sari menunjukku dengan wajah kesal.

Aku menaikkan sebelah alis saat paman Aji menatap ke arahku. "Kalau iya emang kenapa?"

Paman Aji menggeram. Wajahnya tampak berkilat-kilat.

"Kalau nggak suka sama sikapku, lebih baik kalian semua pergi dari rumah ini!"

Plakkk!!!

Paman Aji menamparku cukup keras. Hingga kepalaku terdorong ke samping.

"Pukul! Pukul aja terus!! Anda pikir  nggak sakit apa dipukul-pukul terus!!!"

"Anak nggak tahu sopan santun!" Paman Aji menggeram. Mendorongku hingga terjatuh ke lantai.

Belum sempat luka tadi sore menghilang, sekarang sudah ditambah lagi.

"Hajar Pa, anak kayak dia perlu dikasih pelajaran."

Aku menyibak rambut yang menutupi seluruh wajah. Hingga bibirku yang tersenyum miris terlihat. "Ayo tampar lagi. Kalau aku mau, sudah aku seret anda ke penjara tua bangka!"

Paman Aji semakin kesetanan memukulku. Rustam memanfaatkan momentum untuk memisah kami berdua.

"Sudah Pa, sudah! Kasihan Zahra!" Rustam mencoba menenangkan mertuanya yang gila.

"Kamu turutin aja kemauanku lah Zahra, biar papa mertua nggak marah-marah. Beliin aku rokok di warung." Rustam menarikku agar kembali berdiri.

"Nggak sudi!" sarkasku sambil menghempaskan tangan Rustam yang menarikku berdiri.

Paman Aji yang masih tersulut emosi menyahut. "Turutin perintah Rustam!" bentaknya dengan dada naik turun. Kak Sari mengelus-elus bahunya dari belakang.

"Aaanjiiiing!!!" umpatku kesal. Kemudian keluar dari rumah. Menuju ke warung terdekat untuk membelikan Rustam rokok.

Sialan memang keluarga itu. Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan mereka.

Tapi bagaimana?

Pada siapa aku harus meminta tolong?

...Hargai penulis dengan follow Instagram nurudin_fereira...

Terpopuler

Comments

Jeng Anna

Jeng Anna

Mengagumi

2022-10-15

0

Kurniasari Kurniasari

Kurniasari Kurniasari

lumayan ini cerita

2022-02-18

0

Dini Junghuni

Dini Junghuni

lanjut

2022-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Bos Somplak
2 Part 2 : Benalu
3 Part 3 : Misterius
4 Part 4 : Keterlaluan
5 Part 5 : Rencana Jahat
6 Part 6 : Kencan Pertama
7 Part 7 : Lomba Selingkuh
8 Part 8 : Rencana Pembunuhan
9 Part 9 : Terjebak
10 Part 10 : Papa Di Mana?
11 Part 11 : Zahra Sekarat
12 Part 12 : Penyelamatan
13 Part 13 : Formulir Pendaftaran Menantu
14 Part 14 : Pernikahan
15 Part 15 : Suprise
16 Part 16 : Rela Jadi Istri Kedua
17 Part 17 : Bagaikan Permaisuri Kerajaan
18 Part 18 : Paman Pelit
19 Part 19 : Makan Besar
20 Part 20 : Dua Istri Liburan Bareng
21 Part 21 : Tertangkap Basah
22 Part 22 : Perjuangkan Viola
23 Part 23 : Perceraian
24 Part 24 : Pernikahan Mantan
25 Part 25 : Merebut Harta
26 Part 26 : Rumah Makan Selingkuh
27 Part 27 : Bangkrut Dunia Akhirat
28 Part 28 : Kedatangan Nissa Sabyan
29 Part 29 : Korban Penculikan
30 Part 30 : Berpisah Dengan Rena
31 Part 31 : Main Gila-Gilaan
32 Part 32 : Ketagihan
33 Part 33 : Rena diculik
34 Part 34 : Nggak Pengen Kayak Mama
35 Part 35 : Nyindir!
36 Part 36 : Menerjang Batas
37 Part 37 : Mata Keranjang
38 Part 38 : Tertangkap
39 Part 39 : Kecupanmu Menenangkan
40 Part 40 : Prestasi Mengerikan Erwin
41 Part 41 : Cinta Erwin
42 Part 42 : Saling Melindungi
43 Part 43 : Adu Cerdik Rustam VS Polisi
44 Part 44 : Rustam si Monster Berbahaya
45 Part 45 : Kena Prank Sahabat Lama
46 Part 46 : Kekonyolan Rena Saat Diculik
47 Part 47 : Zahra Nyidam
48 Part 48 : Terkena Umpan
49 Part 49 : OTW Beijeng
50 Part 50 : Jangan Lupa Kewajiban
51 Part 51 : Malapetaka
52 Part 52 : Penyergapan
53 Part 53 : Zahra Resah
54 Part 54 : Menelan Banyak Korban
55 Part 55 : Rustam dan Caramel
56 Part 56 : Titik Darah Penghabisan
57 Part 57 : Tegar
58 Part 58 : Perempuan Pilihan
59 Part 59 : Rindu
60 Part 60 : Suprise Dadakan
61 Part 61 : Acara Hitam Putih Trans7
62 Part 62 : Kabar Baik dan Kabar Buruk
63 Part 63 : Epilog
64 Ekstra Part
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Part 1 : Bos Somplak
2
Part 2 : Benalu
3
Part 3 : Misterius
4
Part 4 : Keterlaluan
5
Part 5 : Rencana Jahat
6
Part 6 : Kencan Pertama
7
Part 7 : Lomba Selingkuh
8
Part 8 : Rencana Pembunuhan
9
Part 9 : Terjebak
10
Part 10 : Papa Di Mana?
11
Part 11 : Zahra Sekarat
12
Part 12 : Penyelamatan
13
Part 13 : Formulir Pendaftaran Menantu
14
Part 14 : Pernikahan
15
Part 15 : Suprise
16
Part 16 : Rela Jadi Istri Kedua
17
Part 17 : Bagaikan Permaisuri Kerajaan
18
Part 18 : Paman Pelit
19
Part 19 : Makan Besar
20
Part 20 : Dua Istri Liburan Bareng
21
Part 21 : Tertangkap Basah
22
Part 22 : Perjuangkan Viola
23
Part 23 : Perceraian
24
Part 24 : Pernikahan Mantan
25
Part 25 : Merebut Harta
26
Part 26 : Rumah Makan Selingkuh
27
Part 27 : Bangkrut Dunia Akhirat
28
Part 28 : Kedatangan Nissa Sabyan
29
Part 29 : Korban Penculikan
30
Part 30 : Berpisah Dengan Rena
31
Part 31 : Main Gila-Gilaan
32
Part 32 : Ketagihan
33
Part 33 : Rena diculik
34
Part 34 : Nggak Pengen Kayak Mama
35
Part 35 : Nyindir!
36
Part 36 : Menerjang Batas
37
Part 37 : Mata Keranjang
38
Part 38 : Tertangkap
39
Part 39 : Kecupanmu Menenangkan
40
Part 40 : Prestasi Mengerikan Erwin
41
Part 41 : Cinta Erwin
42
Part 42 : Saling Melindungi
43
Part 43 : Adu Cerdik Rustam VS Polisi
44
Part 44 : Rustam si Monster Berbahaya
45
Part 45 : Kena Prank Sahabat Lama
46
Part 46 : Kekonyolan Rena Saat Diculik
47
Part 47 : Zahra Nyidam
48
Part 48 : Terkena Umpan
49
Part 49 : OTW Beijeng
50
Part 50 : Jangan Lupa Kewajiban
51
Part 51 : Malapetaka
52
Part 52 : Penyergapan
53
Part 53 : Zahra Resah
54
Part 54 : Menelan Banyak Korban
55
Part 55 : Rustam dan Caramel
56
Part 56 : Titik Darah Penghabisan
57
Part 57 : Tegar
58
Part 58 : Perempuan Pilihan
59
Part 59 : Rindu
60
Part 60 : Suprise Dadakan
61
Part 61 : Acara Hitam Putih Trans7
62
Part 62 : Kabar Baik dan Kabar Buruk
63
Part 63 : Epilog
64
Ekstra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!