Setelah pamit dengan bunda, Keenan dan Beverly keluar dari panti asuhan. Sampai di halaman, Beverly kaget melihat motor gede yang terparkir.
Seakan tahu dengan reaksi Beverly. Keenan tersenyum.
"Sesekali kita pergi dengan motor. Lo malu? Atau takut kulit Lo hitam?"
"Gue bukan malu, Keen. Jalan kaki gue juga mau. Yang jadi masalahnya kenapa tak ngomong kita akan pergi dengan motor gede."
"Emang kenapa?"
"Lo nggak lihat gue pakai baju apa? masa pakai motor dandanan gini."
"Tenang aja, jaket gue bisa Lo gunakan untuk nutupi paha."
Keenan naik ke motor diikuti Beverly. Ia muka jaketnya dan meminta Beverly menutupi pahanya yang terekspos.
Keenan membawa motornya membelah jalanan yang sedang ramai dengan pengguna jalan lainnya.
Saat di persimpangan, rambu lalu lintas menyalakan lampu merah. Keenan menghentikan motornya.
Saat ia melihat ada dua orang cowok yang memandang ke arah Beverly, Keenan menjadi sedikit cemburu. Ia melihat kebelakang, ternyata paha Beverly terlihat karena jaketnya yang sedikit jatuh. Keenan lalu memperbaiki letak jaketnya.
"Kenapa?"
"Jaket jatuh, paha Lo terlihat," gumamnya.
Keenan langsung melaju ketika lampu menyala hijau, Beverly yang kaget spontan memeluk pinggangnya.
"Jangan ngebut," teriak Beverly agar Keenan mendengar.
Keenan pura-pura tak mendengar. Ia tetap menjalankan motor dengan kecepatan sedikit tinggi, membuat Beverly tak melepaskan pelukannya.
Sampai diparkiran sebuah mal Beverly langsung memukul lengan Keenan.
"Lo sengaja ...."
"Sengaja apa?" ucap Keenan pura-pura tak mengerti.
"Lo sengaja ngebut,kan?"
"Iya, biar cepat sampe. Film nya udah mau diputar."
"Maksud Lo kita mau nonton?"
"Iya, ini tiketnya udah gue beli. Emang Lo pikir aku mau ajak kemana? KUA ... kalau kita udah wisuda baru gue ajak ke sana."
"Sialan Lo. Siapa juga yang mau ke KUA. Impian gue masih banyak. Gue mau kuliah dan kerja buat bantu Bunda."
"Lo sayang banget ama Bunda."
"Bunda itu orang tua gue. Ia yang menjaga dan merawat gue saat kedua orang tua gue tiada. Tak ada keluarga yang mau jagain gue. Apa mereka kira gue hama." Beverly tertawa setelah mengucapkan itu.
"Lo masih bisa tertawa?"
"Terus gue harus menangis. Apa dengan gue menangis keluarga yang mencampakkan gue akan datang? Rugi banget. Nggak, kan? Buang-buang waktu aja kalau gue harus menangisi nasib gue."
"Gue suka cewek tegar seperti Lo."
"Jangan sampai Lo jatuh cinta ama gue." Beverly mengatakannya dengan lirih.
"Kenapa?" tanya Keenan serius.
"Berat ... gue ini terlalu manis. Nanti Lo nggak bisa lupain gue saat kita tak bisa bersama."
"Anjirrrr ... gue kira apa?"
Beverly tertawa melihat ekspresi Keenan. Keenan mendekatinya, dan berbisik.
"Lo yang harus hati-hati jika jatuh cinta sama gue. Lo akan dihantui dan diikuti bayangan gue kemanapun Lo melangkah."
"Emang Lo hantu?"
"Bukan hantu tapi selalu menghantui," Keenan tertawa. "Yuk, keburu diputar filemnya." Keenan melangkah meninggalkan parkiran. Dibelakangnya Beverly mengikuti langkah Keenan.
Hingga di depan bioskop, Beverly hanya mengikuti Keenan tanpa ada bertanya.
"Lo tunggu sini sebentar. Gue beli camilan dulu." Keenan melangkah menuju outlet yang menjual makanan. Setelah itu baru mengajak Beverly masuk. Keenan memilih duduk yang paling sudut atas.
"Kenapa di ujung banget sih duduknya."
"Dari atas sini kita bisa lihat tingkah orang-orang yang menonton."
"Lo mau nonton film apa orang?" tanya Beverly.
"Dua-duanya," ucap Keenan tertawa.
Lima menit mereka duduk film telah di putar. Beverly kaget melihat judul film yang sedang tayang.
"Film horor!"
"Ya, kamu takut."
Keenan sengaja memilih film horor karena tau dari Dimas jika Beverly takut jika menonton film horor.
"Hhhhmmmm ... nggak juga." Beverly berbohong karena malu.
Selama film tayang, Beverly hanya menutup mata karena kaget ia memeluk lengan Keenan. Hingga film berakhir Beverly nggak sadar masih terus memeluk lengan Keenan, membuat cowok itu tersenyum.
Ketika lampu dinyalakan, saat film telah berakhir, Beverly baru membuka mata dan menyadari dirinya yang memeluk lengan Keenan.
"Nyaman banget Lo memeluk lengan gue," ucap Keenan tersenyum.
"Lo sengaja,kan?"
"Sengaja apa?"
"Udah, ah. Keluar lagi. Tinggal kita berdua. Setelah ini kita langsung pulang?"
"Perut gue lapar. Kita makan dulu baru gue antar Lo pulang. Lo nggak ada perlu,kan?"
"Nggak, sih. Gue udah selesai buat kue tadi."
Keenan mengajak Beverly ke salah satu restoran yang ada di dalam mal. Ia memesan makanan kesukaan Beverly.
Sambil menyantap makanan, Keenan mengajak Beverly ngobrol.
"Bie ... aku mau bicara."
"Bicara aja. Serius amat. Tumben panggil nama gue."
"Bie, sejak kita kenalan dan dekat, sebenarnya aku memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat."
"Maksudnya."
"Bie ..." Keenan menghentikan ucapannya sejenak. "Aku sebenarnya menyukai kamu."
Beverly menghentikan suapannya dan memandangi Keenan.
"Lo becanda."
"Aku serius, Bie." Mendengar ucapan Keenan, Beverly tampak mulai serius.
"Keen, kamu tau siapa aku. Apa kamu nggak salah menyukai aku."
"Aku tau, emang salah jika aku mencintai kamu."
"Apa alasan kamu bisa mencintai aku."
"Cinta sesungguhnya tidak memerlukan alasan. Cinta itu perasaan dalam hati yang tidak bisa dilukiskan lewat kata-kata yang diciptakan manusia. Aku mencintaimu tanpa tahu kenapa atau di mana atau dari mana itu berasal. Aku hanya mencintaimu tanpa masalah atau kebanggaan. Aku mencintaimu seperti ini karena aku hanya merasa sangat nyaman saat aku berada didekat kamu."
"Tapi kita baru mengenal beberapa bulan."
"Cinta bukanlah tentang berapa lama kamu mengenal seseorang, melainkan tentang seseorang yang mampu membuatmu tersenyum sejak saat kamu mengenalnya."
"Kamu yakin tak akan menyesal memilih aku."
"Kenapa harus menyesal, aku yakin dengan perasaan ini."
"Aku hanyalah seorang gadis yatim piatu, kamu bisa mendapatkan cewek yang jauh lebih dariku."
"Aku mencintaimu apa adanya. Bukan karena ada apanya? Aku selalu memegang prinsip jika kita jangan mencari pasangan yang sempurna karena itu tidak pernah ada. Carilah pasangan yang bisa buat kita bahagia, itu lebih bijaksana."
Mendengar jawaban Keenan, Beverly terdiam. Sesungguhnya ia juga mencintai cowok itu.. Tapi ia tak pernah berharap, karena ia sadar akan siapa dirinya.
"Dari tadi kamu sudah banyak bertanya. Sekarang giliran aku."
"Kamu mau tanya apa?"
"Aku tak akan banyak bertanya, hanya satu ...." Keenan menjeda ucapannya."Apakah kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku?"
Beverly memandangi Keenan sebelum menjawab pertanyaan cowok itu.
"Sebenarnya aku juga memiliki perasaan sama denganmu. Tapi aku takut ...."
"Apa yang kamu takut,kan?"
"Aku takut jika kamu hanya ingin mempermainkan perasaan aku."
"Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan kamu?"
"Nggak ada. Baiklah Keen, kita jalani saja dulu. Tapi aku ada satu permintaan."
"Apa ....?"
"Aku mau kamu tidak mengatakan tentang hubungan kita ini pada Catherine dan Dimas. Aku tak mau jadi canggung jika mereka tau hubungan kita."
"Jika hanya itu, baiklah. Berarti kita udah jadian ,nih!"
"Terserah kamu aja." Beverly tampak malu. Wajahnya memerah.
Setelah makan, Keenan mengantar Beverly pulang. Sepanjang perjalanan pulang, tangan Beverly sering di genggam Keenan jika berada dijalanan sunyi.
Bersambung.
*******************
Akhirnya Keenan dan Beverly jadian. Apakah hubungan mereka akan diketahui Dimas dan Catherine? Nantikan terus ya kelanjutan novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Pisces97
laki² gombal nya kyk Kenan rada percaya dan tidak 🤭😂😂
2024-03-01
0
Kenzi Kenzi
asic....mulai "aku-kamu"...mulai jadi an...
2022-06-02
0
Zнҽχу
setau gua kalo di bioskop itu seatnya udh di tetapin saat kita beli tiketnya, ini kok bisa milih ya🤔
2022-05-19
0