Dinda duduk di depan meja rias, wajahnya terlihat cantik dengan riasan ringan. Kebaya yang di belikan oleh sang kakak, pas di badannya. Kebaya pilihan Loren memang sangat elegan dan cocok untuk Dinda. Dia masih tidak percaya kalau sebentar lagi ia akan sah menjadi istri kakaknya sendiri. Tentu saja sebelum di rias, Dinda sudah Wudhu terlebih dahulu.
Jangankan Dinda, para tetangga pun tidak menyangka kalau Dinda dan Anton akan menikah. Secara yang mereka tahu Dinda dan Anton adalah saudara kandung. Tetapi setelah neneknya menjelaskan kepada para tetangga, mereka pun baru mengerti dan tetangga pun datang ke acara pernikahan Dinda dan Anton.
Sedangkan pagi itu Anton terlihat tampan dengan memakai batik khas dari Solo. Saat itu pikirannya sedang memikirkan Loren. Ia merasa dirinya sedang menjadi seorang pecundang. Menikahi adik sendiri dan menyakiti hati kekasihnya yang sangat ia cintai.
Tak hanya Anton yang merasa sedih, Dinda lah yang sebenarnya di sini paling tersakiti. Dia kehilangan masa remajanya, tidak bisa kuliah dan harus menikah dengan sang kakak. Bahkan dirinya belum pernah merasakan kisah kasih yang namanya pacaran.
"Kenapa ramai sekali? Apa nenek mengundang tetangga juga?" Tanya Dinda kepada asisten rumah tangganya.
"Iya Non, nenek mengundang beberapa tetangga. Ayo cepetan turun, Den Anton dan penghulu sudah menunggu di bawah." Jawab sang asisten.
Tiba-tiba Dinda merasa gugup, ia belum siap untuk melihat para tetangga yang mengetahui kalau dirinya akan menikah. Tetapi karena sang asisten terus memaksanya untuk turun, Dinda pun dengan terpaksa menuruni anak tangga dengan hati-hati.
Kakinya bergetar melihat sang kakak dan penghulu sedang duduk berhadap-hadapan menunggu kedatangannya. Melihat senyum sang nenek, membuat rasa gugupnya berangsur menghilang. Karena baginya, kebahagiaan nenek adalah prioritasnya.
Anton menoleh ke arah Dinda yang sedang menuruni anak tangga. Ia melihat Dinda seperti orang lain, karena riasan membuat Dinda terlihat berbeda. Cantik dan mempesona, itu yang di lihat oleh Anton saat itu.
"Mempelai wanita sudah datang. Apakah kita bisa mulai sekarang?" Tanya Pak penghulu.
"Silahkan..." Jawab Anton.
Pak penghulu mulai mengucapkan kalimat sakral pernikahan. Jantung Anton berdegup tak beraturan, tangannya bergetar ketika Pak penghulu menarik tangannya untuk mengikat janji suci pernikahan.
Saat pengucapan Ijab Kabul, pandangan Dinda kabur. Ia tidak bisa berkonsentrasi, dengan sekuat tenaga ia menahan dirinya untuk tidak pingsan. Hingga ia hanya terdengar suara pak Penghulu.
"Bagaimana saksi? SAH?" Tanya penghulu kepada saksi.
"SAH!"
"SAH!"
Halal sudah mereka menjadi suami istri. Dinda terkejut saat Pak penghulu menyuruhnya untuk mencium tangan kakaknya. Kemudian Anton mencium kening Dinda. Mereka berdua masih tidak menyangka kalau mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Ingat! Dia suami mu Din!" Celoteh salah satu tetangganya.
"Gak usah malu-malu." Sahut tetangga lainnya.
Ucapan para tetangga pun di sambut tertawa kecil oleh tamu undangan. Dinda tampak malu-malu ketika para tetangganya mulai menggodanya untuk tidak menganggap Anton sebagai kakaknya, melainkan sebagai suaminya.
Para tamu undangan pun di manjakan dengan suguhan-suguhan yang di siapkan oleh sang nenek. Dinda dan Anton tidak tahu kalau sang nenek sudah menyiapkan semua sampai sejauh ini. Dari dekorasi, makanan dan juga tamu undangan. Walaupun dalam hati Dinda dan Anton tidak menyukai hal itu.
Acara Akad Nikah pun sudah selesai. Para tetangga juga sudah pulang. Tinggal sang nenek, Dinda, Anton dan dua asisten di rumah itu. Nenek menyuruh asisten untuk membantunya mendorong kursi rodanya untuk masuk ke kamar. Karena sang nenek ingin beristirahat.
"Anton, Dinda, Nenek mau istirahat dulu, Kalian juga cepat istirahat." Pamit sang nenek.
"Iya Nek!" Sahut Dinda yang mau mendorong kursi roda, tetapi di larang sama sang nenek.
"Kamu layani suamimu saja, barang kali dia ingin makan sesuatu." Ujar sang nenek.
Sebelum masuk ke kamarnya, sang nenek berbicara dengan Dinda dan Anton. Ia mengancam akan pergi dari rumah jika mereka berdua tidak tidur satu kamar. Dinda pun langsung berjanji kepada sang nenek kalau dia akan pindah kamar, di kamar kakaknya.
"Mbak, kalian Sholat saja dulu. Bersih-bersihnya nanti saja!" Suruh Anton pada asistennya.
"Baik Den!" Sahut asistennya.
Lalu Anton mengajak Dinda untuk naik ke atas, Dinda masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian dan juga membersihkan wajahnya dari bekas makeup. Saat itu Dinda masih bersikap layaknya seorang adik, tidak ada perasaan apa-apa.
Sedangkan Anton memilih mandi untuk menghilangkan keringat yang menempel di tubuhnya. Setelah ia mandi, ia mengajak Dinda untuk Sholat berjamaah, seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Setelah Sholat, Dinda juga mencium punggung tangan kakaknya, walaupun ia sendiri merasa risih. Anton sendiri juga merasa canggung, karena dia masih menganggap Dinda sebagai adiknya, bukan sebagai istri.
"Ganti baju tidurmu yang lebih panjang!" Suruh Anton kepada Dinda.
"Memangnya kenapa? Aku biasanya juga pakai ini, kakak gak protes! Sudah ah, aku mau tidur!" Sahut Dinda dengan polos.
Dinda langsung tiduran di atas ranjang Anton dengan posisi tengkurap. Hal itu membuat Anton hanya bisa menghela napas panjang, melihat Dinda yang tak mendengarkannya. Tak butuh waktu berjam-jam, hanya butuh waktu 10 menit, Dinda sudah tertidur pulas.
Karena posisi tidur Dinda tengkurap, Anton pun membalikan badannya ke posisi tidur miring, agar Dinda bisa tidur dengan nyama. Tetapi ketika ia sedang menarik tubuh Dinda, Anton melihat isi dalam baju Dinda dari selah-selah kancing baju. Dinda saat itu tidak menggunakan baju dalaman.
Anton pun segera memalingkan pandangannya ke arah lain. Memang sudah jadi kebiasaan Dinda, kalau sedang di rumah tidak pernah memakai baju dalaman. Tapi baru kali ini Anton menyadari kebiasaan sang adik. Lalu ia menyalakan AC kamarnya dan memberi selimut kepada Dinda.
"Benar-benar masih seperti anak kecil kalau sedang tidur!" Batin Anton yang merasa gemas dengan adiknya.
Tiba-tiba Anton teringat dengan Loren. Dengan segera ia mengambil ponselnya yang sedari pagi tidak ia sentuh. Ada beberapa panggilan masuk dari Loren dan juga pesan singkat. Tanpa membuka pesan itu, Anton langsung menelpon Loren.
Tut Tut Tut...
Anton mencoba menghubungi Loren, tapi setelah berkali-kali ia menelpon, tidak ada respon darinya. Lalu Anton membuka pesan singkat dari Loren yang isinya membuat dia sedih.
"Anton, jangan hubungi aku untuk beberapa hari ke depan. Aku ambil cuti dua Minggu, aku mau menghilangkan stress ku. Aku belum sanggup melihatmu yang sudah menjadi suami orang lain." Isi pesan Loren.
Dengan perasaannya yang tidak karu-karuan, Anton pun melemparkan badannya ke atas ranjang. Dia lupa kalau Dinda tidur di ranjangnya, sehingga tubuhnya menindih tubuh Dinda.
Dinda pun teriak ketika tubuhnya merasa ada yang menindihnya. Lalu Dinda mendorong tubuh sang kakak dengan kasar.
"Ih kakak gak bisa lihat, kalau ada aku disini!" Protes Dinda yang terbangun dari tidurnya.
"Iya iya maaf, kakak lupa kalau ada kamu di sini." Sahut Anton yang memang lupa.
"Ya udah, aku tidur di kamarku sendiri. Ganggu orang tidur saja!" Imbuh Dinda beranjak dari ranjang.
Tetapi tangan Dinda sudah di raih dan di tarik oleh Anton hingga ia terjatuh di tubuh sang kakak. Anton kemudian mengingatkan kepada Dinda kalau dirinya sudah berjanji kepada sang nenek kalau mulai hari ini dia akan tidur di kamarnya Anton.
"Ingat Dinda, kamu sudah berjanji sama nenek, kalau kamu tidak akan tidur di kamarmu." Kata Anton meningkatkan.
Sebenarnya Dinda tidak masalah jika dirinya tidur dengan sang kakak, tapi dia paling tidak suka jika tidurnya di ganggu. Dinda sendiri tidak merasa canggung jika tidur satu ranjang dengan sang kakak, malah Anton lah orang yang paling canggung ketika Dinda tidur di sebelahnya dengan mengenakan baju tidur super pendek tanpa baju dalam.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Meylin
lah realnya pasti di terkam tuh s Dinda mana ada cowok nahan meski blm ada cinta😜
2022-02-06
3
Qodhijah
jaman sekarang gadis umur 18th jarng yang polos, kbanykan brpenglman.
2022-01-27
5