Dinda pergi ke mall menemui temannya yang bernama Rizal. Dia adalah teman sekelas Dinda dan orang yang dekat dengannya saat ini. Dinda juga pernah cerita tentang Rizal kepada sang nenek, bahwa dirinya menyukai Rizal.
Ketika Dinda baru sampai di mall, ternyata Rizal sudah menunggunya di tempat parkir. Karena mereka terlalu pagi, jadi mall belum buka sepenuhnya. Dinda pun mengajak Rizal ke restoran yang pagi itu sudah buka.
"Kamu bukannya pergi sama Yuki?" Tanya Rizal.
"Gak jadi! Aku gak boleh sama nenekku kuliah!" Jawab Dinda kesal.
Semalam mereka berdua sempat berkomunikasi, jadi Rizal tahu kalau hari ini Dinda ada jadwal pergi sama Yuki untuk mendaftar kuliah di perguruan tinggi.
Rizal Pamungkas adalah laki-laki tampan, teman sekelasnya Dinda. Umurnya 18 tahun dan memiliki tinggi badan 170cm, itu pun dia masih bisa tumbuh sampai di usia yang ke 21 tahun. Dia terlahir dari keluarga pas-pasan, sehingga tidak ada biaya untuk melanjutkan kuliah. Saat ini dia sedang dekat dengan Dinda, karena memang dia menyukai Dinda.
Yuki Kana, sahabat Dinda yang memiliki keturunan berdarah Jepang dari sang ayah. Ia gadis beruntung yang memiliki keluarga yang kaya raya. Walaupun dia terlahir di keluarga kaya raya, tapi dia sangat sederhana dan rendah hati.
"Memangnya kenapa gak boleh kuliah?" Tanya Rizal ingin tahu.
"Ah sudahlah, gak usah bahas itu. Kita makan dulu, habis itu kita main ke Timezone." Sahut Dinda yang tak ingin menceritakan masalahnya pada Rizal.
Setelah selesai makan, mereka berdua pergi ke Timezone untuk bermain game yang mereka sukai. Karena dengan begitu Dinda bisa melupakan masalahnya sejenak. Selain itu Dinda merasa nyaman saat bersama dengan Rizal.
Sesekali Dinda mencuri pandang ke Rizal, begitupun dengan Rizal yang diam-diam memperhatikan Dinda. Mereka memang saling menyukai, tetapi belum ada yang berani mengutarakan perasaan mereka masing-masing.
"Zal, apa rencana mu kedepannya?" Tanya Dinda yang saat itu sedang makan es krim.
"Aku belum tahu, tapi aku harus kerja buat bantu keuangan keluargaku. Kamu tahu sendiri kan kalau aku masih punya dua adik yang masih sekolah." Jawab Rizal.
"Memangnya kamu mau kerja di mana?" Tanya Dinda lagi.
"Belum tahu! Lulusan SMA seperti ku, paling-paling kerja di pabrik." Jawab Rizal membuang nafasnya.
Karena Dinda tidak ingin pulang ke rumah, ia pun mengajak Rizal nonton di bioskop. Walaupun uang Rizal pas-pasan, tapi dia tidak mau kalau Dinda mengeluarkan uang sepeser pun untuk beli tiket atau makanan. Hal itu membuat Dinda merasa tidak enak.
"Biar saja aku yang bayar Zal, Kan yang ajak aku!" Pinta Dinda.
"Uangku cukup kok! Nanti kalau aku benar-benar gak punya uang, kamu yang traktir ok!" Sahut Rizal dengan percaya diri.
Itu alasan Dinda yang membuatnya menyukai Rizal. Selain Tampan, pintar, Rizal juga terkenal sebagai laki-laki gentleman. Dia selalu berprestasi dan sangat terkenal di kalangan para guru dan para murid.
Selama di dalam bioskop, ponselnya Dinda tidak berhenti berdering. Tapi Dinda tidak meresponnya dan menyeting ponselnya dengan mode diam. Siapa lagi kalau bukan Anton yang menelponnya. Karena saat itu memang sudah jam tujuh, tapi Dinda belum juga pulang.
Selama dua jam Rizal dan Dinda di dalam bioskop. Di layar ponsel Dinda tertera ada 22 panggilan tak terjawab dari Anton dan ada beberapa pesan masuk yang malas ia buka. Lalu Dinda pun berpamitan kepada Rizal untuk pulang.
"Zal, aku pulang dulu ya! Kakakku sudah menyuruhku pulang nih." Pamit Dinda.
"Ya sudah, kita pulang bareng saja!" Ujar Rizal memesan taksi online.
Kali ini Rizal membiarkan Dinda membayar taksinya, karena memang uangnya tidak cukup untuk membayar taksi. Lagi pula, rumah Dinda lebih jauh dari rumahnya. Jadi Rizal turun terlebih dahulu dari Dinda.
Sesampainya Dinda di rumah, ia pun melihat sang nenek sudah tidur. Ia kemudian masuk ke kamarnya dan pergi mandi. Setelah selesai mandi, ia melaksanakan Sholat dan segera merebahkan badannya yang terasa lelah di atas ranjang.
Ketika ia sedang asyik chatting dengan Rizal, tiba-tiba Anton masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu. Hal itu membuat Dinda sedikit terkejut dan menaruh ponselnya di bawah bantal.
"Dari mana saja kamu? Anak perempuan jam segini baru pulang!" Tanya sang kakak memarahinya.
"Suka-suka Dinda dunk! Lagian aku gak kuliah, gak ada kerjaan!" Sahut Dinda dengan jutek.
Dinda pun meneruskan chatting nya dengan Rizal dan tidak memperdulikan keberadaan sang kakak. Anton pun merasa kesal karena Dinda tidak mendengarkan perkataannya, malah asyik bermain dengan ponselnya.
Anton pun merebut ponsel dari tangan Dinda dengan paksa. Karena tidak mau ketahuan dia sedang chatting dengan Rizal, Dinda pun berusaha untuk merebut ponselnya kembali.
"Kembalikan ponselku!" Teriak Dinda yang mencoba meraih ponselnya di tangan sang kakak.
"Ambil sendiri!" Ledek Anton sambil mengangkat tinggi tangannya.
Alhasil, Dinda pun meloncat-loncat agar bisa mengambil ponselnya. Tapi ketika ia meloncat, tak sengaja kakinya terkilir dan tangannya meraih kaos Anton. Sehingga membuat Anton terjatuh di atas tubuh Dinda.
Untung saja mereka jatuh di atas ranjang, jadi kepala mereka masih aman. Karena posisi Anton menindih badan Dinda, ia pun segera bangkit dan memberikan ponselnya Dinda.
Dinda pun meringis kesakitan karena kakinya terkilir. Anton yang menyadari itu, segera mengangkat kaki Dinda ke atas ranjang. Di pijitnya dengan pelan agar rasa sakitnya berkurang.
"Kakak sih! Kenapa mengganggu ku!" Protes Dinda kesal.
"Iya iya maaf, makanya jangan pulang malam-malam! Gak bagus buat gadis kecil sepertimu." Sahut Anton yang masih memijit kaki Dinda yang terkilir.
Karena merasa nyaman di pijit oleh sang kakak, tak terasa Dinda ketiduran. Anton yang melihat Dinda sudah tidur, ia kemudian mematikan lampu dan mengambil ponselnya Dinda. Lalu ia merebahkan badannya di samping Dinda.
Anton mulai membuka pesan-pesan masuk dan di bukanya pesan dari Rizal. Di dalam pesan itu, Rizal mengirimi foto berdua dengan Dinda. Mereka berdua tampak senang di dalam foto tersebut. Anton pun tahu kalau hari ini Dinda pergi dengan Rizal.
Anton tidak kenal siapa Rizal, karena Dia belum pernah bertemu dengannya. Dan juga Dinda belum pernah cerita tentang siapa Rizal. Tapi dari Foto-foto tersebut, Anton tahu kalau mereka berdua sangat dekat.
Kring Kring Kring
Tiba-tiba ponselnya Avril berdering, ketika Anton masih sibuk mengecek pesan masuk. Tak sengaja Anton menolak panggilan itu yang dari Rizal. Tak lama kemudian Rizal pun mengirimi pesan untuk Dinda.
"Din, kenapa tidak mau angkat telpon ku? Aku ingin mendengar suaramu. Gak tahu kenapa hari ini tuh aku seneng banget udah bisa menghabiskan waktu denganmu." Isi pesan Rizal.
Anton hanya membacanya dan tidak membalas pesan itu. Entah kenapa ia merasa kesal kalau Dinda dekat dengan laki-laki. Ia tidak ingin sang adik berpacaran, baginya Dinda masih terlalu kecil untuk mengenal cinta.
Dia sendiri pertama kali pacaran setelah lulus kuliah, jadi Anton tidak akan pernah membiarkan Dinda berpacaran terlebih dahulu. Dia khawatir kalau suatu saat nanti Dinda akan sakit hati karena cinta.
Karena sudah larut malam, Anton pun menaruh ponselnya Dinda di atas nakas. Ketika ia mau turun dari ranjang, tiba-tiba Dinda memeluknya dari belakang. Sontak saja Anton terkejut dan menyingkirkan tangan dan kaki Dinda dari tubuhnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🅽🅸🅳🅰
egois banget anton 🤧 masa dinda gak boleh pacaran lah die sndri pacaran 🙄 gak adil banget jdi org
2022-02-24
1
Meylin
sm2 punya pacarrr seruuuz jngn klah Dinda ma c Anton
2022-02-06
2
Crypton
jangan egois kamu anton, kamu juga punya pacar, biarin Dinda juga punya.
2022-01-18
3