Nana maju ke depan dan mengambil kertas berisi tantangan. "Satu nih?" tanyanya pada Sherly sambil tertawa. Berusaha mengurangi rasa gugup karena seisi kelas tengah fokus menatapnya.
"Dua boleh." Sherly membalasnya sambil tawa. "Asal sanggup."
"Satu aja deh, isi kertasnya serem-serem kayaknya." Ia memancing tawa Sherly dan yang lain.
Nana memberikan kertas itu pada Sherly. "Aku yang baca?" tanya Sherly.
Nana mengangguk. "Iya dong."
Sherly membuka gulungan kertas itu. "Wah, ini agak rumit, Na." Nana langsung mengerutkan keningnya.
"Siap, Na?" Nana mengangguk pelan.
"Pilih angka antara 1, 10, 20 atau 30." Tanya Sherly. Nana bingung. Semudah ini?
"30." jawab Nana cepat.
"Pilih antar 0 sampai 10."
"0."
"Jumlahkan dengan pilihan pertama."
"30 tambah 0?" tanyanya. Sherly mengangguk.
"30." Sangat mudah.
"Ini dia tantangannya. Peluk nomor absen tersebut selama 15 detik."
Nana membulatkan matanya. Siapa nomor absen 30?
Semua orang bersorak. "Wuhuuuu! Menang banyak."
"Kenapa gak 0 sama 9 Na." teriak Calvin frustasi dan Nana tertawa pelan dengan menutup mulutnya.
"Bara! Come here!" Sherly melambaikan tangannya meminta Bara maju ke depan.
30 nomor absen Bara? Oh my God. Ini keberuntungan atau apa? Batin Nana bersorak. Ia hampir melebarkan senyumnya tapi ia berusaha menahannya.
Oke Na, harus stay cool demi gak membuat Bara illfeel. Batinnya lagi.
Dengan malas Bara maju ke depan. Ia berdiri di sebelah Nana. Cowok dengan pakaian rapi dan rambut yang juga tersisir rapi itu kini mulai berdiri berhadapan dengan Nana.
"Na, are you okey? Gak apa-apa tantangannya begini?" tanya Sherly tak enak hati pada Nana karena tantangan ini sepertinya terlalu berlebihan untuk Nana yang notabene adalah murid baru yang belum faham akan kegilaan murid di kelas ini.
"Ya, coba profesional aja. Bukan peluk yang int*m banget kan Sher?" tanya Nana. "Just a hug, right?" tanyanya lagi.
Sherly mengangguk. "Oke kalau kamu gak keberatan."
"Dia gak ditanya, Sher?" tanya seseorang dibangku depan sambil menunjuk Bara.
"Gak perlu. Dia gak akan nolak kok." Putra yang menyahut. Bara langsung meliriknya tajam. Putra malah membalas dengan seringainya.
"Oke guys, kita hitung. Bara, jangan tegang!" ucap Putra lagi sambil terkekeh pelan.
"Lo gak gigit kan, Na?" tanya Sherly sambil tertawa pelan. Disusul teman yang lain.
Nana tertawa menutup mulutnya. "Justru gue yang takut digigit." Nana melirik Bara yang menatapnya tajam.
"Dia udah jinak, Na." Sahut Putra. Dia seperti mengenal Bara dengan baik.
"Kita mulai." Bara perlahan mendekat kearah Nana.
"Yaaaa."
"Sekarang." Nana dan Bara berpelukan, tidak terlalu int*m tapi cukup dekat karena saat ini tangan Nana ada dipinggang Bara. Meremas bajunya.
"Satu ...." teman-teman mereka mulai menghitung.
"Setelah ini gue harus siap-siap dilabrak pacar lo," bisik Nana di dada Bara karena tinggi mereka yang jauh berbeda.
"Dua ...."
"Gak akan ada," balas Bara pelan. Cowok yang saat ini berhasil membuat hati Nana berdebar hebat juga tengah melingkarkan tangannya di pinggang Nana.
"Tiga ...."
"Empat ...."
"Lo deg-degan?" tanya Nana.
"Gue manusia, punya jantung."
"Lima ...."
"Jangan lupa nafas, Na." Sherly menggoda Nana.
"Wanginya cowok banget, Sher." Bara tersenyum mendengar ucapan Nana yang terlalu jujur.
"Padahal gak mandi tadi pagi," bisik Bara pelan.
Nana menjauhkan wajahnya. "Jorok."
"Sembilan...."
"Yang penting wangi," sahut Bara tak peduli.
"Kambing juga bakalan wangi kalau diparfumin."
"Dua belas ...."
"Emang pernah makein perfum ke kambing."
"Kurang kerjaan." gumam Nana pelan.
"Lima belas ...."
"Udah, woiii." Putra menarik Bara. "Pake nambah 2 detik."
Bara menyeringai. "Udahkan?"
Bara berjalan kembali ke bangkunya. Bertepatan dengan jam istirahat yang berbunyi.
Tiara duduk di sebelah Bara. Sherly dan Zahra duduk menghadap ke belakang saat melihat Nana mengeluarkan kotak bekalnya.
Keduanya meletakkan bekal mereka. "Bawa bekal juga?" Nana takjub melihat kedua teman barunya.
"Iya...."
"Yank, sini!" Nana melihat siapa yang Sherly panggil. Ternyata Putra.
Putra langsung duduk dan menarik kursi yang lain. "Bawa bekal juga, Na."
"Iya, udah biasa begini."
Mereka berbagi bekal, Nana memberikan Bara sepotong sandwich yang ia ambil dari kotak bekalnya. "Mau?" tawarnya saat Bara sedang fokus pada game di ponselnya.
Bara melihat sandwich yang Nana pegang. "Masih nge-game."
"Suapi, Na!" Perintah Putra yang membuatnya mendapat lirikan tajam dari Bara.
"Lama!" Nana langsung memasukkan Sandwich di tangannya ke mulut Bara.
Bara menggigit sedikit dan meletakkan ponselnya. Mengambil sisa gigitannya di tangan Nana.
"Nih bisa pegang," ucap Nana saat sandwich itu sudah berpindah ke tangan Bara.
"Udah game over!" Sahut Bara cepat.
Calvin dan Putra tertawa mendengar jawaban sarkas dari Bara. "Jangan galak-galak, Bar! Entar jatuh cinta!" Ejek Putra.
Mereka terus bercerita sampai akhirnya Nana tahu bahwa Zahra adalah sepupu jauh Bara. Sherly dan Putra temannya sejak SMP. Dan Calvin tetangga satu komplek dengannya.
"Hai, Na." Bel pulang sudah berbunyi dan tiga orang cewek menyapa Nana. Salah satunya terlihat seperti ratu dan yang dua seperti dayangnya.
"Hai..."
"Gue Bellatrix. Dia Sonya, dan dia Nadin." Bella memperkenalkan kedua temannya.
Bella menyandarkan bok*ngnya di sisi meja Nana. Melipat tangannya di dada dan menatap Nana dengan senyum kecil.
"Gue mau kasih lo penawaran?"
"Memangnya lo jualan apa?" tanya Nana tanpa pikir panjang membuat Bara mengulum senyum dibalik wajah yang terlihat santai itu.
Bara belum pulang karena ia baru saja membalas pesan dari karyawan bengkel yang menitip sesuatu untuk dibeli.
Bella mendelik tak percaya mendengar pertanyaan Nana yang cenderung mengoyak harga dirinya.
Dia kaya, cantik, dan populer. Tidak mungkin ia berjualan. Hal yang bisa saja membuat harga dirinya turun drastis.
"Kenapa mata, lo?"
"Lo mau kasih penawaran, kan?"
"Lo jual apa?" Cecar Nana karena Bella masih diam.
Nana memakain tasnya dan bersiap meninggalkan kelas. Ia berdiri dari kursinya dan kedua teman Bella menahan bahu Nana membuat gadis itu kembali terduduk.
"Bar! Pulang sana!" Usir Bella. Ia tak mau cowok cupu itu mengacaukan rencananya.
"Ngomong aja! Gak ngaruh sama gue!"
Nana menatap Bara yang masih mengetikkan pesan di ponselnya.
"Oke. Lo anak baru, gue mau kasih penawaran untuk masuk dalam geng gue."
"Lo lumayan." Bella memegang dagu Nana dengan ibu jari dan telunjuknya. Mengerakkan wajah Nana ke kanan dan ke kiri. Bella memindai seluruh wajah Nana.
"Cantik, dan sepertinya bukan rakyat jelata."
Nana menatapnya jengah.
"Keuntungan apa yang gue dapet?" tanya Nana setelah memegang tangan Bella dan melepaskan dari dagunya. Bara melihat Nana tidak takut sedikitpun.
"Keuntungan?"
"Gak ada yang berani nindas lo!"
"Disegani murid lain."
"Diincar banyak cowok."
"Dikenal guru."
"Dan yang pasti. Lo akan jadi cewek populer di sekolah ini."
Nana menyeringai. Semua hal yang Bella janjikan sudah pernah ia dapatkan di sekolahnya dulu.
"Gimana?" tanya Bella yakin. Ia yakin Nana akan tergiur.
Pembicaraan dua arah ini di saksikan oleh kedua teman Bella dan Bara yang duduk bersandar di dinding menunggu jawaban Nana.
Nana berdiri. "Sorry, gue gak berminat!"
Ekspresi wajah Bella berubah drastis. Ia kesal pada Nana karena menolak penawarannya. Sonya dan Nadin menahan tangan Nana.
"Gue mau pulang."
"Kasih alasan kenapa lo nolak. Gue jarang-jarang kasih penawaran seperti ini."
"Gue gak pengen terkenal. Gue juga gak pengen jadi incaran para cowok."
"Dan satu lagi. Gue yakin lo bakal nyesel setelah lihat rumah gubuk milik orang tua gue."
"Tolong lepasin." Nadin dan Sonya melepaskan Nana atas perintah Bella.
Nana meninggalkan kelas dengan berjalan cepat karena sebuah pesan ia terima beberapa menit lalu.
📨 Mama Ayu
Mama sudah di depan, Na.
Bara juga keluar dari kelas, berjalan di belakang Nana. Gadis aneh. Istana om Hadi dibilang gubuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Isabella
bara Nana
zeen Nana
Zidan Nayla
Agam baby
tita boy
nofel jodoh yg keren
2022-02-13
0
Andi Syafaat
lanjut
2022-01-24
0
Andi Muh.taufik Andi sayyid
lanjut...
2022-01-22
1