Waktu terasa begitu cepat jika ku berada disisi Liyani. Matanya yang teduh dan wajahnya yang cantik membuatku terpesona dan mulai mengaguminya.
Pagi pun telah datang, membawa sinarnya yang terang. Udara sejuk menyapu tubuhku yang kini tengah membersihkan diri dikamar mandi. Kupercepat aktivitas mencukur kumis hingga tak terasa bibirku tergores pisau cukur.
"Bi Darmi tolong ambilkan obat merah dikotak!" Teriakku dengan kencang.
Jantungku seakan berhenti, ketika seorang wanita berdiri diambang pintu kamar mandi dengan memegang kotak P3K ditangannya.
"Ap...apa yang kau lakukan disini? "
"Maa..maafkan saya tuan telah lancang memasuki kamar tuan. Tadi saat saya lewat didepan pintu saya mendengar teriakan tuan dan saya sudah beritahu Bi Darmi untuk mengambilkan kotak obat. Tapi Bi Darmi sedang memasak dan menyuruh saya untuk memberikan kotak ini" pandangannya kian menunduk dan pipinya merah merona.
Ku tahu mungkin dia malu sebab saat ini aku hanya menggunakan handuk yang dililitkan.
Perlahan dia mendekat dan mulai mengoleskan obat pada wajahku. Diusapnya halus bibirku dengan tisu agar darah dibibirku hilang.
Dapat kurasakan detak jantungku yang kian tak beraturan, kala dia terus saja menatapbibirku dan mengusapnya dengan hati hati.
Wajahnya yang cantik serta lesung pipit yang terbentuk kala ia tersenyum, seakan memabukan.
"Kenapa kau tersenyum?" dengan suara yang sedikit bergetar aku bertanya.
"Emhh... itu, itu tuan saya hanya saja melihat kaos berwarna pink dibelakang tuan. Maafkan saya." Kini dia menjauhkan tangannya dari wajahku.
Baru saja tangan seorang wanita menyentuh wajahku, tapi sudah membuatku salah tingkah.
"Sini obatnya biar aku saja yang memakainya sendiri" kuambil obat dari tangannya dan mulai mengoleskannya kekulitku yang luka.
"Tuan boleh saya tahu, kemana orang tua tuan? maaf kalau saya lancang"
"Orang tuaku sudah lama meninggal karna kasus pembunuhan sampai saat ini pelakunya belum tertangkap"
"Ma..maafkan saya tuan saya sudah lancang bertanya" dia kini muali beringsut mundur. Mungkin dia takut bahwa aku akan tersinggung dengan perkataannya. Sejujurnya jika dia benar benar Rindu pasti saat ini dia akan terus mengoceh dengan pukulannya padaku sebab ceroboh.
"Apakah kau melihat wajah dari pria bertato elang yang sempat menculikmu? barang kali kau kenal dengan sahabtku yang dulu juga sempat diculik. Mungkin saja orang yang menculik sahabatku sama dengan orang yang menculikmu." Ucapku dengan jelas.
"Apa sahabat tuan seorang wanita? dan apakah sahabat tuan juga mengenakan seragam sekolah saat diculik?" dengan semangat dia bertanya tanpa henti.
"Ya benar, apakah benar kau dikurung bersama seorang wanita seumuranmu? dia juga memang memakai seragam sekolah saat diculik. Kini aku tak tahu dimana keberadaannya. Boleh saya tahu ciri ciri wanita yang dulu diculik bersamamu?"
" Dia adalah wanita yang cantik. Kulitnya putih, bajunya rapih, dan terdapat lesung pipit diwajahnya. Dan kalau tak salah namanya sama denganku. Hanya saja nama kepanjangannya yang berbeda."
"Siapa namanya?" Jika gadis ini bukan Rinduku kenapa selalu ada getaran didadaku kala kulihat matanya. Dan jika dia bukan Rindu, apakah wanita yang diculik bersamanya adalah Rindu yang asli.
" Namanya Liyani Rindu Prasasti tuan. Saat aku disekap digudang itu, dia adalah wanita yang selalu menjagaku dan menenangkan tangisku. Dia adalah wanita yang kuat, dia tak pernah terlihat menangis. Namun sekarang saya tak tahu dia dimana, sebab saat saya bangun saya sudah berada dirumah orang tua angkat saya dikampung. Pernah kulihat dia ada dikampung sebelah dan diadopsi oleh saudagar kaya dan kini katanya tengah berkuliah disalah satu universitas ibu kota"
Sifat wanita yang Liyani ceritakan sama persis dengan sifat dari Rinduku. Wanita itu juga memiliki lesung pipit diwajahnya. Namun akan kutanyakan hal yang tak pernah orang lain tahu selain aku dan orang tua Rindu.
"Apakah kau melihat ada tahi lalat di punggungnya?"
Dengan wajah terkejut dia menganggukan kepala.
"Ya tuan dia memiliki tahi lalat dipunggungnya. Sebab saat saya bersamanya pernah suatu kali dia membuka seragam sekolahnya, dan dia hanya mengenakan kaus dalam yang memperlihatkan bagian punggungnya. Tapi bagaimana tuan tahu bahwa dia memiliki tahi lalat dipunggungnya? padahal diakan seorang wanita dan tuan laki-laki"
Kini aku salah tingkah untuk kedua kalinya. Sebenarnya saat kami kecil dulu pernah suatu kali saat kami sedang bermain ditaman, tak sengaja aku terjatuh dan memegang baju Rindu. Hingga pakaian bagian punggungnya sobek dan memperlihatkan tahi lalat dipunggungnya yang putih. Tapi sungguh, aku hanya melihat punggungnya sebentar sebab setelah Rindu sadar pakaiannya robek, dia langsung berlari dan menangis seraya menjerit kerumahnya.
"Sebab dulu aku dan dia sudah sedari kecil tumbuh bersama. Jadi wajar saja jika aku tahu ciri ciri sahabat kecil yang kuanggap saudara. Lagi pula jika aku melihat punggungnya, tak masalah sebab dulu aku dan dia masih kecil"
jawabku berbohong.
Rindu, jika wanita ini bukan Rindu maka kemungkinan gadis yang dulu bersamanya dia adalah kekasihku. Nama dan ciri ciri dua wanita ini sama. Hanya saja aku tak tahu dan mungkin takan pernah tahu apakah Liyani yang ini memiliki tahi lalat dipunggungnya. Jika saja aku boleh bertanya dan melihat untuk memastikan saja, apakah Liyani akan suka rela memperlihatkan bagian tubuhnya pada pria asing sepertiku. Jangankan melihat, jika saja aku bertanya mungkin dia akan lari dan menyebutku pria mesum.
"Ya sudah bisakah kau mengenali gadis yang dulu diculik bersamamu? sebagai balasannya kau boleh tinggal disini dan akan ku jamin kau bisa bertemu dengan orang tua kandungmu"
Mata nya yang berbinar ketika mendengar ucapanku langsung membuatku terpesona dan diam membeku. Pelukan erat ditubuhku membuat aliran darah kembali mengalir lebih cepat dan suara jantungku pun mungkin terdengar.
"Saya bisa mengenalinya tuan. Saya bisa mengenalinya walau hanya melihatnya sekali, sebab kalung yang dia pakai katanya hanya dia yang memilikinya"
Kalung? apakah kalung yang dulu aku berikan pada Rindu? jika memang benar kalung itu. Aku yakin dia memang Rindu yang selama ini ku cari. Aku janji takan pernah membuatnya pergi lagi dari hidupku. Tapi bagaimana dengan Liyani. Matanya yang seakan menghipnotisku, dan sentuhannya yang seperti ibu, membuatku juga tak ingin kehilangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nurvala Vala
neezxxtttt
2022-01-31
1