"Sayang, aku pergi ke kantor. Kamu di mansion saja bersama mama. Tidak apa-apa 'kan kutinggal sebentar?" pamit William pada istrinya.
"Iya, sayang. Pergi saja," jawab Rose.
William mendekati istrinya dan memberi kecupan pada keningnya. Pemandangan itu sempat dilihat oleh Jack, adiknya.
Rupanya kamu sudah move on, Kak. Aku bisa terus pepet Caroline. Pepet sampai dapat.
William yang mengendarai mobil adiknya. Sepanjang perjalanan, Will banyak bertanya tentang perkembangan perusahaan yang menurutnya semakin maju.
"Bagaimana kalian bisa bekerja tanpa aku? Menurutku sangat meningkat pesat," ucap William.
"Tentunya ada orang hebat sepertiku dan papa, Kak. Orang kepercayaan papa juga sama hebatnya dengan kita. Dia sekretaris yang memiliki ide cemerlang dalam memajukan perusahaan. Papa sangat menyukai kinerjanya," ucap Jack. Memang kenyataannya Caroline adalah sekretaris baru yang membuat perusahaan semakin berkembang pesat.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya William. Dia semakin penasaran. Setelah meninggalkan perusahaan selama lima tahun dan tanpa kabar, sekarang semuanya sudah berubah. Mamanya memang sengaja meminta William untuk melupakan perusahaan dan fokus pada pendidikannya. Keluarganya juga dilarang untuk melakukan komunikasi ataupun sekedar menemuinya. Itulah sebabnya, ketika William pulang membawa seorang istri, keluarganya juga terkejut.
"Perempuan, Kak," jawab Jack. Dia berusaha menggiring kakaknya agar penasaran dengan wanita itu. Ini memang rencananya.
Aku harus memberikan apresiasi pada sekretaris papa yang sudah menjalankan perusahaan dengan baik selama lima tahun terakhir ini. Austin Group bangga memilikinya.
Austin Group masih sama seperti dulu. Mobil yang dikendarai William sudah memasuki area parkir. Sebelum turun, dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan adiknya.
"Aku ingin bertemu langsung dengan sekretaris hebat sepertinya," ucap William.
Oh God! Caroline, bersiaplah bertemu mantanmu.
William dan Jack berjalan beriringan menuju ruangan CEO yang keberadaannya di lantai teratas gedung ini. Untuk mencapainya, mereka harus melalui beberapa lorong lalu menaiki lift.
Ting!
Lift sampai di lantai teratas. William dan adiknya bergegas masuk ke ruangan papanya.
Tok tok tok.
Ceklek!
Jack langsung membuka pintunya. Dia dan kakaknya langsung saja masuk.
"Will?" ucap papanya.
"Kenapa sepertinya papa terkejut dengan kedatanganku?" tanya William.
"Bukan begitu, Will. Aku pikir, kamu akan mengajak Mama dan istrimu jalan-jalan. Lagipula, kamu juga baru sampai," ucap papanya berdiri kemudian menyambut putranya. Dia meminta Will untuk duduk di sofa.
"Kok sepi, Pa?" tanya Will.
Jack sudah mengambil posisinya menggantikan pekerjaan papanya. Walaupun di meja kerjanya jelas tertulis Darius Austin sebagai CEO-nya.
"Memangnya siapa yang kamu harapkan?" tanya papanya.
"Apa papa terbiasa bekerja sendiri?" Will hanya memancing papanya. Dia tidak ingin rasa penasaran pada sekretarisnya itu ketahuan.
"Tidak, papa bekerja dengan sekretaris hebat Austin Group. Dia sekarang berada di pantry," ucap papanya.
"Kenapa pada saat jam kerja dia berada di pantry, Pa? Apa itu tidak mengurangi kinerjanya?" tanya William. Sebenarnya sejak dulu, Will tidak pernah menekan karyawannya untuk bekerja terlalu keras.
"Hemm, bukankah perusahaan kita tidak pernah menekan karyawan untuk terus bekerja keras tanpa memikirkan relaksasi? Otak juga butuh istirahat, Will," ucap papanya.
"Kakak mau dibuatkan kopi?" tanya Jack.
"Boleh," jawab Will.
Jack menekan nomor telepon intern yang terhubung dengan pantry.
"Halo, Carol masih disitu?" tanya Jack ketika seseorang mengangkatnya. Will tidak mendengar ucapan adiknya yang sedang menelepon itu karena fokus mengobrol dengan papanya.
"Ya, Tuan. Apa ada pesan penting untuknya?" tanya OB yang mengangkat.
"Sampaikan padanya, suruh buatkan dua kopi lagi. Totalnya empat, ya," ucap Jack.
"Baik, Tuan," balas OB tersebut.
William tidak menyadari jika Jack meminta Caroline membawakan kopi untuknya.
Caroline memang sekretaris cekatan. Dia membawakan pesanan Tuannya persis seperti yang disampaikan.
Sebelum mengetuk pintu, dia meletakkan nampan di meja yang tidak jauh dari ruangan CEO.
Tok tok tok.
"Masuk!" teriak Jack.
Hemm, CEO nanggung itu rupanya berada di dalam.
Ceklek!
Caroline membuka pintu terlebih dahulu baru mengambil kembali nampannya. Dia meletakkan satu per satu cangkir kopi ke meja yang di maksud.
Deg!
Gerakannya terhenti manakala dia melihat ke deretan sofa yang di duduki atasannya dan seorang pria yang sangat dikenalnya. Pria itu sama halnya. Dia menoleh pada perempuan itu dan saling menatap untuk beberapa saat.
Untung saja Caroline bisa menjaga hati dan pikirannya, jika tidak pasti akan terjadi adegan di sinetron seperti cangkir pecah, misalnya.
Caroline meletakkan dua cangkir di meja sofa, satu cangkir di meja CEO nanggung, dan satu lagi diletakkan di atas nampan di meja sudut ruangan itu.
William terdiam. Ingatan pada perempuan di hadapannya itu kembali ke masa lalu. Dia sangat mencintainya.
"Carol, kemarilah!" panggil Tuan Darius.
Caroline tanpa pikir panjang, dia langsung mendekati atasannya.
"Perkenalkan putraku, William Austin," ucap Tuan Darius.
William berdiri dan menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Caroline, mantan kekasihnya yang saat ini menjadi sekretaris kepercayaan papanya.
Caroline menerima jabatan tangan mantannya. "Caroline." Dia langsung melepaskannya.
Please, hati diam saja. Ini hanya cobaan, kamu tidak boleh terpengaruh. Dia sudah menjadi mantan. Please jangan buat hatiku dag dig dug bertemu dengannya.
Tuan Darius memang tidak tau jika sekretarisnya itu adalah mantan kekasih putranya. Hanya mama Lavina dan Jack yang tahu. Menurutnya banyak nama Caroline dan tidak mungkin sekretarisnya adalah mantan putranya.
"Inikah yang Jack dan papa maksud sekretaris hebat? Wah, aku sangat berterima kasih padamu," ucap William.
Hati dan pikiran pria itu bercabang antara istri dan cinta masa lalunya. Bertemu Caroline dengan tampilan yang lebih dewasa dan sangat cantik itu. Hatinya benar-benar tidak bisa dibohongi. Pesona mantan kekasihnya itu sangat luar biasa.
Jack yang melihat pertemuan tidak biasa itu berusaha mengecoh sang kakak. Dia memanggil Caroline untuk mengecek beberapa berkas yang akan dikirim ke klien.
"Carol, kemarilah. Bantu aku mengecek beberapa berkas ini," panggil Jack.
Suara Jack menyelamatkan dirinya untuk sesaat. Pertemuannya dengan William seolah membuat hati dan jantungnya melompat bersamaan.
"Pergilah!" perintah Tuan Darius.
"Baik, Tuan." Caroline menuju meja kerja Tuan Darius dan mengambil berkas yang dimaksud Jack.
Tatapan mata William selalu mengikuti kemana Caroline berjalan. Dia terhipnotis pada wanita itu dan melupakan istrinya untuk sejenak.
Hatiku masih terpaut padamu, Caroline. Pertemuan ini membuat aku semakin mencintaimu. Cintamu tidak akan pernah terganti.
William sangat mencintai Caroline. Dia ingat akan janjinya pada gadis itu. Tetapi sekarang posisinya serba salah. Dia sudah mempunyai seorang istri, Roseanne.
"Will, kenapa kamu memandang sekretaris papa seperti itu?" tanya Tuan Darius.
"Aku hanya teringat teman lama yang mirip dengannya, Pa. Aku pikir dia orangnya," ucap William berbohong.
Ucapan William barusan semakin menyakiti hati Caroline. Dia juga belum tau jika William telah menikah.
Kamu menyakitiku, Will. Aku masa lalumu dan bukan teman lama.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿Bersambung🌿🌿🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Safa Almira
seru
2024-07-31
0
Yani Suryani
mending Jack dari pada kamu Will
katanya masih cinta tapi nikah dengan orang lain week 😛
2024-07-30
1
Maria Magdalena Indarti
William bohong, cinta sm Caroline??? tp nikah sm Rose
2024-07-30
0