Hari itu tiba, Mira sudah siap mengantarkan sang putra ke acara hari Ayah di sekolahnya.
“Sudah siap?”
“Siap Bunda!”
Mereka berjalan ke arah pintu sembari bersenandung riang, hingga pintu terbuka, keduanya menghentikan langkah saat ada yang menghalangi jalannya.
Ardan.
Pria itu menatap Mira dengan tajam, sadar semuanya tidak baik-baik saja, Mira menyembunyikan Aiden di balik badannya.
“Untuk apa kamu kemari?” Ardan masih enggan menjawab pertanyaan itu, matanya justru asik menatap pria kecil berwajah mirip dengannya.
Kali ini Mira tidak bisa lagi mengelak, gen Ardan mengalir cukup kuat di dalam tubuh Aiden.
"Aku ingin menjemput PUTRAKU" mata Mira bergetar takut, dia menarik tangan Ardan untuk menjauh, tapi tenaga Ardan yang lebih kuat membuat tak ada pergerakan di sana.
“Aiden” panggil Ardan tanpa memperdulikan Mira yang masih menggenggam lengannya, merasa dipanggil Aiden melongokkan kepalanya.
“Tidak merindukan Papa?”
“Papa?” Ardan mengangguk, sementara Mira sudah terpancing emosi melihat tingkah Ardan yang seenaknya itu.
“Dia bukan Papa Aiden!” tegas Mira sembari menatap tajam Ardan yang terlihat tidak gentar itu.
“Bukan?”
“Iya dia bukan Papa Aiden, kamu ke dalam dulu ya?” ucap Mira untuk menjawab kebingungan Aiden, anak itu menuruti perintah Bundanya.
Mira memperhatikan Aiden, saat tubuh anak itu sudah tidak terlihat ia menatap Ardan marah.
Dengan marah Mira mendorong tubuh Ardan “Lancang sekali kamu!”
“Lancang?”
“Iya!”
“Itu adalah fakta!”
“Tidak!”
“Kecilkan suaramu Mira, atau anak kita akan mendengar pertengkaran kedua orang tuanya”
“Sudah ku bilang dia bukan anakmu!”
“Kamu bisa saja membohongi Aiden, tapi tidak denganku, sudahi semua ini atau kamu akan menyesal!”
“Aku tidak takut, tolong pergi dan jangan ganggu kami lagi!”
“Kau mengusirku Mira?”
“Pergi!” pekik Mira yang sudah kehilangan kesabarannya.
“Aku datang dengan niat baik, aku tidak melakukan hal yang sangat mudah aku lakukan dengan membawa Aiden pergi darimu, tapi lihat apa yang kamu lakukan?”
“Kamu tidak akan bisa melakukan itu?!”
“Aku bisa Mira, sangat bisa! Aku Ayah biologis anak itu, kamu pasti tau aku dengan baik kan Mir?”
Sadar sedang menghadapi manusia yang bisa melakukan apapun dihadapannya, Mira menangis, kali ini Ardan sudah mengusik pertahanannya.
“Tolong biarkan kami hidup tanpa kamu seperti sebelum ini” ucap Mira setengah memohon.
Ardan tertawa mengejek lawan bicaranya yang mulai melunak “Jadi semua itu benar, Aiden darah daging ku, dan kamu telah menyembunyikan nya dariku?”
Mira memejamkan matanya erat-erat.
Melihat celah Ardan melangkah masuk tanpa memperdulikan Mira yang masih menangis, di depan pintu.
‘Bunda jangan sedih yaa, kalau bunda sedih Aisyah sama Abang juga ikutan sedih Bun’
Mata Mira terbuka, ingat akan janjinya ia menghapus air mata itu, lalu berdiri, berkali-kali menghela nafas lalu berjalan masuk.
Di ruang keluarga itu, Mira bisa melihat Aiden yang memeluk Ardan dengan erat, begitu sebaliknya.
Entah apa yang pria itu katakan pada putranya hingga anak kecil itu sudah mempercayai Ardan begitu saja.
‘Apa Aiden akan meninggalkanku dan pergi bersama Ardan?’
Lagi-lagi Mira ingin menangis, tapi ia menutup mulutnya kencang.
Aiden yang menyadari keberadaan Bundanya melepas pelukannya pada Ardan.
“Bunda, Ayah sudah datang!” Mira menatap Ardan yang juga menatapnya.
Mira semakin sedih saat Aiden sudah memanggil Ardan sebagai Ayahnya.
Pandangan mereka terputus saat Aiden memekik.
“Ooops, Ayah, Bunda, kita akan terlambat!”
“Hari Ayah ya?”
Aiden mengangguk, ke arah Ardan, mata kecil itu seketika membola.
“Bun, Ayah boleh ikut ya?” Mira terdiam.
“Bun, tidak boleh ya?”
“Aiden dengerin ayah ya? Kamu tunggu di mobil, Ayah harus bicara dulu dengan Bunda, oke?” pria kecil itu mengangguk riang.
Ardan mendekati Mira yang masih mematung saat Aiden sudah hilang dari jangkauannya.
Pria itu mencengkeram lengan Mira dan memojokkan wanita itu di dinding.
“Jangan bermain-main denganku Mira, kesalahanmu yang ada masih belum bisa ku maafkan, jangan menambah hukuman untukmu menjadi lebih berat”
“Aku ingin mengikuti acara itu, kamu tidak berhak melarangku ataupun Aiden, sekarang kamu tidak punya hak itu!” Ardan menghempas lengan kecil itu, Mira tidak lagi menangis, ia hanya diam.
Wanita itu benar-benar menepati janjinya.
“Apa aku melarangmu? Apa aku melarang Aiden? Lakukan apa yang kamu mau, tapi jangan melewati batas” setelah mengatakan itu Mira pergi menyusul Aiden.
Rahang Ardan bergemeletuk mendengar keberanian wanita di hadapannya, ia membuang muka tidak percaya dengan Mira versi sekarang yang lebih berani dari Mira yang dulu.
Harus Ardan akui, ia salut pada wanita yang telah menjadi ibu dari anaknya itu.
Ardan melangkah ke teras rumah, tangannya kembali mengepal melihat Mira dan Aiden yang tidak ada di mobilnya.
Mereka berdua sudah duduk anteng di mobil yang Ardan yakini itu milik Mira. Langkah lebar itu ia pasang mendekati mobil Mira.
“Ayah!” jantung Ardan berdebar hebat dipanggil seperti itu oleh darah dagingnya sendiri.
“Ya?”
“Aiden berangkat sama Bunda ya? Atau ayah ingin bergabung dengan kami?” Mira melebarkan matanya, ia tidak menyuruh Aiden menawari Ardan agar semobil dengan mereka, Mira tidak ingin berada dalam satu mobil dengan pria angkuh itu.
“Ayah akan membuntuti kalian dari belakang” putus Ardan yang membuat Aiden memekik kegirangan, mengundang tanya dari Ayah Bundanya bersamaan.
“Seperti pengawalan?” Ardan mengangguk dengan tawa kecilnya.
“Ya!”
“Siap komandan!” Ardan tak tahan mengusap puncak kepala Aiden.
“Take care!”
“Iya” bukan Mira yang menjawab itu, tapi Aiden masih dengan senyuman lebarnya, sedangkan Mira hanya menatap ke arah depan.
“Sampai jumpa Ayah!” jantung kembali berdegub saat Aiden memanggilnya Ayah.
Sebenarnya baik Ardan maupun Aiden tidak memerlukan tes apapun untuk tau hubungan mereka, wajah mereka yang mirip sudah menjelaskan semuanya.
***
Di sekolah.
Riuhnya para murid beserta para orang tuanya didalam sekolah terdengar hingga keluar, tanda acara sudah akan dimulai, buru-buru Mira turun dari mobil dan menuntun Aiden.
“Selamat pagi Miss Angel”
“Selamat pagi Aiden, hari ini terlambat ya?”
“Maaf Miss” ucap Mira tak enak, karena baru kali ini ia terlambat mengantarkan Aiden pergi ke sekolah.
“Iya Miss Aiden minta maaf, Aiden terlambat karena Ayah Aiden datang hari ini” Miss Angel menatap Mira yang hanya bisa tersenyum sebagai jawaban.
“Jadi Ayah Aiden akan datang hari ini?” Aiden mengangguk antusias.
Miss Angel menoleh ke kanan dan kiri, lalu kembali menunduk menatap Aiden.
“Lalu dimana Ayah Aiden itu?” kini Aiden juga ikut celingukan mencari kehadiran sang Ayah.
“Ayah disini Aiden!” nafas Aiden lega, senyumnya kembali merekah saat mendapati kehadiran Ardan.
Mira menatap jengah Miss Angel yang menganga menatap Ardan.
“Oh ini Ayah Aiden ya?” Aiden mengangguk.
“Tampan ya” ucap miss angel tanpa sadar.
“Bagaimana Miss?”
“Oh tidak, silahkan masuk Pak, Bu” Mira memutar bola matanya malas.
“Kendalikan cemburu mu itu Mira, ini bukan saatnya untuk cemburu, Ayah dari anakmu ini memang tampan” bisik Ardan saat keduanya sudah berjalan masuk seolah lupa pertengkaran mereka beberapa waktu lalu.
Tak mau menjawab Ardan, mereka duduk di tempat yang masih kosong.
“Ehh Mama Aiden, dengan siapa ini?” Ardan mengangguk sopan sembari lanjut membantu Aiden mengeluarkan barang-barangnya.
“Ini Ayah Aiden, tante” lagi-lagi bukan Mira yang menjawab, ibu-ibu sok akrab itu menatap Aiden tak percaya.
Terlalu speechless akhirnya wanita paruh baya itu meninggalkan ketiganya dan kembali pada suami dan anaknya yang tidak jauh dari duduk Mira.
“Hari ini ada tiga lomba Ayah!” pekiknya setelah membaca susunan acara yang diberi Miss Angel tadi.
“Kita akan memenangkan semuanya Boy!”
“Benarkah?”
“Tentu!”
“Yess!”
Mira hanya menatap keduanya, untuk pertama kali Aiden mengacuhkannya, tapi semuanya terbayar saat putranya tertawa bahagia.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Kadek
lanjutkan
2020-07-28
0
Aizu
Hai hi readers, tinggalin jejak kalian dong 😅
Jangan lupa vote, like, dan komen karyaku yaa.. Follow akunku juga 😉
See you.. 🙌
2020-04-18
0