Suara dobrakan pintu dari ruang tamu mengagetkan Shasa dan Raihan yang tengah duduk di tepi ranjang. Shasa yang berpura-pura sibuk dengan handphone miliknya juga ikut terkejut mendengar orang yang tidak tahu malu berteriak keras dirumah orang lain.
"Damn it, Gue kenal tamu brengs*k satu ini!"
Shasa mengumpat kesal mendengar dobrakan yang tak kunjung berhenti. Ia tak memperdulikan bagaimana reaksi Raihan saat mendengar umpatannya, yang terpenting saat ini adalah mencaci maki manusia sialan yang tidak tahu sopan santun ketika bertamu ke rumah orang.
Shasa memakai high heels miliknya kemudian melangkah lebar menuju pintu depan. Begitupula dengan Raihan yang juga mengekornya dibelakang, pria itu penasaran siapa yang bertamu disaat siang bolong seperti ini.
BRAK!
Shasa membanting pintu di hadapannya. Rusak? ia tak perduli. Matanya menatap tajam kepada manusia yang tengah berdiri tegak didepan pintu, manusia yang mengganggu ketenangannya di siang bolong.
"Evan! Lo ngapain ganggu Gue hah!!"
Amarah Shasa tidak dapat di tahan lagi, jemarinya otomatis menjambak rambut pendek manusia di hadapannya.
"SHASA! rambut gue rontok Shaaaaa!!"
Evan berteriak mencoba menyelamatkan rambutnya dari amarah Shasa. Rasanya rambut hitam tebalnya akan copot beserta kepalanya.
Jambakan maut dari Shasa berhasil membuat Evan meringis, merasakan betapa nikmatnya mendapat ucapan selamat datang dari sahabatnya sendiri.
"Ampun, Shasa! Shaaaaa" Bukannya mendengar keluhan Evan, Shasa semakin kuat menjambak dan mencengkeram rambut Evan sekuat mungkin.
Sedangkan Raihan yang menjadi penonton sejak tadi hanya bisa menertawakan Evan, menertawakan orang yang telah menghajarnya tadi pagi.
"Lo ngapain ketawa!"
Shasa menarik tangannya dari kepala Evan kemudian menatap tajam kearah Raihan yang masih tertawa.
Melihat tatapan mematikan dari Shasa seketika tawanya menghilang bersama datangnya hembusan angin dari halaman depan rumah. Sedangkan Evan, pria itu masih meringis merasakan denyutan pada kepalanya yang terasa sampai masuk kedalam hati.
"Sha kita pulang yuk!"
Bujuk Evan sambari menata rambutnya kebelakang, jangan sampai penghuni kompleks Raihan mengira dirinya habis terkena tiupan angin topan.
Sosoknya yang berwibawa dan cool tadi pagi otomatis menghilang setelah terkena jambakan nikmat dari Shasa. Sekarang hanya tersisa Evan dengan sosok seperti anak kecil yang diomeli Emaknya karena mencoret-coret dinding menggunakan lipstik kesayangan milik Si Emak.
"Lo pikun atau gimana sih Van? Lo janji jemput Gue ntar sore! kenapa Lo malah jemput Gue sekarang?" teriak Shasa menolak permintaan Evan untuk pulang ke markas.
Yap benar sekali! selama ini Shasa tinggal bersama sebagian anggota Mafia beserta Evan di sebuah Markas yang terletak ditengah-tengah hutan lebat.
Semua ini ia lakukan demi menghindari kejaran para musuh yang tidak ada henti-hentinya. Shasa juga tak ingin kejadian orang tuanya dulu terulang kembali pada dirinya dan anggota Mafia yang tengah dipimpinnya .
"Aku tidak mengijinkan Shasa pulang ke rumah, karena tempat yang kau injak sekarang adalah rumah Shasa juga!" tutur Raihan melerai perdebatan antara Shasa dan Evan, di detik itu juga tangan Evan mengepal kuat. Amarah tadi pagi saat menghajar Raihan muncul kembali mendengar kalimat larangan dari mulut Raihan.
"Lo pikir, Lo siapa hah!"
Evan mencengkram kerah baju Raihan, memandang Raihan dengan tatapan menghina. Sama seperti kejadian tadi pagi, Raihan hanya diam lalu menjawabnya dengan santai.
"Saya suaminya"
Plak, bagaikan terbang di langit ketujuh lalu terjatuh ke dasar bumi, hati Evan sedikit tersentil mendengar pernyataan Raihan barusan. Tetapi bukan Evan jika diam tak membalas kalimat Raihan yang membuat amarahnya semakin meletup-letup.
"Memang benar kau adalah 'SUAMI' dari Shasa tetapi semua itu hanya 'STATUS', sedangkan Gue adalah sahabat Shasa sejak dia baru di lahirkan" teriak Evan lantang tepat di depan wajah Raihan.
"EVAN!"
Shasa kembali berteriak menenangkan emosi Evan yang tidak bisa di kendalikan, ia tak mau kejadian tadi pagi terulang dan menyebabkan keributan di sekitar kompleks. Sekali mendengar teriakan Shasa, Evan melepaskan kerah baju Raihan lalu menarik napas dalam-dalam.
Tenang Evan jangan sampai Shasa kecewa karena sikap mu! pikir Evan mencoba tetap menahan amarah di depan Shasa.
"Shasa, ingat, kamu sudah menikah denganku dan sekarang kamu sudah menjadi tanggung jawabku!" ucap Raihan menatap lembut Shasa yang masih berdiri di depan pintu.
Shasa tampak sedang menimbang-nimbang ucapan Raihan. Memang benar sekarang ia telah menjadi Nyonya Raihan, tetapi bukankah pernikahan ini hanyalah sebuah keterpaksaan karena Nenek Raihan. Entahlah bagaimana ia mengiyakan permintaan Nenek kemarin.
Lalu disisi yang lainnya, jika ia tetap tinggal bersama Raihan bagaimana dan siapa yang akan memimpin anggota Mafianya?
Evan mengerutkan dahi pertanda tak sabar mendengar jawaban apa yang akan diucapkan Shasa, apakah memilih kembali ke markas atau tinggal bersama Raihan.
Sebagai sahabat Shasa sejak kecil, Evan tak ingin jika Shasa tinggal serumah dengan Raihan. Bagaimana jika terdapat musuh yang menyerang Shasa diam-diam, apakah Raihan bisa melindungi sahabat karib nya itu. Jika di pikir-pikir kembali Raihan tidak akan mungkin bisa melindungi Shasa.
Lagipula tadi pagi saat adu jotos, Evan memenangkan pertarungan sedangkan Raihan terkapar tak berdaya di tanah.
Hanya adu jotos sudah terkapar bagaimana jika beradu senjata api? mungkin Raihan adalah manusia pertama yang akan mati! pikir Evan dalam hati.
"Baiklah, sudah ku pikirkan jawabannya!" ucap Shasa sembari mengangguk mantap, Evan dan Raihan membuka telinga mereka lebar-lebar agar dapat mendengar dengan jelas jawaban yang akan diucapkan oleh Shasa.
"Jadi, Gue bakalan tinggal serumah sama Raihan ta_,"
"Sha! Lo apa-apaan sih, Gue gak setuju!"
Evan menyela kalimat Shasa barusan, tentu saja ia tak terima jika Sahabat satu-satunya tinggal bersama pria tidak berguna seperti Raihan. Sedangkan Raihan, pria itu hanya tersenyum mendengar jawaban Shasa akan tinggal serumah bersamanya.
Jadilah penurut nyonya Raihan!
"Evan, Gue belum selesai ngomong!"
Shasa bersungut-sungut kalimatnya di potong oleh Evan dan Evan juga sudah mengeluh duluan karena jawaban yang ia berikan. Padahal kalimatnya belum semua ia ucapkan.
"Jadi, Gue bakal tinggal di rumah Raihan selama seminggu doang, abis itu Gue bakalan pulang sama Evan!" tutur Shasa tak terbantahkan, kekecewaan di wajah Evan menghilang berganti dengan senyuman puas mendengar jawaban mantap dari Shasa.
Di saat itu juga senyuman di bibir Raihan perlahan menghilang, berganti dengan wajah kecewa. Tetapi dalam hatinya ia berjanji akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan hati Shasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments