Mafia Queen Menikah Dengan Ustadz
"Saya terima nikah dan kawinnya Queensha Zeline dengan seperangkat alat sholat dan cincin senilai 3 gram dibayar tunai"
"Saaaaah!!"
Terdengar suara 'Sah' mengalun memenuhi ruang tamu Raihan. Pak penghulu membacakan doa kemudian diaminkan oleh beberapa orang yang hadir dalam acara ijab qobul sederhana itu.
Mungkin ini sudah takdir Raihan menikah dengan Queensha, gadis asing yang tidak ia kenal dan tidak pernah ia temui sebelumnya. Tetapi saat ia bertemu dengan Queensha untuk kali pertama, gadis itu malah menjadi pendamping hidupnya.
Raihan memberikan seperangkat alat Sholat kepada Shasa, lalu memasang cincin seberat tiga gram di jari manisnya. Shasa membalas dengan mencium punggung tangan Raihan, suaminya.
Masih sulit di percaya, Queensha Zeline atau yang lebih akrab dipanggil Shasa itu menikah dengan seorang Ustadz yang terkenal akan kealimannya. Sedangkan dirinya sendiri adalah seorang Mafia Queen, kekuasaan dan kekuatannya lah yang membuatnya menjadi pimpinan yang sangat disegani oleh bawahannya.
Hingga suatu hari Shasa mengalami guncangan keras ketika mendengar keluarganya tewas karena kecelakaan. Sebuah kecelakaan yang memang sudah direncanakan oleh musuh mereka di dunia Mafia. Shasa berjanji kepada dirinya sendiri untuk membunuh dalang dari pembunuhan orang tuanya.
Mengapa Raihan dan Shasa bisa berakhir di pelaminan?
Flashback On
Satu hari yang lalu
Udara sejuk dipagi hari membuat siapapun tergoda untuk keluar rumah, termasuk seorang gadis yang tengah dilanda rasa bahagia itu.
Gadis itu sedang duduk sendirian di tepi Danau tepat di bawah pohon rindang. Tangannya sibuk melempar bebatuan kecil kearah danau, sedangkan tatapan matanya terfokus pada beberapa orang yang sedang bersepeda di seberang danau kecil itu.
"Huuuuft"
Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu selama satu pekan ini muncul juga, Shasa bisa bersantai di tepi danau untuk menghirup udara segar. Dua pekerjaan yang sekaligus ia lakukan itu cukup menguras tenaga, apalagi pekerjaannya memiliki dua bidang yang berbeda.
Satu pekan ini dirinya fokus terhadap tanggung jawabnya sebagai seorang Mafia Queen, yaitu merencanakan sekaligus mengawasi langsung bawahannya menyelundupkan senjata ilegal ke berbagai negara.
Semua keberhasilannya tentu saja di bantu oleh anggota dan sahabatnya. Evan, sahabat Shasa sejak kecil yang kemudian ikut menggeluti dunia Mafia bersama dengannya.
Evan adalah sahabat sekaligus rekan kerja yang selalu menemani Shasa di saat suka maupun duka, membuat Shasa merasa nyaman dan terlindungi setiap bersama dengan sahabatnya itu. Bahkan Shasa sudah menganggap Evan sebagai kakak kandungnya sendiri.
Hembusan angin semakin kencang meniup pepohonan, semula matahari yang bersinar cerah kini tak lagi menampakan diri. Awan-awan hitam mengumpul menjadi sebuah gumpalan hitam disertai petir menyambar.
Tetesan air dari gumpalan awan hitam itu mulai turun membasahi apa saja yang berada dibawahnya.
Kicauan burung tak lagi terdengar, yang ada hanya teriakan para manusia yang mulai basah terkena air hujan.
Minggu pagi yang indah kini berganti menjadi minggu yang menjengkelkan bagi sebagian orang, tetapi tidak bagi Shasa. Bukannya menepi Shasa malah menikmati tetesan air hujan turun di wajahnya, rasanya dingin namun menyenangkan.
Cuaca semakin memburuk, Shasa berlari lalu menepi di halte dekat jalan raya. Mungkin karena terlalu lama menikmati dinginnya air hujan, Shasa sampai tidak sadar jika dirinya sendirian ditempat sepi ini. Bahkan tidak terlihat satupun orang yang berada di sana.
Shasa merogoh kantung celananya untuk mengambil handphone miliknya. Namun belum sempat jemarinya menyentuh benda berbentuk persegi itu, teriakan keras terdengar sangat nyata di telinganya.
"Toloooong!!!"
Samar-samar terlihat sebuah mobil box yang melaju kencang meninggalkan seorang Nenek tua yang tergeletak tak jauh dari aspal jalan.
Tak ada satu orang pun yang melihat kejadian itu, hanya Shasa satu-satunya manusia yang berada di dekat lokasi kecelakaan. Sedangkan Shasa hanya diam memandangi Nenek itu tak sadarkan diri, tak ada yang menolong.
Ini bukan sifatmu jika kau menolong Nenek itu!
Kasihan Nenek itu, jika mati bagaimana?
Shasa tidak sekejam itu, dia berlari mendekati Nenek yang wajahnya telah pucat pasi. Shasa berteriak sekencang mungkin untuk meminta tolong, tetapi nihil. tidak ada seorangpun yang mendengar teriakan Shasa, sedangkan hujan semakin deras disertai suara petir menggelegar yang memekakkan telinga.
Beberapa menit kemudian ambulance datang membawa masuk Nenek dan Shasa. Untung Shasa cerdas, ia menelpon rumah sakit untuk mengirim ambulance di tempat kejadian kecelakaan.
***
Tubuh Shasa menggigil terkena hembusan AC di depan ruang IGD. Pakaiannya yang basah terkena air hujan membuat Shasa semakin kedinginan dan merasa tak nyaman.
Besok Aku pasti demam! rutuknya dalam hati.
Suara langkah kaki terdengar sangat jelas mendekat kearah Shasa, tiba-tiba sebuah jaket menempel sempurna di punggungnya.
Seseorang memakaikan jaket ke tubuhnya. Shasa mendongak keatas, terlihat seorang pria memakai sarung dan hodie berwarna abu-abu berdiri tepat disampingnya.
Shasa ikut berdiri hendak melepas jaket di tubuhnya namun dicegah oleh pria pemilik jaket itu.
"Pakai saja! kau terlihat kedinginan" ujar pria itu menahan tangan Shasa yang hendak melepas jaket yang diberikannya.
Shasa kembali duduk tanpa menghiraukan pria disampingnya, dia terlalu malas untuk meladeni pria asing disampingnya ini.
Tetapi disisi lain Shasa juga merasa lega karena rasa hangat dari jaket ini mampu mengusir hawa dingin yang sejak tadi membuatnya menjadi kedinginan.
"Namaku Raihan, orang yang kamu tolong adalah Nenek saya"
Oh, Shasa kini tak perlu repot-repot menunggu orang yang sedang sekarat di ruangan IGD jika keluarganya sudah datang.
Shasa berdiri melempar jaket yang dikenakannya ke arah Raihan. Tidak ada ucapan terimakasih yang keluar dari bibirnya, hanya seulas senyum sinis yang ia tampilkan.
Saat langkah Shasa berada tepat di depan pintu IGD, seorang dokter membuka pintu dengan tersenyum sekilas.
Merasa penasaran dengan apa yang akan di ucapkan oleh dokter paruh baya itu, Shasa berhenti melangkah lalu berbalik menghadap sang dokter.
"Bagaimana keadaan Nenek itu?"
"Bagaimana keadaan Nenek saya?"
Sontak Raihan dan Shasa saling bertatapan disaat mereka mengucapkan kalimat yang sama di waktu yang bersamaan.
Oh astaga sejak kapan Shasa menjadi orang yang peduli dengan kehidupan orang lain.
"Keadaannya tidak terlalu baik, dampak benturan pada kepalanya mengakibatkan cidera kepala walaupun tidak terlalu parah"
Setelah menjelaskan keadaan pasien, dokter itu pergi meninggalkan Shasa dan Raihan yang masih berdiri mematung di depan pintu ruang IGD.
Tanpa aba-aba tangan Shasa menggenggam gagang pintu stainless itu. Pada detik yang bersamaan tangan Raihan juga memegangnya. Tetapi karena tangan Shasa lebih cepat memegang gagang pintu, tangan Raihan malah menyentuh punggung tangan Shasa.
Ck!
Shasa berdecak kesal lalu dengan cepat membuka pintu, tampak sebuah ruangan bercat warna putih lumayan luas.
Ditengah-tengah ruangan tersebut terdapat ranjang dan seorang wanita tua yang tengah berbaring diatasnya. Disamping kanan dan kirinya terdapat alat-alat rumah sakit yang satupun Shasa tidak ketahui namanya.
Raihan berjalan cepat menemui Neneknya, terlihat segurat kesedihan muncul diwajahnya. Begitupun dengan Shasa, ia nampak iba dengan pemandangan didepannya saat ini.
Sekelebat bayangan beberapa tahun yang lalu muncul dibenaknya, disaat ia menangis histeris melihat kedua orang tuanya terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit dan sudah tidak bernyawa.
Tak terasa buliran bening menetes di sudut matanya. Queensha menangis? ini sangat mengejutkan, seorang Mafia Queen menangis hanya karena sekelebat ingatan di masa lalu.
"Nak kemarilah!"
Suara lirih dan terdengar memilukan itu memanggil Shasa yang masih berdiri tegak di ambang pintu.
Shasa mengusap air mata di sudut matanya lalu mengerjap beberapa kali, seolah tak terjadi apapun dengannya. Shasa berjalan mendekati Nenek Raihan, mungkin Nenek itu akan mengucapkan terimakasih kepadanya.
"Terimakasih Nak, mau menolong Nenek"
Shasa hanya tersenyum sekilas lalu di balas dengan senyuman ikhlas dari sang Nenek.
"Bolehkah Nenek meminta satu bantuan lagi?"
Shasa mengerutkan dahinya, ia mencoba menerka-nerka bantuan apa yang akan diminta oleh Neneknya Raihan, apakah sebuah tanggung jawab besar?
Perasaan Shasa mulai tidak enak ketika melihat sang Nenek tersenyum lembut ke arah Raihan.
"Tolong menikahlah dengan cucu saya, dia anak yang baik, saya pastikan dia tidak akan mengecewakan mu Nak!"
Bagai tersambar petir tubuh Shasa mematung mendengar permintaan Nenek Raihan.
Tidak hanya Shasa yang terkejut, namun Raihan juga ikut terkejut mendengar permintaan Neneknya saat ini.
Apa yang terbayang di pikiran Nenek saat ini?
Raihan belum sepuluh menit bertemu dengan perempuan di sampingnya ini. Namanya saja ia tidak tahu, apalagi menikahinya, menjadikan wanita ini sebagai pendamping hidupnya sampai ajal menjemput.
Shasa masih diam membisu, tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Kumohon Nak, tolong Nenek, mungkin ini permintaan terakhir Nenek"
Wajah memelas serta air mata yang bisa saja jatuh setiap saat membuat Shasa semakin tak tega. Apalagi setelah mendengar jika ini adalah permintaan terakhir sang Nenek.
Dengan beribu keraguan dan kebimbangan, Shasa mengangguk pelan menyetujui permintaan Nenek yang sama sekali tak ia kenali itu.
Seolah permintaan Nenek Raihan adalah petunjuk untuk merubah hidup monotonnya menjadi lebih berwarna dan ceria. Tatapan Nenek itu meneduhkan dan cukup berhasil membuat Shasa merasa yakin akan keputusannya menikah dengan Raihan.
Sementara itu Raihan masih terdiam mengawasi dua perempuan di hadapannya.
Apabila wanita di sampingnya mau menerima permintaan terakhir sang Nenek, apakah dirinya bisa menolak? tentu saja tidak, ia akan melakukan apapun untuk melihat Nenek bisa tersenyum bahagia. Termasuk menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia kenal.
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
nuraeinieni
aq mampir thor
2024-03-22
0
Sa Id
ok
2023-04-06
0
Chandra Dollores
tanpa tedeng aling aling
parkir, jejali like, dorong ke keranjang favorit, vote, ke garis finish ini malam juga!
author: woyy klo peluru vote adanya Senin, jan bote-bote ya, jan ngaku2, ini hari apa...!!!
aq: siap baca eh maksudnya siap salah
2021-11-24
1