Rencana Tama 2

Di perjalanan.

Tama menyalakan siaran radio untuk mencari informasi soal lalu lintas. Siaran radio ternyata membantu Tama, dengan berita bahwa jalur menuju kota J di tutup sementara karena hujan semakin deras dan akan di buka lagi besok pagi.

“Nona Kinan tidak perlu khawatir, saya akan bertanggung jawab karena sudah mengajak Nona bareng kita tadi” ucap Tama, sambil melihat Adnan memohon maaf atas kelancangannya saat ini. Adnan hanya melotot dan menggelengkan kepala melihat kelakuan bawahannya yang semakin seenaknya saja di depannya.

“Apa tidak apa-apa, saya ikut dengan kalian?” tanya Kinan.

“Tentu saja tidak, ya kan tuan Adnan” ucap Tama kepada Adnan.

“Terserah” jawab Adnan. “Jangan banyak bicara, segera cari hotel” perintah Adnan.

“Baik Tuan” jawab Tama.

.

.

.

.

Tidak lama Tama sudah menemukan hotel yang dirasa cukup memenuhi syarat tuannya tersebut. Tama segera masuk ke dalam hotel yang di ikuti Kinan dari belakang. Sedangkan Adnan memilih untuk menunggu di sofa yang tersedia di hotel.

“Maaf Tama, apa bisa mencarikan aku hotel yang lain. Aku tidak ada uang untuk menginap di sini” ucap Kinan bisik-bisik kepada Tama.

“Nona Kinan tidak perlu membicarakan soal biaya, semua sudah saya atur. Percayalah kepadaku” jawab Tama.

“Tapi” ucap Kinan tidak enak.

“Nona tunggu di sini, saya akan mengurus kamar terlebih dahulu” ucap Tama.

Di sofa tamu sepasang mata sedang mengawasi.

“Lihat saja kalau istrimu sampai tahu, habis kamu” ucap Adnan yang tidak suka melihat Kinan dan Tama sedekat itu, dengan alasan yang tidak jelas.

Di meja resepsionis, Tama sedang memesan tiga buah kamar. Namun yang tersedia hanya satu Kamar VVIP, yaitu dalam satu kamar hotel ada dua kamar tidur terpisah. Tama dengan terpaksa menerimanya. Dia meminta pengurus hotel untuk menyiapkannya. Dan Tama pergi melapor kepada Adnan. Apapun omelan dari tuannya, Tama sudah siap menerimanya.

Adnan hanya diam, mendengar ucapan Tama soal kamar yang di dapat malam ini. Adnan tidak bisa menolak, karena malam ini hujan benar-benar lebat, dia tidak mau keluar masuk hotel hanya untuk semalam saja. Malam ini dia harus istirahat, karena besok pagi dia harus pergi lagi.

Sampai di dalam kamar, Adnan melihat-lihat kamar dan memilihnya, setelah memutuskan Adnan masuk ke dalam kamar dan mengunci kamarnya. Kinan yang semenjak di beri tahu bahwa mereka akan satu ruangan, merasa sedikit tidak nyaman. Tama ekstra keras menjelaskan lagi. Kinan yang sedikit ragu akhirnya menyetujuinya.

"Nona Kinan tenang saja, saya tidak akan berbuat macam-macam kepada anda. Apalagi tuan saya, dia bukan pecinta wanita. Dan saya sudah memiliki istri, bisa-bisa saya di bunuh istri saya kalau saya berani berselingkuh" jelas Tama.

Kinan sedikit lega mendengarnya. Namun pikirannya terhenti saat dia teringat Tama berbicara soal tuannya. "Tidak mungkin dia tidak playboy" batin Kinan.

"Ada yang ingin anda bicarakan Nona?" tanya Tama saat melihat ekspresi Kinan yang aneh.

"Tidak, tidak ada" jawab Kinan gugup.

"Baiklah Nona, silahkan beristirahat kalau begitu. Saya mau laporan dulu sama istri" ucap Tama.

"Silahkan" ucap Kinan yang kemudian masuk ke dalam kamar.

Kinan merasa lelah sekali, dia memilih untuk segera beristirahat secepatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

pagi hari.

Kinan terbangun setelah mendengar pintu kamarnya di ketuk.

"Nona Kinan" panggil Tama.

"Iya" jawab Kinan.

"Maaf nona, lima menit lagi kita berangkat" ucap Tama.

Membuat Kinan segera bangun dan membuka pintu.

"Maaf Tama, apa bisa sepuluh menit lagi" pinta Kinan.

"Baiklah, dan ini baju ganti anda" ucap Tama sambil menyerahkan paper bag.

"Terima kasih Tama" ucap Kinan, karena dia benar-benar membutuhkan baju ganti.

"Sama-sama Nona" ucap Tama.

Kinan kembali masuk dan mengunci pintu kamarnya, dia segera mandi dan berganti pakaian. Kinan keluar kamar setelah selesai mandi dan berganti baju. Tanpa riasan Kinan lebih cantik, dan membuat Adnan terpesona, namun dengan cepat Adnan menyadarkan dirinya.

"Wah nona Kinan cantik sekali" ucap Tama, yang disengaja untuk memanasi tuannya.

"Ingat istri di rumah" ucap Adnan penuh penekanan.

"Masa tidak boleh memuji, kalau memang benar-benar cantik" ucap Tama memanasi Adan lagi.

"Terima kasih Tama" ucap Kinan.

"Tidak perlu sungkan nona" jawab Tama.

"Mau sarapan sama pujian atau makanan" ucap Adnan yang tiba-tiba menengahi.

"Makanan lah tuan, apa kenyang kalau makan pujian" jawab Tama.

"Makan kalau begitu, jangan banyak bicara. Kita harus berangkat secepatnya" perintah Adnan.

"Baik tuan" jawab Tama.

Tama kemudian mempersilahkan Kinan untuk sarapan. Kinan hanya memakan roti dan mengambil segelas jus, padahal makanan yang tersaji begitu banyak di atas meja.

Lima belas menit berlalu, mereka selesai sarapan.

"Tuan apa kita berangkat sekarang?" tanya Tama.

Adnan melihat jam. "Kita tunggu sepuluh menit lagi" jawab Adnan.

"Baik tuan" ucap Tama.

"Dasar aneh, tadi suruh cepat-cepat makan, sekarang masih nunggu" omel Kinan dalam hatinya.

Kinan beranjak dari kursinya, kemudian beranjak pergi ke taman depan hotel. Namun sebelumnya dia berpamitan kepada Tama.

Sedangkan Adnan hanya melihat, tanpa komentar apapun.

Sepuluh menit kemudian mereka berangkat kembali ke kota J. Dalam perjalanan Kinan banyak diam, karena dia duduk di sebelah Adnan. Tama yang ingin sekali berbicara selalu di hentikan Adnan. Akhirnya Tama pun menyerah untuk tidak berbicara, dia fokus untuk menyetir. Sampai ponsel pribadi Tama berdering.

"Baiklah, aku sampaikan ke tuan Adnan" ucap Tama.

Tama mematikan sambungan teleponnya.

"Ada apa?" tanya Adnan.

"Maaf tuan, untuk acara nanti malam tuan harus membawa pasangan" jelas Tama.

"Pasangan apa?" tanya Adnan.

"Wanita" jawab Tama.

"Wanita, buat apa?" tanya Adnan.

"Ada pesta dansa tuan" jawab Tama.

"Aku ke sana untuk bekerja bukan untuk berdansa" ucap Adnan dengan nada yang kesal.

"Tapi tuan, itu syarat dari tuan Joko" ucap Tama.

"Kamu urus saja" perintah Adnan.

"Sudah" jawab Tama.

"Apanya yang sudah?" tanya Adnan.

"Pasangan buat tuan" jawab Tama.

"Siapa?" tanya Adnan.

"Sebelah tuan" jawab Tama.

"Apa" ucap Adnan dan Kinan bersamaan.

"Wah kompak sekali" goda Tama.

"Tama jangan asal kalau memilihkan pasangan untuk ku" ucap Adnan.

"Emang kenapa dengan nona Kinan tuan, dia cantik dan pintar" ucap Tama. "Lagian tuan sudah mengenal nona Kinan beberapa hari ini, pasti nanti tuan dapat berkomunikasi dengan baik" jelas Tama.

"Tapi Tama aku belum setuju" ucap Kinan.

"Oh Nona Kinan tidak mau ya membantu Tuan saya?" tanya Tama membuat Kinan serba salah.

"Bukan begitu, tapi" ucap Kinan terputus saat Tama meyakinkannya.

"Bagaimana tuan?" tanya Tama.

"Terserah" ucap Adnan.

"Baiklah, tuan terima beresnya saja nanti malam" ucap Tama.

Adnan hanya menggelengkan kepalanya.

.

.

.

.

.

.

.

bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!