Aku Dan Bos Ku
Nama Kinan Ranjana, usia dua puluh tiga tahun. Bekerja di sebuah perusahaan kecil, dengan jabatan yang biasa-biasa saja. Gaji yang Kinan terima cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kinan di besarkan di panti asuhan sejak kecil. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan waktu dia masih kecil. Setelah Kinan bekerja, dia memutuskan untuk menyewa sebuah kos-kosan kecil yang dekat dengan kantor, supaya memudahkannya untuk bekerja. Namun Kinan tidak pernah melupakan panti asuhan, dimana bibi dan saudara-saudara senasib dengan nya tinggal. Setiap akhir bulan, Kinan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk bibi dan saudara nya di panti asuhan. Ya begitulah hidup Kinan tidak ada yang istimewa sama sekali.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi, seperti biasa Kinan bangun dan mandi. lima menit kemudian Kinan selesai mandi, dia memutuskan memasak nasi goreng, karena sisa nasi kemaren masih ada. Kinan setiap hari memasak untuk menghemat pengeluarannya, walaupun cuma memasak telur goreng sebagai lauk. Kinan bukan orang yang pilih-pilih soal makanan, karena di panti asuhan Kinan tidak bisa memilih makanan, apapun yang di masak oleh bibi di sana Kinan harus memakannya, kalau tidak mau kelaparan.
Jam tujuh Kinan sudah siap untuk berangkat bekerja. Setiap hari dia berangkat dengan berjalan kaki. Kinan tidak sanggup membeli kendaraan. Untung jarak dari kos-kosan ke kantor dekat, hanya sepuluh menit berjalan kaki.
"Bekal dan minum sudah siap, lebih baik aku berangkat sekarang" ucap Kinan pada diri sendiri.
Tak lupa Kinan mengunci pintu kos nya sebelum berangkat kerja, tak lupa dia mengecek stop kontak listrik kosnya apa sudah di cabut apa belum. Setelah semua di rasa aman, Kinan berangkat bekerja.
Udara pagi ini cukup dingin, karena semalam hujan turun cukup deras. Jalanan cukup satu saja masih, banyak air yang menggenang. Saat Kinan berjalan tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju di sebelah Kinan.
Baju Kinan basah dan kotor terkena cipratan air yang menggenang.
"Dasar gila" teriak Kinan kesal.
Namun teriakkan Kinan tidak ada artinya, karena yang mengendarai mobil sudah jauh dari pandangan Kinan.
"Bagaimana ini" ucap Kinan melihat bajunya basah dan kotor. "Kalau pulang dan ganti baju, waktunya sudah tidak memungkinkan lagi" tambahnya. "Tapi kalau pergi kerja dengan pakaian seperti ini, juga tidak bisa" ucap Kinan yang semakin resah. "Ah sial" ucapnya frustasi.
Kinan memutuskan untuk terus bekerja, apapun resikonya akan dia terima hari ini. Dia juga berdoa semoga atasannya tidak menyadarinya. Lima menit kemudian Kinan sampai di kantor tempat dia bekerja.
"Kinan ada apa dengan bajumu, kenapa basah dan kotor seperti itu?" tanya teman kerja Kinan.
"Kena genangan air waktu berangkat" jawab Kinan.
"Kenapa tidak pulang, dan ganti baju?" tanya teman kerja Kinan.
"Buang-buang waktu" jawab Kinan. hei/eh pak Danang apa sudah datang?" tanya Kinan.
"Sudah, dia ada di kantornya" jawab teman kerja Kinan.
"Tumben pagi?" tanya Kinan.
"Hari ini bos besar datang, jadi pak Danang datang lebih pagi" jawab teman kerja Kinan.
Kinan hanya mengangguk.
Jam kerja pun tiba, Kinan mulai membuka file-file dan menyalakan komputer. Tak lama Kinan sudah di sibukkan dengan menyalin data di file-file ke dalam komputer.
.
.
.
.
.
.
Di ruangan lain.
"Selamat pagi tuan" ucap Pak Danang kepada seseorang yang baru saja datang.
Namun tidak ada jawaban.
"Maaf Tuan mau minum apa?" tanya Pak Danang dengan sopan.
"Kedatangan ku bukan untuk minum. Serahkan laporan tahun ini sekarang juga" ucap seseorang yang di panggil Tuan Pak Danang.
"Baik Tuan Adnan" ucap Pak Danang.
Adnan Baldwin seorang pengusaha sukses, namun tidak di iringi dengan kisah cinta yang sukses. Banyak memiliki anak perusahan, namun di umur yang sudah tidak muda lagi dia masih belum menikah. Tidak percaya apa itu cinta, apa itu pernikahan. Dia di besarkan dalam keluarga yang berantakan, orang tua bercerai dan kemudian di tinggal mati ibu nya. Sedangkan ayahnya tidak di ketahui keberadaannya. Hasil yang Adnan dapatkan sekarang adalah hasil jerih payahnya. Sejak ibunya meninggal Adnan tidak melanjutkan sekolah, dia memilih bekerja sana sini dan belajar berbisnis. Di hidupnya, sukses adalah tujuan utama nya, dengan begitu saat dia bertemu dengan ayahnya dia dapat menatap ayahnya dengan penuh percaya diri, bahwa anak yang dia tinggalkan bisa sukses tanpa dukungan dari ayahnya sama sekali.
"Tuan silahkan dokumennya" ucap Pak Danang sambil menyerahkan map yang berisikan dokumen-dokumen penting.
Adnan menerima map tersebut dan langsung pergi dari ruangan pak Danang. "Aku akan memeriksa dokumen ini, jika ada sesuatu yang janggal dalam laporan mu, bersiaplah akan konsekuensi yang akan kamu terima nanti" ucap Adnan sebelum keluar dari ruangan pak Danang dan pergi dari kantor anak buahnya tersebut.
Adnan di kenal sangat tegas dan teliti, tidak ada yang bisa lolos dari pengamatannya. Hal terkecil apapun dia akan tahu. Adnan juga di kenal bos yang sangat kejam dalam dunia bisnis. Semua mengatakan bahwa Adnan lebih kejam dari bos mafia manapun dalam menghukum karyawan yang sudah berbuat curang kepadanya.
"Baik tuan" ucap pak Danang.
Setelah Adnan keluar, pak Danang merasa sangat lega, namun masih ada rasa khawatir soal laporan tahunan.
"Semoga tidak ada kesalahan" doa pak Danang dalam hatinya.
Lega belum hilang ponsel milik pak Danang berbunyi. "Halo tuan" ucap pak Danang untuk memulai percakapan.
"Baik tuan" jawab pak Danang saat seseorang yang menelpon berbicara.
Setelah sambungan telepon putus pak Danang bergegas pergi keluar untuk mencari seseorang yang akan dia suruh untuk melaksanakan tugas.
"Kinan" panggil pak Danang.
"Ya pak" jawab Kinan yang merasa namanya di panggil.
"Antar dokumen ini ke kantor pusat tuan Adnan sedang membutuhkannya" perintah pak Danang.
"Tapi pak" jawab Kinan.
"Tidak ada tapi-tapian. Kamu harus berangkat sekarang. Saya tidak mau sampai tuan Adnan marah cuma gara-gara tapi kamu" ucap pak Danang sedikit meninggi.
"Baik pak" ucap Kinan yang tidak mau membantah lagi.
Sebenarnya Kinan tidak mau menolak perintah atasannya, tapi hari ini pakaiannya basah dan kotor. Apa pantas dia pergi ke kantor pusat dengan pakaian seperti ini.
"Apa aku pulang dulu ya, mengganti pakaian baru mengantar dokumen ini" batin Kinan. "Tapi kalau pulang dulu aku harus bayar taksi dua kali, sedangkan uang dari kantor hanya cukup untuk pergi dan pulang dari kantor pusat" tambah batin Kinan.
"Ah aku kan cuma mengantar dokumen, paling-paling cuma sampai bawah saja. Tidak mungkin sampai bertemu dengan bos besar" ucap Kinan.
Setelah penuh drama, Kinan pun berangkat menuju kantor pusat. Lima belas menit kemudian Kinan sampai di kantor pusat. Gedung yang menjulang tinggi ke atas dan megah. Kinan memperhatikan bangunan tersebut dengan penuh kagum. Dia tidak menyangka kantor pusat sangatlah besar dan megah.
"Selamat siang nona" sapa satpam saat membukakan pintu.
"Selamat siang pak, saya Kinan dari kantor cabang Barat" jawab Kinan.
"Maaf nona bisa tunjukkan kartu identitas anda?" tanya satpam.
"Bisa, tunggu sebentar" jawab Kinan.
Kinan mengambil kartu identitasnya di dalam tas, kemudian menyerahkan kartu identitasnya kepada satpam. "Silahkan pak" ucap Kinan.
Satpam kemudian mempersilahkan Kinan masuk ke dalam gedung, setelah selesai mengecek kartu identitas Kinan dan mengembalikan lagi kepada Kinan. Untungnya sebelum pergi Kinan meminjam jaket milik teman kerjanya, untuk menutupi pakaian yang kotor tadi.
Kinan kemudian menuju meja resepsionis, dia bertanya kepada resepsionis apakah dia bisa bertemu dengan atasan mereka. Namun resepsionis tidak bisa memberikan ijin Kinan menemui atasan mereka dengan alasan apapun. Kinan terpaksa hanya menitipkan dokumen tersebut kepada resepsionis. Sebelum pergi Kinan memberi kabar kepada pak Danang soal dia menitipkan dokumen kepada resepsionis, serta memberitahu siapa nama resepsionis tersebut kepada pak Danang. Tak lupa Kinan memberikan alasan kenapa dia tidak menyerahkan sendiri dokumen tersebut kepada Bos pusat.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments