Setelah mengantar dokumen Kinan berencana kembali ke kantor, namun tiba-tiba bruk Kinan pingsan di pinggir jalan.
Seseorang kemudian membawa Kinan ke rumah sakit. Sesampai nya di rumah sakit Kinan segera di beri pertolongan pertama.
"Maaf tuan, apa tuan suaminya?" tanya dokter kepada orang yang membawa Kinan.
"Bukan, saya hanya membantu membawanya ke sini. Kami tidak saling kenal" jawab orang yang membawa Kinan.
"Baiklah, kalau begitu saya akan menelpon keluarganya" ucap dokter.
"Silahkan" ucap seseorang tersebut.
Beberapa saat kemudian Kinan bangun dari pingsan. "Syukurlah anda sudah siuman" ucap suster yang sedang mengontrol.
"Maaf ada apa dengan saya ya?" tanya Kinan.
"Nona anda pingsan tadi, dan untungnya ada orang yang baik hati mengantar anda ke rumah sakit" jawab suster.
"Dimana orangnya?" tanya Kinan. "Saya mau berterima kasih kepadanya" tambah Kinan.
"Maaf nona orang itu sudah pergi setelah menyelesaikan administrasi anda" jawab suster.
"Maaf suster apa dia meninggalkan identitas?" tanya Kinan.
"Coba saya bantu cek kan di bagian admistrasi nanti. Dan lebih baik nona beristirahat" ucap suster.
Mau tidak mau Kinan menuruti perkataan suster. Jujur saja sebenarnya Kinan sudah merasakan demam sebelumnya, namun Kinan tidak menghiraukannya. Baginya sebelum tumbang, dia akan tetap berusaha.
.
.
.
.
.
.
.
"Lama sekali" bentak seseorang yang sedang menunggu di dalam mobil.
"Maaf tuan" ucap orang yang menolong Kinan.
Mobil kemudian melaju meninggalkan rumah sakit.
.
.
.
Malamnya Kinan sudah di ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kinan kembali ke kos-kosannya dengan taksi. Badannya sudah membaik setelah minum obat yang di berikan dokter dan beristirahat beberapa jam tadi.
"Bisa-bisanya aku pingsan di pinggir jalan" omel Kinan saat dirinya sudah berada di kos. "Kalau tidak ada yang menolongku tadi, bagaimana coba" tambah Kinan yang tidak berani berpikir macam-macam lagi.
Kinan mencoba untuk tidur, namun matanya masih segar karena siang terlalu banyak tidur. Kinan bangun, kemudian menuju balkon kos-kosannya. Kinan beruntung memperoleh kos-kosan yang memiliki balkon, walaupun balkonnya kecil tapi nyaman bagi Kinan untuk nongkrong sambil minum soda dan mendengarkan musik.
“Lapar di saat yang tidak tepat” ucap Kinan segera bangkit dari duduknya menuju dapur mencari sesuatu yang bisa dia makan.
Kinan kesal karena persediaan makanannya sudah habis. “ Jam berapa ini” ucap Kinan sambil merogoh ponsel miliknya untuk melihat jam. “Baiklah” ucap nya kemudian pergi mengambil jaket dan dompet.
Kinan memutuskan pergi ke supermarket, karena dia tidak bisa menahan laparnya lagi. “Untung dapat cuti sehari besok dari kantor” ucap Kinan. Karena Kinan tidak memiliki wali, pihak rumah sakit siang tadi menghubungi kantor tempat Kinan untuk mengabari kalau pegawainya jatuh pingsan. Setelah sadar Kinan juga memberi kabar ke kantor, dan kantor memberikan cuti sehari untuk Kinan beristirahat.
Kinan berjalan menuju supermarket, namun matanya teralihkan saat melihat seorang pria yang mabuk berat dan sedang di hajar preman di pinggir jalan. Kinan yang merasa kasihan segera datang menolongnya. “Hai kalian” ucap Kinan.
“Hai gadis cantik jangan ikut campur urusan” ucap salah satu preman.
“Aku tidak ikut campur, tapi aku tidak senang kalau melihat perkelahian yang tidak adil” ucap Kinan. “Seperti wanita saja” tambah Kinan.
“Cari mati gadis ini” ucap preman yang tidak terima dengan ucapan Kinan.
Seorang preman datang menyerang Kinan, dengan gesit Kinan dapat menangkis pukulan itu dan membalasnya dengan telak mengenai wajah preman yang menyerang Kinan. Preman yang lain marah melihat temannya di pukul wanita, mereka menyerang Kinan bersamaan. Namun lagi-lagi Kinan dapat menghindar dan membalas mereka satu persatu. Tak lama preman tumbang, dan pergi meninggalkan Kinan dan pria yang di hajar tadi.
Melihat preman-preman pergi Kinan mendekati pria yang di hajar tadi untuk melihat keadaannya. “Apa tuan baik-baik saja?” tanya Kinan, namun pria itu tidak menjawab malah pingsan. “Hai tuan jangan pingsan di sini” tambah Kinan yang tidak ada artinya.
Kinan menggotong pria yang tidak dia kenal menuju kursi yang terdekat. Kinan membaringkan pria itu dan segera pergi ke supermarket untuk membeli obat merah dan alkohol untuk mengobati luka pria itu. Tak lama Kinan kembali, dia segera mengobati luka pria itu. “Maafkan saya tuan” ucap Kinan merogoh kantong jas pria yang tidak sadarkan diri. Kinan tidak mendapatkan apapun dari dalam kantong pria itu. “Kenapa sial sekali sih hari ini aku” umpat Kinan kesal. “Apa yang harus aku lakukan, pria ini tidak memiliki identitas sama sekali” ucap Kinan semakin kesal. Namun tak lama datang sebuah mobil mewah, seorang pria turun dan mendekati Kinan.
“Maaf nona, ada apa dengan tuan saya?” tanya pria itu sopan.
“Anda mengenal bapak ini” ucap Kinan sembarangan.
“Iya nona, dia adalah bos saya” jawab pria itu.
“Untunglah, saya pikir saya akan menemaninya sampai sadar. Karena dia tidak membawa identitas sama sekali” ucap Kinan.
“Apa yang sebenarnya terjadi nona?” tanya pria itu lagi.
“Aku tidak tahu pastinya, tapi yang aku tahu dia di hajar oleh preman-preman” jawab Kinan.
“Apa nona yang menolongnya?” tanya pria itu.
“Sudahlah, itu tidak penting. Lebih baik kamu bawa bapak ini ke rumah sakit, siapa tahu kalau ada sakit yang lainnya” ucap Kinan.
“Maaf nona, kalau kita bertemu lagi jangan panggil tuan saya bapak. Saya mohon” ucap pria itu.
“Kita tidak akan bertemu lagi, kamu tenang saja” ucap Kinan pergi begitu saja.
Melihat Kinan pergi pria itu tersenyum. “Pasti kita akan di pertemukan lagi nona Kinan” ucap pria itu.
Pria itu kemudian menggotong tuannya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.
Kinan kembali ke kos-kosan setelah membeli beberapa makanan. Dia membuat mis instan untuk menghilangkan rasa laparnya. Setelah makan Kinan kembali duduk di balkon sambil mendengarkan musik. Dia akan menunggu kantuknya datang sambil menikmati indahnya malam, yang terang oleh sinar bulan.
.
.
.
.
.
Di rumah sakit.
“Tuan, apa tuan Adnan baik-baik saja” ucap seorang pria yang melihat tuannya sadar.
“Kenapa aku di rumah sakit?” tanya Adnan.
“Tuan tidak sadarkan diri, saat saya menemukan tuan di pinggir jalan” jawab bawahannya Adnan.
Adnan diam saja, dia sedang mencoba mengingat semua kejadian yang telah menimpanya tadi. Dia kemudian teringat saat dirinya keluar dari bar dengan keadaan mabuk berat, kemudian dia berjalan tanpa arah dan bertemu dengan preman yang sedang merampoknya. Adnan di hajar, namun dia tidak bisa melawannya karena dalam keadaan mabuk berat. Dan tiba-tiba datang seorang wanita muda dengan beraninya menghajar para preman itu, sampai preman itu kalang kabut meninggalnya dengan wanita itu. Kemudian Adnan tidak sadarkan diri, karena dia tidak bisa lagi menahan kepalanya yang terasa berat. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi, dia sadar sudah berada di rumah sakit.
“Maaf tuan, mabuk tuan kali ini tidak hanya terpengaruh karena alkohol saja, tapi juga karena campuran obat” ucap bawahannya Adnan.
“Apa katamu” ucap Adnan yang tidak percaya.
“Iya tuan. Kayaknya ada orang yang sedang bermain-main dengan tuan” ucap bawahan Adnan.
“Brengsek” umpat Adnan marah.
“Tuan tenan saja, saya sudah menyelidikinya, besok pagi tuan akan mendapatkan kabarnya” ucap bawahan Adnan. “Lebih baik tuan beristirahat, saya akan menunggu tuan di luar” tambah bawahan Adnan.
Adnan tidak menjawab dia kembali berbaring.
“Tama tunggu” ucap Adnan kemudian.
“Iya tuan Adnan” ucap Tama yang tak lain bawahan Adnan.
“Kamu cari tahu wanita yang sudah menyelematkan ku” ucap Adnan.
“Maksud tuan, nona Kinan” ucap Tama yang membuat Adnan bingung.
“Kamu mengenalnya?” tanya Adnan.
“Tidak, kami hanya bertemu dua kali saja” jawab Tama.
“Maksud kamu?” tanya Adnan penasaran.
“Tuan ingat wanita yang pingsan di sebelah mobil kita tadi siang?” tanya Tama.
“Bagaimana tidak ingat, kamu yang membuat paha ku pegal menyangga kepalanya” omel Adnan.
“Ya itu wanita yang membuat paha anda pegal, dia yang sudah menolong tuan tadi” ucap Tama membuat Adnan tidak percaya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments