"Apaan sih, Ma? Ini anting-anting Anggun kesangkut di bajunya. Das cuma mau bantu. Tuh ada yang lain juga." gerutu Das, sembari menunjuk beberapa temannya lain yang ada di tepian kolam renang.
Senja menghembuskan nafas dengan lega. Senja sudah berpikir yang tidak-tidak tadi. Bagaimana tidak, dari tempatnya berdiri Dasen terlihat menahan leher temannya sambil membungkukkan badan.
"Sini, tante saja yang betulin." Senja mendekati gadis bernama Anggun itu dan mencoba melepaskan anting dari sweater rajut yang dikenakan gadis itu.
"Sudah ... sakit tidak?" tanya Senja dengan lembut.
"Tidak, Tante. Terimakasih," ucap Anggun dengan sopan.
"Ya sudah, kalian lanjutkan ... Das, minta bibi ambilkan kue buat temanmu." Senja melemparkan senyum ramahnya pada semua teman-teman Dasen lalu masuk ke dalam kamar yang biasa dia gunakan untuk berolahraga bersama Darren saat menginginkan suasana yang berbeda.
"Das, itu mamamu cakep bener, wangi pula. Papiku kalau ketemu sama mamamu auto betah pasti. Buat jadi bahan nih." teman Dasen yang bernama Niko memuji Senja dengan santainya.
"Bahan-bahan. Kamu kira mamaku Kain," dengus Dasen.
"Kalau aku ijin kemari, bahkan mau nginep ke rumahmu, pasti dibolehin. Tinggal bisikin saja mamanya Dasen cakep abis. Pasti tuh om-om sudah mesam mesem." Niko mengatakan sambil terkekeh.
Zain keluar dari lift. Teman-teman cewek Darren seketika mencoba mencari perhatian.
"Das, pas pembagian stock muka badlooking, kayaknya keluarga kalian nggak ada yang dateng ya. Kalian kenapa keren-keren semua. Kakak kamu keren banget. Biar jauh umurnya, mau dong jadi kakak iparmu," bisik salah seorang teman Dasen dengan asal.
"Ngawur ... sudah punya calon istri. Lagian kalau mau jadi menantu daddyku standarnya tinggi. Jangan mimpi kalau kamu nggak bisa kayak mamaku. Daddyku selalu bilang kalau cari istri minimal yang kayak mama. Nggak akan nyesel katanya," sahut Dasen dengan cepat.
"Aduh?! berat banget, Das. Tapi nggak mau nyerah, ah ... itukan standart papamu. Kali saja mamamu beda," harap Anggun.
"Mumpung masih lama, aku mau banyakin berdoa saja. Tuhan akan mengabulkan seseorang yang berdoa tidak mengenal putus asa. Aku percaya, kekuatan doa bisa sangat luar biasa," sahut teman Dasen dengan wajah ala-ala girband korea.
Titisan Darren itu hanya mencebikkan bibirnya. Membuka baju dan langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang.
Zain masih berusaha mengetuk pintu ruangan di mana mamanya berada.
"Ma ... Mama ... Ini Zain. Boleh Zain masuk?" tanya anak itu dengan hati-hati.
Senja perlahan membuka pintunya dengan lebar. Membiarkan Zain masuk lalu langsung menutup pintunya kembali.
Perempuan itu duduk di tepian ranjang, tiba-tiba, Zain malah merebahkan diri dan menggunakan pangkuan Senja sebagai bantal untuk kepalanya.
"Ma ... pasti pipi mama sakit kan? Harusnya mama biarkan saja Daddy menampar Zain. Karena Zain pantas mendapatkannya."
Senja mengusap rambut anak pertamanya itu. "Tidak seberapa sakit. Lebih sakit mendengar kata-kata kamu, Zain."
"Kalau daddy saja bisa memaafkan Zain, apalagi mama. Pasti sekarang mama mau bilang, tidak perlu minta maaf,Zain. Mama sudah memaafkanmu tanpa kamu meminta." Zain sengaja menirukan suara dan gaya bicara mamanya.
Senja menepuk kening Zain lumayan keras. "Tidak akan."
"Zain, sudah meminta maaf pada daddy."
"Terus?"
"Daddy memaafkan Zain. Asal malam ini Mama kembali ke kamar lantai dua. Daddy juga akan memikirkan kembali restu untuk hubungan Zain dengan Airin. Asal daddy diberi kesempatan dulu untuk mengenal Airin lebih dekat selama tujuh hari."
"Maksudnya?" Senja terlihat bingung.
"Airin akan tinggal di sini selama tujuh hari. Tapi Zain malah disuruh tinggal di apartemen. Sungguh daddy yang aneh."
"Benar, daddymu memang aneh," timpal Senja.
Zain merasa di atas angin. Pasti mamanya akan membuat dia bisa uji coba tinggal seatap bersama dengan Airin. Naluri kenakalan dari Darren sedikit menular di otaknya.
"Kalau menurut mama, seharusnya kamu tidak tinggal di apartemen. Itu sangat tidak adil."
Zain langsung merubah posisinya, seketika dia duduk bersila di atas ranjang. Terlalu bersemangat membayangkan 24 jam kali tujuh hari, terus berduaan bersama Airin. Kesempatan langka dan luar biasa.
"Menurut Mama, lebih baik kamu berada di rumah calon mertua kamu. Itu akan lebih adil. Mama sangat setuju kalau seperti itu."
Zain seketika menelan ludahnya dengan kasar. Ternyata, mamanya jauh lebih kejam dibandingkan sang Daddy. Rasyid juga tak kalah perfeksionis dengan Darren.
"Mama becanda kan?" Zain menatap mamanya dengan wajah memelas.
"Anggep serius, karena nyatanya mama rasa itu paling tepat. Daddymu pasti tidak akan menolak." Senja membuka pintunya lebar. Mengintip Dasen yang masih asik berenang dengan empat teman laki-laki yang lain. Sedang tiga teman gadisnya hanya duduk di pinggir kolam sembari memasukkan sebagian kakinya di air.
******
Di tempat lain, tepatnya di sebuah kafe milik mendiang bundanya Genta. Beyza dan Derya sedang sibuk merayu Rangga--ayah dari Genta. Pria yang semuran dengan Darren itu, masih terlihat ragu-ragu untuk membantu rencana konyol kedua sahabat anaknya.
"Ayolah, Om. Ini kan demi kebaikan. Om, pasti akan mendapatkan pahala yang melimpah karena membantu anak yang sholeh dan sholihah seperti kami,'' rayu Beyza.
"Ini kan bukan kriminal, Om. Lagian tujuan kami mulia kok," tambah Derya.
"Ayah ... Yah ... Bantu mereka ya, please!" Genta ikut merayu. Lalu dia mendekatkan tubuhnya pada sang ayah. "Demi masa depan, Genta. Lihatlah betapa cantiknya Beyza. Jaga jodoh mulai sekarang," bisik Genta dengan suara yang sangat lirih.
Ayah Genta tidak langsung menyetujui, yang akan dihadapinya adalah seorang Darren Mahendra. Bukannya dia takut, karena mereka memang tidak pernah mempunyai keterikatan bisnis. Perusahaan Darren masih berada satu level di atas perusahaan Rangga.
Kembali ke kediaman keluarga Darren Mahendra, teman-teman Dasen sudah pulang. Lantai empat pun kembali sepi. Dasen sekarang hanya bertiga saja bersama Senja dan juga Zain. Menatap langit yang sudah mulai gelap.
"Pipi, Mama masih sakit?" tanya Dasen seraya melihat pipi mamanya yang masih ada jejak jemari Darren.
"Sudah enggak, Sayang. Sudah mama kasih salep."
"Mama jangan dekat-dekat daddy lagi." Dasen merangkul Senja dengan posesif.
"Mana bisa begitu, Das. Sudah kamu jangan ikut berkomentar. Lagian tumben, minggu begini kamu tidak ke luar?" Zain heran, adiknya itu anteng di rumah.
"Lagi dihukum daddy. Tidak boleh keluar. Eh ... ralat, keluarnya boleh, tapi tanpa kartu ATM. Apa gunanya keluar, kalau cuma nongkrong di pinggir jalan."
Senja menggeleng gemas. Dasen benar-benar titisan Darren. Baru grade X, bakat sombong dan angkuh sudah terlihat.
Ponsel Senja bergetar, nomor tidak dikenal tertera di layar ponsel miliknya. Sedikit ragu, perempuan itu menerima panggilan teleponnya.
"Hallo ...."sapanya dengan lembut.
Senja mendengarkan dengan seksama, setiap kata demi kata yang di sampaikan oleh si penelepon. Seketika dia beranjak dan berlari menuruni anak tangga. Senja tidak telaten harus menunggu lift.
"Ask ... Beyza Ask ...." ucap Senja begitu tiba di kamarnya. Terlihat panik, suaranya terdengar sangat bergetar dan terengah-engah.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Gegek Grace
ask ask ask,, jadi bingung. artinya apa
2023-11-13
0
Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐
dasen mom🙈
2023-01-29
0
Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐
dasen
2023-01-29
0