“Pak Rayyan, Anda dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses. Apakah Anda bisa menyebutkan satu orang yang sangat mendukung kesuksesan Anda?” Tanya Alexa, salah satu wartawan majalah Bisnis Asia saat wawancara profil dengan Rayyan.
Rayyan tersenyum, “Satu orang aja, nih? Soalnya pencapaian sekarang ini adalah berkat dukungan banyak orang. Pertama, orang tua, mereka mengajarkan saya untuk selalu punya visi dalam hidup dan mewujudkan visi tersebut dengan cara yang halal dan baik. Lalu ada istri saya yang selalu menginspirasi untuk keluar dari comfort zone dalam berbisnis. Sebagian besar terobosan yang saya lakukan adalah karena dorongan dari istri saya.”
“Apakah istri Anda juga pebisnis?”
“Yup, Anda pernah dengar furniture LINIA? Itu adalah produk istri saya. Awalnya dari ekspor furniture ke beberapa negara di Eropa lalu melebar ke Asia dan Amerika. Kini produk tersebut punya sister company namanya IDEA yang dipasarkan di dalam negeri. Beberapa hotel saya mengambil furniture dari sana. Karena kebetulan konsepnya sejalan.”
Mata Alexa terbelalak. LINIA dan IDEA adalah dua produk yang sedang naik daun. Banyak majalah yang ingin mewawancarai pemiliknya, namun selalu ditolak. Ia berencana untuk meminta Rayyan mengenalkan pada istrinya.
“Pemilik LINIA dan IDEA adalah istri Anda? Wah kapan-kapan boleh dong saya wawancara?”
Rayyan tersenyum, “Istri saya tidak mau diwawancara profil, biasanya beliau akan menyerahkan ke bagian kehumasan untuk lebih mengulas tentang perusahaannya. Tapi kalau Anda penasaran, hubungi saja kantornya.”
“Baik, Pak. Pertanyaan terakhir, menurut Pak Rayyan bagaimana seseorang bisa mencapai sukses?”
“Saya bersyukur dengan apa yang sudah Allah SWT izinkan untuk saya miliki. Apakah itu yang disebut sukses? Saya belum yakin. Saya percaya bahwa kerja adalah ibadah kepada Allah, maka dalam menjalankannya harus dengan halal dan thoyyib. Halal artinya boleh, thoyyib artinya baik.”
“Terima kasih, Pak untuk wawancaranya. Sekarang kami akan melakukan foto sesi. Tim kami akan menyiapkan Bapak sebelum berfoto.”
Wartawan tersebut memberi kode kepada salah satu dari timnya untuk memoles wajah Pak Rayyan. Seorang wanita berparas menarik maju mendekati Rayyan yang sudah kembali sibuk memeriksa email.
“Permisi, maaf saya akan memoleskan bedak ke wajah Bapak.”
Rayyan mendongak sekilas lalu menunduk lagi ke arah tabletnya dan berkata, “Maaf saya akan lakukan sendiri di toilet. Tolong letakkan saja bedaknya di meja saya.”
“Oh baik. Saya taro di sini ya Pak, kalau perlu saya bantu di toilet panggil saja. Nama saya Windi.”
“Terima kasih, saya akan lakukan sendiri, in syaa Allah.” Rayyan menjawab tanpa melihat lagi kepada Windi yang diam-diam mendengus kesal.
“Gue bilang juga apa, orangnya lurus banget.” Cetus Alexa kepada Windi yang sedang manyun.
“Ck, kita liat aja nanti selurus apa dia,” balas Windi optimis.
Pintu ruang kerja Rayyan terbuka. Seorang wanita masuk dan langsung berjalan ke arah Rayyan. Walau berbalut gamis dan hijab panjang, garis cantik masih terpancar jelas.
Rayyan melihat ke arah wanita itu dan matanya langsung berbinar. Ia pun berdiri untuk menyambutnya.
“Assalamualaykum, Mas. Maaf aku telat, tadi Jana dan Kiran nggak mau ditinggal,” ucap Kayla sambil mencium punggung tangan suaminya.
“Waalaykumussalam, nggak telat kok, ini mereka masih setting lampu-lampu. Kamu bantuin aku, ya, kata mbaknya aku harus pakai bedak.” Kayla mengangguk. Mereka berjalan menuju toilet untuk mempersiapkan Rayyan.
Semua tim dari majalah yang bertugas, terutama Windi takjub melihat interaksi mereka berdua yang terlihat mesra.
“Kalah set lu, Win …” Kata fotografer sambil menyiapkan peralatannya. Sesekali mencuri pandang ke arah Kayla.
Windi hanya tersenyum dan membalas “Orang cakep dan kaya bukan cuma Rayyan Rajendra doang, next kita wawancara siapa nih?”
***
Kayla duduk di sofa ruang kerja Rayyan yang masih di sibuk dengan sesi pemotretan. Rayyan meminta Kayla untuk menemani karena risih apabila harus wanita lain yang membedaki dan merapikan pakaiannya.
Alexa mendekati Kayla dan memperkenalkan diri lalu mengutarakan maksud untuk mewawancarainya.
Kayla mengucapkan terima kasih dan dengan halus menolak. “Bu Alexa, saya segan apabila diprofil secara pribadi karena pencapaian perusahaan kami merupakan andil dari banyak pihak. Saya akan merekomendasikan Ibu untuk berbicara dengan Violet, rekan saya yang bertanggung jawab untuk hubungan eksternal. Beliau bisa bicara banyak tentang perusahaan kami.”
Bukan Alexa jika tidak punya akal untuk mengangkap peluang terkait narasumber bermutu. Terlebih kemunculan LINEA dan IDEA sedang trending sementara pemiliknya masih misterius. Akan menjadi nilai plus apabila dialah yang menyebutkan nama pemilik tersebut pertama kali di majalahnya.
“Baik, Bu, saya paham. Kalau saya sebut nama Ibu di profil Pak Rayyan bagaimana, karena tadi beliau sempat menyebutkan Ibu sebagai inspirator dan pebisnis handal.”
Jantung Kayla melambung ke langit ke tujuh. Ia melirik suaminya yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum.
“Kalau suami saya sudah menyampaikan saat wawancara, pasti beliau menganggap itu yang terbaik. Saya in syaa Allah setuju.” Kayla tersenyum lebar melihat suaminya mengedipkan mata padanya.
Sekilas Kayla melihat seorang wanita yang menatap suaminya dengan pandangan terpana.
Alexa yang menyadari kelakuan rekan satu timnya segera mohon diri ke Kayla. Ia mendekati Windi lalu membisikkan sesuatu. Entah apa yang dibisikkannya yang jelas Windi lebih mawas diri.
***
Rayyan dan Kayla sedang berada di mobil menuju pulang usai wawancara dan pemotretan. Mang Ujang, supir setia mereka sedang bergulat melawan kemacetan di sore hari.
“Mas, kamu tadi genit, ya? Itu kok cewek tadi kelihatan klepek-klepek ngeliatin kamu?” Tanya Kayla sambil menjebikkan bibir.
“Tapi aku kan klepek-klepeknya cuma sama kamu, in syaa Allah,” Rayyan sudah menduga Kayla akan menanyakan hal ini. Sifat cemburu istrinya membuat Rayyan makin sayang.
Sebetulnya Rayyan juga sangat pencemburu. Sudah berbalut gamis dan hijab panjang pun Kayla masih tetap terlihat cantik. Tak jarang ia memergoki pria-pria nekat melirik istrinya.
Rayyan bersyukur bahwa walaupun istrinya dari kecil tinggal di luar negeri, namun ia selalu menundukkan pandangan kepada mereka yang bukan muhrim.
Kayla selalu berusaha berdandan sederhana apabila ke luar rumah. Tapi jangan ditanya kalau di dalam kamar tidur, koleksi baju tidur seksinya tidak terhitung.
Kayla selalu berpendapat, “Dandan tuh buat suami. Jangan dibalik. Buat orang lain cantik, buat suami malah awut-awutan.”
“Mas, jangan aneh-aneh ya. Kay sekarang liat kok laki-laki gampang banget mendua dengan dalih poligami itu halal. Lebih parah jika didahului dengan zinah. Memang betul poligami halal, tapi itu adalah solusi untuk problem yang lebih besar, bukan cuman problem syahwat. Bersyahwatlah dengan pasangan halal, ehem ehemnya berpahala.” Kayla setengah berbisik di bagian ehm ehem supaya Mang Ujang tidak dengar.
“Kay sayang, Mas juga nggak ada niatan. Godaan itu kadang datang ke Mas. Seperti yang tadi kamu liat itu. Tapi Mas selalu istighfar dan dzikir supaya terhindar dari maksiat. Ngomong-ngomong itu fotografer juga sampe melotot liatin kamu, loh.” Rayyan mencubit dagu istrinya dan mengarahkan Kayla untuk menatapnya.
Kayla membalas sambil mendengus, “Bodo amat!”
“Kay, nanti malam kita ehem ehem berpahala yuk …” Bisik Rayyan di telinga istrinya.
Pipi Kayla bersemu merah. Mereka sudah menikah lima tahun dan punya tiga anak namun tetap saja kemesraan Rayyan membuatnya klepek-klepek.
Rayyan menatap mata bulat Kayla menunggu jawaban. Kayla menganguk sambil tersipu.
Mang Ujang tersenyum melihat interaksi bosnya. Ia selalu bersyukur mendapatkan bos seperti Rayyan dan Kayla, masih muda, rejeki berlimpah, namun tetap sederhana dan saling setia. Sesuatu yang jarang ditemui akhir-akhir ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Bunda windi❤ 💚
ehh kok ada namaku di sini 🤭...
tapi bukan windi aku yang genit sama Rayyan Key 😂🤭✌✌
2022-10-28
1
Mom FA
salam dari in memories🙏
2022-04-10
1
Aris Pujiono
bikin iri nie😁
2022-04-01
1