Istri Untuk Suamiku

Istri Untuk Suamiku

Bab 1: BFF

Paris, dua puluh tahun yang lalu.

Dua gadis kecil sedang asyik main rumah-rumahan di sebuah kamar bernuansa ungu muda. Mereka mendirikan tenda dari sprei berwarna pink yang dibentangkan di antara dua kursi.

“Kayla, sini masuk aku sudah bikin cupcake.” Gadis kecil bernama Fatin menempatkan sepotong cupcake mainan di atas piring kecil dan pura-pura menuangkan teh ke dalam cangkir.

“Sebentar aku masih belanja sayur.” Gadis kecil bermata bulat dengan manik hitam legam itu menyahut sambil menempatkan sayuran plastik ke dalam keranjang bawaan.

Fatin memunculkan kepalanya dari dalam tenda lalu berkata, “Come on, Kayla, you’re gonna miss the cupcake.”

Kayla bergegas masuk ke dalam tenda lalu pura-pura menyesap teh dan menyantap cupcake. “This is good, Fat. Aku mau lagi dong yang beneran tapinya.” Keduanya tertawa lalu bersama-sama lari ke luar kamar menuju dapur.

“Umi, Fatin dan Kayla laper…” Seorang wanita cantik bernama Fathimah tersenyum pada dua gadis kecil di hadapannya. “Kan, bukannya kamu masak cupcake, Fat,” balasnya sambil mengedipkan mata ke Kayla.

Fatin dan Kayla hanya cengar-cengir. Mata mereka menatap sepiring cupcake warna-warni di atas meja dapur. “Voici, bon appetite mademoisselles.” Ucap Umi berseloroh.

“Merci, Umi,” balas Fatin sambil mengambil cupcake diikuti oleh Kayla.

“Thank you, Aunty,” ucap Kayla sambil menikmati cupcake bertopping gula-gula dan strawberry.

Di apartemen yang hangat itu mereka menikmati hidangan sore. Salju mulai turun, matahari sudah lama bersembunyi walaupun jam baru menunjukkan pukul 17.00.

“Kay, kamu kapan balik ke Indonesia?” Tanya Fatin sambil menuangkan teh ke cangkir sahabatnya.

“Kata papa minggu depan jadinya. Mulai besok barang-barangku mulai dimasukin ke box.”

Wajah Fatin berubah sendu. Dua tahun terakhir semenjak berkenalan dengan Kayla, hari-hari Fatin menjadi lebih ceria. Mereka tinggal di gedung apartemen yang sama. Fatin di lantai 24 dan Kayla di lantai 30.

Usia mereka hanya terpaut 1 tahun. Fatin 7 tahun dan Kayla 6 tahun. Mereka pergi ke sekolah yang sama yaitu Public School of Louis di tengah kota Paris. Walaupun keduanya putri diplomat namun orang tua mereka menyekolahkan di sekolah umum dan bukan di sekolah internasional agar bisa berbaur dengan anak-anak setempat.

Kayla lebih dulu tinggal di Prancis sedangkan Fatin baru menyusul satu tahun kemudian. Bersekolah di sekolah umum membuat mereka sangat fasih berbahasa Prancis.

Berbeda dengan Kayla yang banyak teman, Fatin hanya memiliki beberapa saja. Ia memiliki kelainan ginjal sejak lahir, sehingga ibunya, Umi Fathimah sangat protektif.

Fatin jarang main bersama teman-temannya seusai sekolah. Ia banyak menghabiskan waktu dengan menggambar atau membaca di rumah. Kadang ibunya membawa ke taman kota, di sana ia bisa menikmati udara luar.

Semenjak berkenalan dengan Kayla mereka langsung akrab. Hampir tiap hari Kayla main ke rumah Fatin. Sesekali Fatin main ke rumah Kayla sembari Umi Fathimah mengobrol dengan Ibu Wiranata, mamanya Kayla.

***

Di Bandara Charles De Gaulle, dua gadis kecil berpelukan. Saatnya mereka berpisah. Ayah Fatin masih harus bertugas dua tahun lagi di Prancis, sementara ayah Kayla sudah selesai tugas dan harus pulang ke Indonesia

Sebagai putri diplomat mereka sudah terbiasa berpindah negara, meninggalkan teman lama untuk menjalin pertemanan baru. Namun kali ini berat buat keduanya untuk menyampaikan salam perpisahan.

“Promise me that we will keep in touch,” Fatin menatap mata sahabatnya.

“We will, forever and ever,” balas Kayla dengan air mata berlinang. Keduanya lalu berpelukan lagi. Pelukan perpisahan.

***

Bandara JFK, New York, 15 tahun kemudian

“Kay… over here!” Fatin berseru sambil melambaikan tangannya. Seorang gadis remaja tersenyum ke arah Fatin dan dengan konyol berlari sambil kerepotan menarik koper besar agar lekas bisa memeluk sahabatnya.

“Assalamualaykum, Fatiiin! I miss you so much, girl!” Mereka berpelukan sambil menangis bahagia, lalu tertawa-tawa. Orang-orang melihat mereka sambil tersenyum geli.

“Walaykumussalam BFF-ku, aaah alhamdulillaah akhirnya kamu sampai juga! Aku sampai berakar di sini nungguin kamu!” Seru Fatin sambil mencium pipi kiri dan kanan sahabatnya.

“Welcome to New York, Kay. Gimana tadi penerbangannya?”

“Aunty Fathimah! Kayla nggak nyangka aunty ikut jemput…” Kayla langsung menghambur dan memeluk ibunda sahabatnya.

“Kamu cantik banget, Kay. Udah tinggi. Terus pake hijab dan gamis gini malah makin cantik deh. Coba muter, Aunty mau lihat …” Kayla lalu berputar bak peragawati. Ia kini tumbuh menjadi gadis berumur 21 tahun yang cantik. Dibalik balutan gamis dan hijab, kecantikannya masih terpancar. Senyumnya lebar dan tulus. Matanya bening dengan manik mata yang hitam legam namun penuh kelembutan.

Fatin menyeringai melihat sahabatnya berputar-putar. Lalu ia menarik lengannya dan menggandengnya erat. Fatin sendiri juga tidak kalah cantik. Gadis keturunan Arab berumur 22 tahun itu dikaruniai hidungnya mancung sempurna, matanya bulat dan bersinar menunjukkan kecerdasan pemiliknya.

Saat berjalan berdampingan walaupun mereka berdua memakai gamis dan hijab, tidak sedikit orang melirik ke arah mereka.

Mereka menuju ke gedung parkir dimana Kak Thoriq sudah menunggu di mobil.

“Kak Thoriq, assalamualaykum. Apakabar? Makasi ya udah jemputin Kayla. Tau nggak tadi pas transit di Dubai, Kayla beliin Kak Thoriq …” celoteh Kayla terhenti melihat wajah tak dikenal yang duduk di samping Kak Thoriq.

“Waalaykumussalam Kay, hehehe Kak Thoriq baik kabarnya. Oya ini kenalin temannya Fatin, namanya Rayyan.” Kakak satu-satunya dari Fatin berkata sambil tersenyum melihat kelakuan sahabat adiknya yang memberondong dengan cerita hanya dalam 2 detik pertemuan.

Kayla menatap wajah Rayyan lalu menangkupkan tangan ke dada. Walaupun sepanjang hidupnya berada di luar negeri, namun Kayla sangat memegang teguh ajaran agamanya untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan muhrim.

“Hi Rayyan, nice to meet you.” Kayla hampir tidak berkedip. Tak disangka Rayyan pun hampir tidak bisa berpaling dari wajah cantik yang baru dilihatnya.

“Hey udah-udah jangan kelamaan, nanti kesambit!” Seru Fatin yang diikuti dengan senyum malu-malu dari Kayla dan cengiran lebar dari Rayyan.

Dalam perjalanan menuju rumah Fatin, kedua sahabat itu tidak berhenti berceloteh. Ketiga orang lainnya di dalam mobil hanya tersenyum sambil mendengarkan Kayla dan Fatin bercerita tentang segala hal.

Mereka bukannya tidak pernah berhubungan walaupun dari negara yang berbeda-beda. Hanya saja saat bertemu masih banyak yang jadi bahan obrolan.

“Dasar cewek,” gumam Rayyan sambil melirik ke arah Kayla yang sedang mengeluarkan alat-alat make up untuk diperlihatkan kepada Fatin.

***

Fatin dan Kayla sekarang sudah di bangku kuliah. Masih ada dua minggu sebelum jadwal kuliah mereka mulai. Fatin kuliah di kampus desain ternama di Kota New York. Kayla kuliah di Jerman mengambil teknologi industri.

Ayah Fatin bertugas sebagai perwakilan Indonesia di kantor PBB New York sedangkan ayah Kayla sedang bertugas di Uni Emirat Arab. Kayla memilih kuliah di Jerman jauh dari orang tuanya. Sebagai anak tunggal, ia ingin merasakan hidup mandiri. Saat liburan panjang seperti ini, Fatin dan Kayla saling berkunjung.

Setelah beberapa hari di Kota New York, Fatin dan Kayla berencana pergi ke Central Park. Taman indah dan terbesar. Di minggu pagi taman itu belum terlalu ramai dan pemandangannya sangat memesona.

Musim panas telah berlalu dan sekarang masuk ke musim gugur. Biasanya Central Park akan dipenuhi nuansa merah dan kuning dari daun-daun yang berubah warna. Udara juga lebih sejuk di musim gugur.

Pesan masuk dari Rayyan:

“Fatin, lu nanti jadi ke Central Park sama Kayla? Gue ikut dong, boleh nggak?”

“Nggak boleh!”

“Pelit! Pokoknya gue ikut!”

“Coba aja kalau berani, gue bilangin umi sama abi!”

“Nanti gue minta izin.”

“Rayyan nggak boleh, ah! Ngeyel lu, ya!”

“Bodo amat! Bhay!”

Fatin bersungut sambil meletakkan hapenya. Kayla yang baru masuk ke kamar heran.

“Kamu punya penggemar Kay, Si Rayyan tuh…”

Pipi Kayla bersemu merah dan membaringkan diri di sisi Fatin di tempat tidur.

“Demi apa?”

“What the … Kay, kamu juga suka sama Rayyan? Wuii sudah berubah selera. Dulu kamu suka bule-bule Italiano gitu, kan? Macam Matteo Bocelli?” Fatin mengangkat alis seakan tidak percaya.

“Nggak lagi Kay, susah nanti aku harus ajarin sholat dulu. Aku mau yg dah ready jadi imam ajah!”

“What? Kamu emang pingin nikah cepet, Kay?”

“Ya pokok abis aku kelar kuliah aku nggak mau lama-lama jomblo, doain ya.“

“In syaa Allah, eh ayo berangkat nanti kesiangan keburu rame nggak enak. Aku ajak Kak Thoriq ya, jaga-jaga Rayyan nyusul bisa-bisa aku jadi nyamuk,” ucap Fatin sambil tergelak melihat sahabatnya yang berseri-seri mendengar nama Rayyan disebut.

Fatin bergegas bangkit dari tempat tidur hendak memanggil kakaknya. Tiba-tiba ia merasa pusing dan pandangannya gelap. Tubuhnya lunglai dan ia langsung terjatuh tak sadarkan diri.

“Fatin!” Jerit Kayla

“Oom, tante, Kak Thoriq, tolong Fatin pingsan!”

***

Di sebuah rumah sakit, empat orang berwajah cemas menunggu dokter memeriksa kondisi Fatin yang masih belum sadar.

“How’s my daughter, doctor?”

“Unfortunately, not good. Fatin perlu segera mendapatkan donor ginjal. Saya akan coba hubungi dokter kepala. Untuk sementara, saya sudah beri obat dan biarkan dia beristirahat,” jelas Dokter Peterson yang merawat ginjal Fatin.

Kayla duduk di samping sahabatnya yang terbaring lemah. Wajahnya yang berseri tadi pagi kini pucat, matanya terpejam.

Kayla mengelus pipi Fatin dan berbisik, “Kamu harus kuat ya sayang, inget kamu janji mau disain perhiasan di wedding aku, dan aku juga janji akan disain tempat wedding yang cantik buat kamu. Kita akan punya anak lalu mereka akan sahabatan kayak kita. Kuat ya …” Air mata mengalir di pipi Kayla.

Ayah Fatin, Abi Nizar menghela napas menatap putri satu-satunya. Umi duduk sambil melafazkan ayat-ayat Qur’an, mencari kekuatan pada sang Khalik. Kak Thoriq berdiri di luar kamar menatap sedih wajah adiknya dari kejauhan.

Tak berapa lama Rayyan datang dan langsung memberi salam orang tua Fatin. Ia melirik sekilas ke arah Kayla yang masih setia menggenggam tangan sahabatnya.

Suasana hening di dalam kamar. Hanya suara monitor jantung yang dihubungkan ke dada Fatin masih mengeluarkan bunyi pilu.

Dokter Peterson masuk, wajahnya terlihat serius. “Sir, Mam, dengan sangat menyesal kami harus mengabarkan hingga saat ini belum ada donor yang cocok. Termasuk ginjal keluarga Fatin juga belum ada yang cocok. Kita harus bersabar dan berdoa semoga Fatin kuat.”

“Doctor, I haven’t been tested yet. Could you run the test on me, please?” Tiba-tiba Kayla membuka suara.

“Are you a relative? Kemungkinan cocok sangat kecil apabila bukan relatif.”

Umi mendekati Kayla dan mengelus rambutnya sambil berkata lembut, “Kayla sayang, kita berdoa aja ya buat Fatin, semoga segera ada donor yang cocok.”

“No, Tante, please aku ditest. Setidaknya aku udah usahain buat bantuin Fatin. Golongan darahku dan Fatin sama-sama O. Aku sayang Fatin, dia harus sembuh. Aku juga udah 21 jadi nggak perlu persetujuan orang tua dulu. Tapi nanti aku ngomong sama mama dan papa. Please, Oom, Tante …”

Umi, abi, dan Kak Thoriq menatap Kayla. Di satu sisi mereka berharap Kayla menjadi titik cerah bagi Fatin, namun di lain pihak mereka paham bahwa donor ginjal merupakan sesuatu yang serius.

“Well, come with me please, what’s your name?”

“Kayla Wiranata. Okay, doctor. Tante, Oom, Kak, moga-moga ginjalku cocok ya.”

“Tante akan telepon mama kamu ya, Kay. Terima kasih, sayang.”

***

Beberapa hari kemudian, sebuah kamar di rumah sakit terlihat sangat ceria dengan bunga-bunga dan boneka Teddy Bear dari ukuran besar sampai kecil.

Kayla mengerjap-ngerjapkan mata seolah baru bangun dari tidur panjang. Ia melihat sekeliling, matanya masih beradaptasi dengan cahaya.

“Kayla, how are you sayang?” Ibu Wiranata mengelus pipi anaknya yang baru membuka mata.

“Mama kok ada di sini? Papa juga … Fatin gimana?”

“Hey you, masak duluan aku yang bangun.” Kayla mencari arah suara. Fatin masuk ke ruang perawatan dengan kursi roda yang didorong oleh Kak Thoriq.

“Fatin! Maa syaa Allah! Operasinya berhasil? How are you?” Umi, abi, dan Kak Thoriq tersenyum melihat kelakuan dua sahabat itu.

“Kalian nih bikin kami jantungan, deh,” Papa Kayla yang sudah berdiri di samping tempat tidur Kayla berkata. Ia mengelus pucuk kepala kemudian mengecup lembut kening putri semata wayangnya.

Fatin didorong mendekati bangkar tempat Kayla berbaring. Keduanya masih mengernyit saat bergerak karena luka pasca operasi.

“Operasiku lancar, ginjal kamu juga cucok loh, jadi nggak ada demam atau yang lain-lain. Makasi banget ya, kalau nggak ada kamu aku dah metong sekarang,” ucap Fatin yang langsung mendapat pukulan pelan di pundaknya dari Kak Thoriq.

“Jangan ngomong gitu ah, Kakak takut.”

“Cie yang sayang adek …” Balas Fatin kepada kakaknya.

“Eee iya ngomong-ngomong sayang, ada yang dua hari selama kamu nggak sadar wajahnya berlipet dua belas loh.” Mama Kayla melihat ke arah pemuda yang berdiri di pintu tidak berani masuk.

Kayla mengikuti arah pandang mamanya lalu pipinya memerah. Ia memanggil sebuah nama sambil tersipu, “Rayyan …”

***

Terpopuler

Comments

pipi gemoy

pipi gemoy

mampir Thor
setelah baca tak utuh😅

2024-06-27

1

Keynan Milky

Keynan Milky

aduh Thor tolong donk bahasanya dimengerti aku g paham ni bahasa asing

2024-01-20

1

AahayuE𝆯⃟🚀

AahayuE𝆯⃟🚀

semangat kak wid

2022-10-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: BFF
2 Bab 2: Mama Singa
3 Bab 3: Cinta Sejati
4 Bab 4: Tunggu Aku Pulang
5 Bab 5: Klepek-klepek
6 Bab 6: Mimisan
7 Bab 7: Eva
8 Bab 8: Saling Merindu
9 Bab 9: Jelalatan
10 Bab 10: Mendung Menggelayut
11 Bab 11: Bertahan
12 Bab 12: Ale
13 Bab 13: Petuah Mbok Darni
14 Bab 14: Ale in Memoriam
15 Bab 15: Bukan Cinta Terakhir
16 Bab 16: Di mana Kayla
17 Bab 17: Penang
18 Bab 18: Ilumimia
19 Bab 19: Diam-diam Ngefans
20 Bab 20: Jangan Menyerah
21 Bab 21: Tegar
22 Bab 22: Akbar
23 Bab 23: Harusnya Dia Punya Aku
24 Bab 24: Ayo Ta’aruf
25 Bab 25: Kay, please
26 Bab 26: Ngide
27 Bab 27: Ginjal
28 Bab 28: Dedemit Ndablek
29 Bab 29: Demi Allah
30 Bab 30: Dimadu itu Sakit
31 Bab 31: Kena Mental
32 Bab 32: Pendarahan
33 Bab 33: Meyakinkan Semuanya
34 Bab 34: Perfect
35 Bab 35: H +1
36 Bab 36: Sepakat Tidak Sepakat
37 Bab 37: Selangkah Demi Selangkah
38 Bab 38: Menikah Rasa Single
39 Bab 39: Seatap, Serumah
40 Bab 40: Bisik-bisik Tetangga
41 Bab 41: Kecoak Beraksi
42 Bab 42: Most Hated Couple
43 Bab 43: Curhatan Mama
44 Bab 44: Kembalinya Dedemit
45 Bab 45: Ibu-ibu Rempes
46 Bab 46: Maafin Fatin
47 Bab 47: Ridho Suami, Surga Istri
48 Bab 48: Terang Benderang
49 Bab 49: Suami Istri
50 Bab 50: Meluruskan yang Bengkok
51 Bab 51: Ikhlas
52 Bab 52: Sydney
53 Bab 53: First Kiss
54 Bab 54: Pernyataan Cinta
55 Bab 55: KAYLA
56 Bab 56: Piknik Romantis
57 Bab 57: Menikmati Bahagia
58 Bab 59: Proyek Kain Perca
59 Bab 60: THE FAZ Garden
60 Bab 61: Sampai Jumpa, Sayang
61 Bab 62: 180 Derajat
62 Bab 63: Kembali
63 Bab 64: Serangan Cinta
64 Bab 65: Warrior
65 Bab 66: Mencintai Kenangan
66 Bab 67: Honeymoon, Maldives
67 Bab 68: Hurt Locker
68 Bab 69: Pejuang Cinta
69 Bab 70: Aku Ingin Bahagia
70 Bab 71: Cinta Monyet
71 Bab 72: Aku Datang, Kamu Pergi
72 Bab 73: A Sweet Divorce
73 Bab 74: Permulaan Baru
74 Bab 75: Amaige
75 Bab 76: Mawar
76 Bab 77: Nikmatnya Nasi Padang
77 Bab 78: Jungkat Jungkit
78 Bab 79: Nyinyir
79 Bab 80: Mendadak Lamaran
80 Bab 81: Genderang Perang
81 Bab 82: Memusuhi Kenangan
82 Bab 83: Mencabut Bunga Liar
83 Bab 84: Mematikan Rasa
84 Bab 85: Tamparan Seorang Ayah
85 Bab 86: Serangan Mantan
86 Bab 87: Berjuanglah, Sayang
87 Bab 88: Ingin Di sini
88 Bab 89: Dalam Gelapnya Dunia
89 Bab 90: Mengetuk Pintu Langit
90 Bab 91: Kembalilah …
91 Bab 92: Kanebo Kering
92 Bab 93: Malam Pertama
93 Bab 94: Greenlight
94 Bab 95: Crazy Rich
95 Bab 96: Insecure Akut
96 Bab 97: Ratu Selamanya
97 Bab 98: Hamidun
98 Bab 99: Babymoon
99 Bab 100: Tanda Bahaya
100 Bab 101: Rahasia Kabut Merah
101 Bab 102: Love of My Life
102 Bab 103: Remuk Redam
103 Bab 103: I Love You, Goodbye …
104 Bab 104: Waktu Berlalu
105 Bab 105: Madina Al Munawarah
106 Bab 106: Munajat
107 Bab 107: Pertemuan
108 Bab 108: Takut (Jatuh) Cinta
109 Bab 109: Hanya Bisa Memandang
110 Bab 110: Masih Harus Berebut
111 Bab 111: Berkumpul Lagi
112 Bab 112: Farran dan Raffa
113 Bab 113: Tabur Tuai
114 Bab 114: Empty Nest
115 Bab 115: Finale
116 Pengumuman
117 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1: BFF
2
Bab 2: Mama Singa
3
Bab 3: Cinta Sejati
4
Bab 4: Tunggu Aku Pulang
5
Bab 5: Klepek-klepek
6
Bab 6: Mimisan
7
Bab 7: Eva
8
Bab 8: Saling Merindu
9
Bab 9: Jelalatan
10
Bab 10: Mendung Menggelayut
11
Bab 11: Bertahan
12
Bab 12: Ale
13
Bab 13: Petuah Mbok Darni
14
Bab 14: Ale in Memoriam
15
Bab 15: Bukan Cinta Terakhir
16
Bab 16: Di mana Kayla
17
Bab 17: Penang
18
Bab 18: Ilumimia
19
Bab 19: Diam-diam Ngefans
20
Bab 20: Jangan Menyerah
21
Bab 21: Tegar
22
Bab 22: Akbar
23
Bab 23: Harusnya Dia Punya Aku
24
Bab 24: Ayo Ta’aruf
25
Bab 25: Kay, please
26
Bab 26: Ngide
27
Bab 27: Ginjal
28
Bab 28: Dedemit Ndablek
29
Bab 29: Demi Allah
30
Bab 30: Dimadu itu Sakit
31
Bab 31: Kena Mental
32
Bab 32: Pendarahan
33
Bab 33: Meyakinkan Semuanya
34
Bab 34: Perfect
35
Bab 35: H +1
36
Bab 36: Sepakat Tidak Sepakat
37
Bab 37: Selangkah Demi Selangkah
38
Bab 38: Menikah Rasa Single
39
Bab 39: Seatap, Serumah
40
Bab 40: Bisik-bisik Tetangga
41
Bab 41: Kecoak Beraksi
42
Bab 42: Most Hated Couple
43
Bab 43: Curhatan Mama
44
Bab 44: Kembalinya Dedemit
45
Bab 45: Ibu-ibu Rempes
46
Bab 46: Maafin Fatin
47
Bab 47: Ridho Suami, Surga Istri
48
Bab 48: Terang Benderang
49
Bab 49: Suami Istri
50
Bab 50: Meluruskan yang Bengkok
51
Bab 51: Ikhlas
52
Bab 52: Sydney
53
Bab 53: First Kiss
54
Bab 54: Pernyataan Cinta
55
Bab 55: KAYLA
56
Bab 56: Piknik Romantis
57
Bab 57: Menikmati Bahagia
58
Bab 59: Proyek Kain Perca
59
Bab 60: THE FAZ Garden
60
Bab 61: Sampai Jumpa, Sayang
61
Bab 62: 180 Derajat
62
Bab 63: Kembali
63
Bab 64: Serangan Cinta
64
Bab 65: Warrior
65
Bab 66: Mencintai Kenangan
66
Bab 67: Honeymoon, Maldives
67
Bab 68: Hurt Locker
68
Bab 69: Pejuang Cinta
69
Bab 70: Aku Ingin Bahagia
70
Bab 71: Cinta Monyet
71
Bab 72: Aku Datang, Kamu Pergi
72
Bab 73: A Sweet Divorce
73
Bab 74: Permulaan Baru
74
Bab 75: Amaige
75
Bab 76: Mawar
76
Bab 77: Nikmatnya Nasi Padang
77
Bab 78: Jungkat Jungkit
78
Bab 79: Nyinyir
79
Bab 80: Mendadak Lamaran
80
Bab 81: Genderang Perang
81
Bab 82: Memusuhi Kenangan
82
Bab 83: Mencabut Bunga Liar
83
Bab 84: Mematikan Rasa
84
Bab 85: Tamparan Seorang Ayah
85
Bab 86: Serangan Mantan
86
Bab 87: Berjuanglah, Sayang
87
Bab 88: Ingin Di sini
88
Bab 89: Dalam Gelapnya Dunia
89
Bab 90: Mengetuk Pintu Langit
90
Bab 91: Kembalilah …
91
Bab 92: Kanebo Kering
92
Bab 93: Malam Pertama
93
Bab 94: Greenlight
94
Bab 95: Crazy Rich
95
Bab 96: Insecure Akut
96
Bab 97: Ratu Selamanya
97
Bab 98: Hamidun
98
Bab 99: Babymoon
99
Bab 100: Tanda Bahaya
100
Bab 101: Rahasia Kabut Merah
101
Bab 102: Love of My Life
102
Bab 103: Remuk Redam
103
Bab 103: I Love You, Goodbye …
104
Bab 104: Waktu Berlalu
105
Bab 105: Madina Al Munawarah
106
Bab 106: Munajat
107
Bab 107: Pertemuan
108
Bab 108: Takut (Jatuh) Cinta
109
Bab 109: Hanya Bisa Memandang
110
Bab 110: Masih Harus Berebut
111
Bab 111: Berkumpul Lagi
112
Bab 112: Farran dan Raffa
113
Bab 113: Tabur Tuai
114
Bab 114: Empty Nest
115
Bab 115: Finale
116
Pengumuman
117
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!