Kerajaan Barat

Alex menggandeng tangan Anastasia memasuki istana. Dari gerbang masuk wilayah kerajaan Barat gadis itu sudah menjadi pusat perhatian. Tidak hanya karena memiliki paras rupawan namun juga karena berhasil menaklukkan pria kejam itu. Seluruh penjuru juga tau jika Kaisar Alex tidak pernah terlibat hubungan dengan wanita manapun. Hingga rakyat mengasumsikan jika pria itu penyuka sesama jenis. Kekhawatiran akan penerus tahta kerajaan menjadi topik yang selalu di bicarakan. Terlebih lagi dengan kegagalan pernikahan putri Arabella juga menjadi alasan bagi semua orang takut akan kedudukan kaisar selanjutnya.

Putri Arabella tersenyum manis menyambut kakaknya dan sosok wanita cantik yang itu. Seperti yang lain Arabella terpaku sesaat melihat pesona kecantikan yang memancar dari Anastasia.

"Selamat datang Yang Mulia dan Putri Anastasia."

"Ya."

"Terimakasih Putri...."

"Arabella." Katanya cepat sambil tersenyum pada Anastasia.

"Iya. Putri Arabella. Senang mengenalmu." Katanya memberi hormat pada adik Alex.

Tanpa basa basi Alex langsung mengantarkan Anastasia ke kamarnya. Di sana semua kebutuhan Anastasia sudah lengkap. Kamar yang begitu mewah dengan dominasi warna putih.

"Istirahatlah. Aku akan keluar."

"Keluarlah. Aku juga bosan melihat Anda."

"Benarkah. Namun sayangnya mulai hari ini kamu akan melihat aku setiap hari."

"Dalam mimpi anda." Kata Anastasia tersenyum mengejek.

"Beberapa pelayan akan membantumu. Istirahatlah. Jangan uji kesabaranku." Alex mengecup kening Anastasia sekilas kemudian pergi.

"Aku harus bagaimana..." gumamnya. Penjagaan di luar sangat ketat. Hanya ada satu jalan keluar yaitu dari jendela kamar. Namun sangat tinggi.

"Permisi Putri. Kami akan membantu putri untuk mandi." Beberapa pelayan memasuki kamar.

"Tidak perlu. Siapkan saja airnya. Aku akan mandi sendiri."

"Tapi Putri. Nanti yang Mulia marah."

"Tidak. Aku sendiri yang akan bicara." Kata Anastasia lembut.

"Baik Putri."

Anastasia merendamkan diri di pemandian yang sudah penuh dengan kelopak bunga mawar. Aromanya begitu menenangkan. Ia sampai lupa sejenak pada deritanya.

"Tidakkah kau biarkan aku istirahat. Aku sangat lelah." Katanya pada sang adik yang terus mengoceh.

"Dia sangat cantik kakak. Orangnya juga lembut. Kakak memang pintar mencari istri."

"Kau baru tau kalau aku ini pintar. Keluarlah aku mau tidur."

"Baiklah. Aku akan menemui calon ipar."

"Birkan dia istirahat juga. Temui dia nanti Sore."

"Iya."

"Masuk." Kata Alex mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Salam Yang Mulia. Putri."

"Sedang apa dia?"

"Sedang membaca buku Yang Mulia. Putri Anastasia menolak semua pelayan yang di tugaskan Yang Mulia."

"Kenapa?"

"Saya tidak tahu Yang Mulia."

"Baiklah. Awasi jangan sampai kabur."

"Baik." Katanya langsung melaksanakan perintah.

Sore hari Arabella memasuki kamar Anastasia sambil membawa nampan.

Gadis itu tertidur sangat pulas. Arabella mendekat dan duduk di ranjang Anastasia pelan. Pahatan yang begitu sempurna. Rona di pipinya begitu kontras dengan kulit Anastasia yang putih mulus. Wanita itu menyibakkan rambut Anastasia yang menutupi wajah. Bibir mungil dan hidung yang mancung. Ada getaran di hati Arabella seketika. Dari dulu Ia menginginkan sosok adik perempuan namun tidak terpenuhi. Dan kini Arabella berharap Ia bisa dekat dengan Anastasia. Menjadikan gadis itu sebagai ipar sekaligus saudaranya.

"Sedang apa kau?" Bisik Alex menghampiri sang adik.

"Mengagetkan saja. Aku mengantarkan makan."

"Oh."

"Um...." Anastasia mengerjapkan matanya.

"Putri Arabella." Anastasia langsung mendudukkan diri.

"Maaf."

"Ah. Tidak apa. Jangan merasa bersalah. Kami mengganggu tidurmu." Arabella memeluknya. Wanita itu merasakan kehangatan yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya.

"Kau tidak menyapaku Sayang?"

"Tidak." Jawab ketus Anastasia membuat Arabella tersenyum.

"Makanlah. Aku membawa makanan untukmu."

"Terimakasih."

Alex dan Arabella hanya memandangi Anastasia yang sedang makan.

"Berapa umurmu Sayang?" Tanya Arabella mengelus lembut kepala Anastasia.

"16. Putri?"

"Aku sudah 24."

"Oh."

"Panggil saja aku kakak. aku sangat ingin memiliki adik perempuan dari dulu."

"Dia akan menjadi kakak iparmu. Apa pantas menyuruhnya memanggil kamu kakak?"

"Tidak apa. Aku lebih suka. Aku juga belum tentu mau menjadi istri Yang Mulia."

"Kamu mau tidak mau harus mau."

"Pergelangan tanganmu kenapa sayang?" Tanya Arabella melihat pergelangan Anastasia yang memerah.

"Di tarik dia." Tunjuknya pada Alex.

"Astaga kulitmu sensitif sekali. Aku menariknya pelan."

"Keterlaluan. Ambilkan obat."

"Iya."

Alex mengobati tangan Anastasia dengan lembut. Bahkan Arabella baru kali ini melihat sang kakak bersikap begitu lembut dan perhatian.

"Maaf ya. Masih sakit?"

"Tidak."

"Ayo kita jalan jalan. Aku akan mengajakmu keliling istana."

"Aku ikut."

"Bisa tidak yang Mulia memberikan aku waktu sendiri."

"Tidak." Katanya tegas.

Arabella menggandeng tangan Anastasia untuk berjalan mengelilingi istana sambil mengajak Anastasia mengobrol sementara Alex hanya mengekor di belakang keduanya.

"Kita duduk dulu."

"Iya."

Ketiganya duduk dengan Anastasia duduk di tengah diapit kedua kakak beradik itu.

Manik matanya begitu tertarik pada pohon apel yang sedang berbuah lebat. Alex dan Arabella menyadari tatapan Anastasia.

"Kamu mau?" tanya Alex begitu lembut.

"Iya."

"Aku ambilkan."

Seketika semuanya heran dengan Alex yang memetik apel untuk Anastasia. Pria itu tak pernah melakukan hal hal yang di luar keperluannya. Bahkan untuk sang adik dia juga belum tentu mau seperti ini.

Anastasia membawa keranjang yang sudah penuh untuk duduk kembali bersama Arabella.

"Kakak mau?"

"Kamu saja Sayang."

"Baiklah." Anastasia memakan apelnya dengan semangat. Begitu lucu dan imut. Alex dan Arabella menahan diri untuk tidak mencubit gemas pipi gadis itu.

"Enak?"

"Enak. Manis. Yang Mulia mau?"

"Iya." Alex langsung merebut apel Anastasia dan memakannya.

"Yang Mulia. Itu bekasku."

"Tidak masalah." Jawabnya dengan enteng.

"Itu kolam apa?" Tanya Anastasia yang perhatiannya sangat mudah teralihkan.

"Ikan."

"Aku ingin lihat."

"Tidak bisakah kau duduk diam?" Kesal Alex.

"Aku ingin lihat. Kakak mau ikut?"

"Kamu saja Sayang. kakak akan tunggu disini."

"Iya."

Anastasia menuju kolam dengan semangat.

"Dasar. Pantas saja Ayah dan Ibundanya setiap hari mengomel." Gerutu Alex langsung menyusul Anastasia.

Arabella hanya tersenyum melihat tingkah keduanya. Ia berharap Anastasia bisa bersama dengan sang kakak. Hanya bertemu beberapa jam lalu Arabella sudah akrab. Ia merasa begitu menyayangi Ananstasia.

"Itu apa?" Tanya Anastasia membungkukkan badannya utuk melihat ke dalam kolam dari jembatan.

"Itu kura kura."

"A..." Jerit Anastasia melihat seekor buaya melompat dari kolam tepat di depannya. Seketika Ia menangis memeluk Alex karena terkejut sekaligus takut.

"Sudah sudah." Alex menenangkan dan mengelus kepala Anastasia dengan lembut sambil mengecup keningnya beberapa kali.

"Kenapa?" Panik Arabella menghampiri mereka.

"Kenapa ada buaya di kolam?"

"Tidak tau. Bawa Anastasia ke dalam. Aku akan panggil orang."

"Iya." Alex segera membawa Anastasia untuk menjauh dari sana.

"Tenanglah. Kamu sudah aman." Alex membawa Anastasia untuk duduk di gazebo.

"Minum dulu Sayang." Arabella datang dengan seorang pelayan untuk memberi minum.

"Terimakasih."

"Sama sama."

"Jika menangis kenapa hidungmu merah begini?" Ledek Alex sambil mencubit gemas hidung gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!