Dua sosok pria tengah mengendap endap menuju kastil bagian barat yang merupakan hunian putri satu satunya raja Arthur.
"Yang Mulia. Apakah tidak bisa jika tidak melakukan ini?" Keluh Robert karena mereka harus terus menerus bersembunyi menghindari penjaga.
"Diamlah."
Setelah cukup lama mereka telah sampai dan masih harus menaiki tangga agar bisa sampai di kamar sang putri mahkota.
"Robert."
"Ya Yang Mulia."
"Benar lewat sini?"
"Benar yang Mulia. Ikuti tangga ini dan belok kanan. Disana kamar Putri Anastasia."
"Baiklah ayo." Katanya mengajak asistennya segera bergegas.
"Hachu...Hachu...Hachu..." Suara bersin terdengar dari sebuah ruangan. Alex mengintip dari jendela di depan tempat persembunyiannya yang aman. Ia melihat sosok gadis cantik dengan hidung yang memerah tangah bersin bersin. Alex tersenyum melihat pujaannya. Sementara Robert sibuk berjaga karena takut akan ketahuan.
"Sayang, minumlah dulu."
"Ibunda saja yang minum. Itu pahit."
"Kamu belum coba sayang. Ini tidak pahit. Ini jahe dan madu hangat."
"Benarkah?"
"Iya. Ini bisa menghangatkan tubuhmu."
"Baiklah. Aku minum." Anastasia meminumnya pelan.
"Terimakasih."
"Sama sama Sayang. Sekarang beristirahatlah. Ibunda akan keluar. Jika butuh sesuatu segera panggil Bibi Ema ya"
"Iya Ibunda."
"Selamat malam sayang." Ratu Alexa mengecup kening putrinya.
"Selamat malam Ibunda."
Setelah Ibunya pergi Anastasia beranjak dari ranjangnya. Ia duduk di depan meja rias mengeluarkan kotak berukuran sedang dari meja.
"Apa itu?" Gumam Alex.
Anastasia membuka kotak kemudian memakan isinya.
"Coklat." Alex tersenyum melihat gadis itu tengah makan coklat dengan lahap.
Sebuah ruangan sudah hadir empat orang yang tengah duduk untuk sarapan bersama.
"Silahkan Raja Alex, Raja Gabriel. Mohon maaf putri kami tidak bisa hadir karena sedang tidak enak badan."
"Terimakasih Raja Arthur dan Ratu Alexa. Kami bisa memaklumi. Saya dengar kemarin Putri Anastasia kehujanan dan sakit. Bagaimana kondisinya sekarang?" Tanya Raja Gabriel.
"Sekarang sudah membaik. Hanya bersin bersin saja. Demamnya juga sudah turun."
"Syukurlah."
"Yang Mulia. Bolehkah saya keliling keluar istana. Hanya ingin melihat lihat. Sudah lama saya tidak berkunjung kesini."
"Tentu saja Raja Alex. Silahkan. Jika perlu pengawal kami akan menemani."
"Ah. Saya akan pergi berdua dengan Pengawal pribadi saya Yang Mulia."
"Baiklah. Jika perlu sesuatu jangan sungkan untuk menyampaikan."
"Baik Yang Mulia. Terimakasih."
Mereka mulai memakan sarapannya bersama sambil membicarakan berbagai hal.
Seperti yang dikatakan sebelumnya Alex ditemani Robert sedang berjalan jalan di luar istana. Mereka rencananya akan pergi ke sungai. Manik mata Alex tak sengaja melihat sosok gadis bergaun putih dengan penutup wajah tengah dikejar oleh beberapa pengawal kerajaan. Alex mengikutinya. Ia menarik gadis itu untuk bersembunyi. Namun tanpa sengaja Ia malah memeluknya. Alex merasa nyaman bahkan aroma mawar gadis itu membuatnya tenang dan teringat oleh seseorang. Beberapa pengawal mendekat, Alex bergegas menggandeng tangan itu untuk berlari di tengah keramaian agar mereka terkecoh.
Disinilah sekarang. Alex dan gadis itu duduk di bawah pohon rindang di pinggir sungai yang mengalir jernih. Alex tersenyum mengamati hidung dan pipi gadis itu yang tampak memerah. Penutup wajahnya hilang terbawa angin saat berlari. Identitasnya terungkap. Dialah 'Anastasia' yang kabur dari kediamannya.
"Yang Mulia mohon jangan adukan ini kepada Ayah dan Ibunda." Katanya dengan khawatir.
"Kenapa kabur?"
"Saya bosan."
"Kenapa bosan?"
"Ibunda tidak memperbolehkan saya keluar karena sedang sakit."
"Oh...Sedang sakit." Alex mengangguk paham.
"Iya."
"Apakah sudah sembuh sekarang?"
"Sudah Yang Mulia."
"Tapi aku dengar kamu memang sering keluar."
"Yang mulia tau darimana?"
" Aku tau semuanya."
"Yang Mulia jangan adukan pada Ayah dan Ibunda ya. Saya bosan harus menyalin peraturan istana lagi."
"Iya tenanglah. Tapi kamu harus menemani aku jalan jalan."
"Baiklah. Ayo." Anastasia bangkit dari duduknya dan menarik tangan Alex.
"Maaf yang Mulia. Saya terlalu bersemangat."
"Tidak apa. Aku senang." Alex menggenggam tangan Anastasia dan mengajaknya untuk berjalan bersama.
Anastasia mengajak Alex mengunjungi tempat tempat favoritnya yang indah.
"Yang Mulia. Maaf sepertinya kita harus berhenti di sini."
"Ada apa? Apakah kamu tidak nyaman?"
"Bukan. Saya meninggalkan Bibi Elma di pasar. Saya akan mencarinya."
"Kita cari sama sama. Aku juga meninggalkan pengawalku disana."
"Baiklah Ayo."
Sampai di pasar mereka berjalan sambil mencari di sekeliling.
"Putri."
"Yang Mulia."
Kata dua orang itu bersamaan sambil berjalan menuju Alex dan Ananstasia.
"Bibi."
"Putri darimana saja? Mari kembali sebelum Yang mulia tau."
"Ah Iya. Yang mulia saya kembali dulu. Terimakasih karena telah menyelamatkan saya lagi. Permisi." Anastasia bergegas pergi setelah memberi hormat.
"Ah iya." Katanya tidak fokus.
"Yang Mulia bersenang senang?"
"Tentu saja." Jawabnya tersenyum bahagia sambil berlalu meninggalkan Robert.
"Dia bersenang senang aku yang repot." Gerutu Robert menyusul junjungannya.
Anastasia sudah siap dengan gaunnya. Ia akan pergi ke taman menyapa kedua orang tua dan tamunya.
Ia berjalan dengan anggun menuju gazebo tempat mereka duduk.
"Salam kepada Ayah dan Ibunda. Salam kepada Raja Gabriel dan Raja Alex." Kata Anastasia memberi salam sambil membungkukkan badannya.
"Salam Putri." Jawab keduanya tersenyum.
"Duduklah nak."
"Baik Ayah." Anastasia duduk bergabung bersama mereka.
"Kamu sangat cantik sayang."
"Terimakasih Raja Gabriel."
"Panggil paman saja Nak. Aku teman Ayahmu."
"Baik Paman."
Alex melemparkan senyum dan dibalas senyuman sopan dari Anastasia.
Mereka tengah berbicara serius setelah kepergian kepergian Raja Gabriel.
"Raja Arthur dan Ratu Anastasia. Ada yang ingin saya sampaikan."
"Silahkan Raja Alex."
"Saya meminta izin untuk menjadikan Anastasia permaisuri di kerjaan Barat. Saya ingin menikahi putri Anastasia." Kata Alex membuat Anastasia diam membeku di tempat. Inilah yang Ia takutkan.
"Maaf Raja Alex. Kami tidak melarang. Dengan senang hati kami akan menyetujui jika Anastasia juga setuju. Menurut kami apapun pilihan Putri kami akan selalu kami dukung."
"Bagaimana Putri Anastasia?"
"Mohon maaf Yang mulia. Saya belum siap untuk menikah." Tolaknya secara halus. Hati Alex mendidih baru kali ini Ia di tolak oleh seseorang.
Tepat tengah malam Alex berhasil menerobos kamar Anastasia. Ia mengamati gadis yang tengah tertidur itu. Alex mengelus pipinya lembut membuat Anastasia terbangun dari tidurnya.
"Yang mulia." Pekik Anastasia ketika Alex sudah berada di atasnya dengan jubah yang terbuka. Menampilkan tubuhnya yang atletis.
"St....Diamlah Sayangku. Jika kamu berteriak. Maka kamu akan mendapat masalah." Alex mulai menindihnya.
"Yang Mulia. Jangan macam macam."
"Kenapa kau menolakku?"
"Aku tidak ingin dan tidak siap menikah."
"Akan Aku buat kamu siap." Kata Alex menempelkan keningnya di kening Anastasia. Ia mulai mengelus leher jenjang mulus itu dengan jemarinya. Sebelum turun semakin ke bawah suara ketukan pintu membuat Alex mau tidak mau harus mundur. Ia mengecup kening Anastasia dengan lembut dan bergegas keluar dengan melompati jendela.
"Putri tidak apa?"
"Tidak apa apa Bibi Ema."
"Baiklah. Maaf mengganggu Putri."
"Ah tidak." Jawabnya sambil menutup pintu kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ni Ketut Patmiari
waduh...
2024-08-31
0