Anastasia dan kedua orang tuanya sedang berkumpul di sebuah ruangan. Ketiganya sama sama luang untuk saling mengobrol sebagai suatu keluarga yang bahagia.
"Lapor yang Mulia." Jendral masuk dengan wajah paniknya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ada apa?"
"Pasukan barat mendatangi istana kita dipimpin langsung oleh kaisar Alex." Katanya menunduk hormat.
"Keluarlah. Pastikan semua aman."
"Baik yang Mulia."
Suara kuda semakin mendekat diiringi langkah kaki yang berat.
"Pergilah Nak. Ini bukan hal baik."
"Tapi Ayah dan Ibunda."
"Kami akan baik baik saja. Yang terpenting adalah selamatkan dirimu."
"Baik Ayah." Anastasia menurut dan segera pergi melalui pintu belakang.
Dua sosok pria memasuki ruangan menghadap penguasa negri Timur.
"Kaisar Alex."
"Mohon maaf harus melakukan ini. Tapi anak gadismu telah memaksaku. Tahan mereka." Perintah Alex langsung dilaksanakan bawahannya. Ayah Anastasia tidak bisa berbuat apapun. Di saat seperti ini sedang berkumpul dengan anak dan Istrinya Ia tak akan membawa senjata. Dalam keadaan terdesak Ia akan menyerah demi anak dan istrinya. Karena pasukan Alex begitu banyak akan sia sia jika melawan.
"Yang Mulia. Anda salah besar. Cinta itu tidak bisa di paksakan. Biarkan putriku menemukan cintanya sendiri."
"Tidak akan. Dia milikku."
Raja Arthur dan Ratu Alexa sudah duduk terikat di kursi.
"Lapor Yang Mulia. Putri Anastasia telah kabur ke arah timur."
"Biarkan. Aku sendiri yang akan mengejarnya."
"Baik Yang Mulia."
Anastasia menunggangi kudanya dengan cepat. Ia harus segera menyelamatkan diri dari pria gila itu. Kuda putihnya terus melaju membelah jalanan lengang. Hingga tiba tiba suara kuda lain mengejarnya terdengar semakin mendekat.
"Anastasia." Panggil pria itu untuk menyuruhnya berhenti. Ia tak menoleh dan fokus ke depan. Namun sial, Sebuah pohon tumbang menghalanginya. Kuda Anastasia yang terkejut dan mengangkat kedua kaki depannya.
"Lucifer." teriak Anastasia sebelum dirinya terlempar cukup keras.
"Anastasia." Alex langsung turun untuk menolong.
"Yang Mulia." Gadis itu segera berdiri dan lari masuk ke dalam hutan. Ia terlalu kesulitan karena harus menerobos tanaman tanaman dengan gaunnya yang panjang. Anastasia terjatuh untuk kedua kalinya. Kali ini pria itu berhasil menggapai dan memeluk gadis pujaannya.
"Ayo pulang bersamaku. Kita akan menikah."
"Saya tidak mau. Lepaskan Saya."
"Oh baiklah. Berarti kau memilih kedua orangtuamu dan kerajaanmu hancur di tanganku. Berapa orang yang bisa kubunuh dengan pasukan yang aku bawa. Terlebih lagi tidak ada yang akan melindungi karena pasukan yang ada di kerajaanmu sedang pergi."
"Kejamnya kau." Anastasia menatap Alex penuh kebencian.
Anastasia datang memeluk kedua orang tuanya yang kini tengah menjadi tawanan.
"Sayang kau kenapa?"
"Ah. Hanya jatuh sedikit Ibunda. Anastasia tidak apa apa."
"Tanganmu terluka."
"Hanya luka kecil Ayah."
"Kaisar Alex. Aku mohon lepaskan mereka. Sudahi semua ini."
"Asalkan kamu ikut aku pulang. Aku akan lepaskan."
"Aku tidak mau."
"Baiklah. Masukkan mereka ke penjara bawah tanah."
"Kaisar Alex aku mohon jangan lakukan ini." Anastasia sampai memeluk kaki pria kejam itu.
"Jangan mempersulit aku. Aku tidak akan berubah pikiran. Pilihlah di diantara dua itu."
"Nak. Kau berhak bahagia. Ayah dan Ibunda tidak apa."
Anastasia sudah memikirkan matang matang. Bukan hanya kedua orangtuanya. Namun rakyat dan kerajaannya juga menjadi korban. Ia tak mungkin bersikap egois.
"Baiklah. Lepaskan mereka. Aku akan ikut."
"Nak..."
"Aku akan baik baik saja." Katanya mencoba tersenyum.
"Pilihan yang bagus. Robert lepaskan."
"Baik yang Mulia."
Anastasia langsung memeluk kedua orangtuanya lagi dan kini lebih erat karena mereka akan berpisah.
"Aku akan baik baik saja. Ayah dan Ibunda jangan cemas."
"Jaga dirimu baik-baik."
"Iya Ayah."
"Kami akan segera mengirimkan undangan pernikahan Ayah. Ibunda. Kami pamit dulu." Alex memberi hormat dan langsung menggandeng tangan Anastasia untuk pergi.
Gadis itu hanya diam di sepanjang perjalanan. Tidak ada sepatah katapun yang di ucapkannya.
"Kemarikan tanganmu."
"Tidak mau."
"Kemarikan." Bentak Alex membuat Anastasia menurut.
Pria itu mengobati luka Anastasia dengan lembut sambil sesekali meniupnya.
"Kita akan menginap dulu di penginapan sekitar sini. Perjalanan masih lama." Kata Alex namun tidak mendapat jawaban.
Rombongan pasukan Alex telah lebih dulu kembali. Hanya menyisakan Alex, Anastasia, Robert dan dua jendral lainnya. Mereka telah menyewa beberapa kamar di penginapan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan besok pagi. Semua kebutuhan Anastasia sudah disiapkan dengan baik dan tersedia lengkap di kamar. Ia akan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Anastasia berendam di bak pemandian bertabur bunga mawar itu. Ia harus meninggalkan kedua orang tua dan istana tercinta. Anastasia bersedih namun sebisa mungkin Ia tak akan menangis.
Setelah selesai dengan urusan mandi. Ia mengganti bajunya dengan gaun yang baru disiapkan Alex. Gaunnya begitu pas dengan ukuran tubuhnya yang ramping.
Anastasia kemudian membersihkan wajah dan merapikan rambutnya.
"Yang Mulia." Anastasia terkejut melihat Alex memasuki kamarnya. Pria itu sangat tidak sopan.
"Kenapa terkejut?"
"Mau apa yang Mulia kemari?"
"Mau Tidur."
"Tidur di kamar yang mulia sendiri."
"Aku tidak mau. Nanti kamu akan kabur."
"Tidak. Sekarang pergilah yang Mulia. Kembali ke kamar Anda."
"Tidak mau." Alex malah duduk di ranjang.
Anastasia makan bersama Alex karena benar benar lapar.
"Makan yang banyak." Alex menambahkan makanan di piring gadisnya.
"Kapan kita akan menikah? Besok? lusa? atau sekarang."
"Aku tidak mau."
"Terserah jika kau ingin kedua orangtuamu itu...."
"Kenapa kau selalu mengancam?"
"Karna itu keahlianku."
"Oh iya. Adikku sangat ingin melihatmu."
"Semoga dia tidak seperti yang Mulia."
"Ah tentu saja tidak. Dia anggun dan sopan tapi kadang juga tidak jelas."
"Syukurlah." Kata Anastasia dengan kesal. Alex hanya tersenyum melihat gadisnya yang begitu lucu saat cemberut seperti ini.
Anastasia menghela nafasnya. Alex kini sudah berbaring di ranjang.
"Yang Mulia. Pergilah. Tidakkah kau terlalu kejam menculikku, mengancamku dan sekarang ingin mengganggu tidurku. Aku harus tidur dimana?"
"Tidurlah disini. Aku peluk."
"Tidak."
"Ayolah Sayang. Aku juga sudah lelah." Alex menarik lengan Anastasia sehingga terjatuh di atasnya.
"Yang Mulia." Pekik Anastasia karena di peluk erat oleh Alex.
"Jangan mengeluh. Ini sangat nyaman."
"Saya tidak nyaman. Lepaskan."
"Ah. Kau membuatku tegang sayang." Kata Alex merasakan gesekan pada miliknya karena Anastasia terus bergerak.
"Yang Mulia. Lepaskan."
"Baiklah."
Alex membaringkan Anastasia untuk tidur di sampingnya.
Ia memeluk gadis itu dengan erat.
"Jangan peluk Saya." Kata Anastasia tetapi tak mendapat respon. Alex malah mengikat tangan kanannya dan tangan kiri Anastasia dengan tali.
"Yang Mulia."
"Biar kamu tidak kabur. Sekarang tidurlah sayang." Alex mengecup kening calon istrinya.
Anastasia mau tidak mau harus menurut. Ia terlalu lelah untuk berdebat. Ia memutuskan untuk memejamkan mata. Alex mengamati wajah cantik Anastasia. Ia tersenyum bahagia, Pria itu akan melihat wajah cantik gadis pujaannya mulai dari sekarang dan selamanya.
Anastasia mengerjapkan matanya. Hal pertama yang Ia lihat adalah Alex yang tersenyum manis di depannya.
"Sudah bangun sayang?"
"Keluarlah. Saya ingin membersihkan diri."
"Baiklah."
Alex melepas ikatannya membiarkan Anastasia mandi. Semua celah sudah di jaga dengan ketat. Anastasia tidak mungkin bisa melarikan diri. Alex menunggu untuk sarapan bersama dengan calon istrinya. Semua hidangan sudah tersaji di atas meja.
"Selamat pagi Sayang." Alex melihat Anastasia sudah cantik dengan gaun birunya.
"Kita sarapan dulu."
Tanpa menjawab gadis itu langsung duduk dan memakan sarapannya. Ia harus memikirkan cara untuk bisa kabur dari pria gila di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Upik Yupi
Kayaknya seru,lanjut thorr....
2022-02-26
1