Cara Terakhir

Alex merasa begitu tersiksa jauh dari Anastasia. Sudah sebulan ini Ia tak melihat wajah cantik Sang Putri Mahkota. Semenjak pulang dari sana Alex tak berhenti mengirimkan surat untuk gadis pujaannya. Hanya sekedar menanyakan kabar dan mengungkapkan kerinduan. Juga melamar untuk yang kesekian kalinya namun Ia tetap mendapat jawaban yang sama. Pria itu bahkan sengaja belajar merangkai kata kata manis dari beberapa orang sastrawan di Istana agar sang Putri terkesan.

Alex mendongak menatap sang adik yang tiba tiba sudah berada di depannya.

"Ada apa?" Tanyanya sambil membaca ulang satu persatu surat balasan dari Anastasia.

"Kakak...."

"Jangan katakan itu lagi. Aku sedang berusaha untuk mendapatkannya."

"Secantik apa Putri Anastasia sehingga kau menjadi seperti ini?"

"Kau tidak mungkin tidak tergila gila jika menjadi seorang laki laki normal."

"Apa yang dia katakan?"

"Tetap sama. Dia menolakku. Kau menikahlah. Aku masih memperjuangkan kakak iparmu."

"Ini yang ingin aku sampaikan." Katanya serius membuat Alex memincingkan matanya.

"Ada apa?"

"Kemarilah kak. Aku ingin berbicara penting denganmu." Arabella membawa kakaknya untuk duduk bersama.

Arabella menyesap tehnya dengan anggun kemudian meletakkan cangkir itu pelan. Ia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Kakak."

"Ya."

"Aku tidak mungkin menikah."

"Jangan konyol. Kegagalan dalam menjalin hubungan dengan seseorang dulu jangan kau jadikan alasan. Kau memang janda. Tapi pasti banyak yang menginginkanmu."

"Aku tau. Bukan masalah itu. Aku tidak takut gagal lagi. Aku juga ingin menikah."

"Lalu? Jangan buang waktumu. Menikahlah."

"Aku mandul." Katanya sambil menunduk. Alex terdiam membeku di tempatnya. Ia tak menyangka adik satu satunya seperti ini.

"Kau jangan bercanda Arabella."

"Aku tidak bercanda kak. Aku serius. Aku tidak bisa mempunyai anak. Dokter istana dan dokter lain juga mengatakan hal yang sama. Aku yang tidak normal. Aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku. Dia tidak salah. Aku yang salah sehingga dia meninggalkanku." Katanya mulai menangis.

"Maafkan aku. Aku membuatmu menanggung ini sendiri." Alex memeluk adiknya.

"Bukan salah kakak. Ini semua takdir."

"Tenanglah. Aku tau ini menyakitkan. Tapi kesehatanmu lebih penting. Jangan terlalu dipikirkan."

"Kakak."

"Iya."

"Seperti apa kakak ipar ku itu? Sehingga Ia di sembunyikan oleh Raja Arthur."

Alex tersenyum menatap adiknya itu. Wajah cantik Anastasia selalu ada di benaknya.

"Kau mau mendengar ceritaku?"

"Tentu saja."

"Baiklah. Umurnya sekarang 16 tahun, dia jauh lebih muda darimu?"

"Apa?" Pekik Arabella.

"Ya. Dia gadis cantik dan polos. Tutur katanya lembut dan dia juga gadis yang penyayang. Matanya biru saphir dengan rambut coklat yang indah. Kedua pipinya merah jambu, kontras dengan kulit putih susu yang mulus. Anastasia, bulu matanya lentik dengan hidung yang mancung. Setiap kali kakak melihat mata itu dan mencium aroma mawar dari tubuhnya. Kakak merasa tenang. Ketika memeluknya kakak merasa sangat nyaman."

"Kakak pernah memeluknya?"

"Pernah dua kali. Dia gadis yang ceria dan sedikit ceroboh. Pernah suatu ketika kakak menyelamatkannya karena dia akan terjatuh saat menaiki bangku untuk memetik apel." Alex tersenyum.

"Dia tersenyum membuat kakak membeku. Kakak lalu memetikkan apel untuknya. Dia sangat senang."

"Kakak memetikkan untuknya? aku saja...."

"Kakak lanjutkan." Potong Alex tau sang adik akan protes.

"Yang kedua ketika Ia di kejar prajurit istana karena kabur dari kediaman. Kakak memeluknya untuk membawanya pergi. Kita menikmati waktu bersama untuk jalan jalan kala itu."

"Kakak bahagia?"

"Sangat."

"Berjuanglah kak. Aku tau kau bisa mendapatkannya." Arabella menggenggam tangan saudaranya untuk memberi semangat.

Sementara di negri lain semua pelayan tengah sibuk mencari Anastasia. Gadis itu menghilang dan tidak menghadiri makan siang bersama orang tuanya.

"Putri." Kata para pelayan melihat Anastasia mengendap endap masuk ke kamarnya.

"Hormat hamba pada Putri. Putri diminta untuk menghadap yang mulia sekarang."

"Baiklah. Aku ganti pakaian dulu."

"Baik Putri. Kami siapkan." Kata mereka bergegas menyiapkan pakaian untuk Anastasia.

"Putri Anastasia memasuki ruangan." Teriakan dari luar membuat Raja Arthur dan Istrinya menghentikan pembicaraan.

"Hormat hamba pada Ayahanda dan Ibunda." Anastasia menunduk memberi hormat pada kedua orangtuanya.

"Kamu darimana saja sayang? Kamu keluar dari istana lagi kan?"

"Maaf Ayah. Anastasia hanya bosan di dalam Istana."

" Lakukan hukumanmu Sayang. Kerjakan disini saja. Ibunda dan Ayah akan mengawasi sendiri."

"Baik Ayah." Anastasia langsung duduk untuk menyalin tata Krama istana.

"Hubunganmu dengan raja Alex bagaimana Sayang?"

"Baik Ibunda."

"Dia masih mengirim surat?"

"Masih Ibunda. Bahkan juga beberapa hadiah."

"Lalu. Apakah jawabanmu masih sama Nak?"

"Masih Ayah." Jawab Anastasia sembari melakukan pekerjaannya.

"Yang Mulia. Mohon untuk berhenti dan Istirahat." Kata Robert Khawatir melihat junjungannya yang berlatih dari siang sampai menjelang malam tanpa henti. Ia tau Alex merasa frustasi karena penolakan yang dilakukan oleh Anastasia. Dia adalah satu satunya gadis yang bisa mengobrak abrik hati pria dingin nan kejam itu. Alex masih berkutat dengan pikirannya sedangkan tangan kokohnya mengayunkan pedang kesana kemari.

"Segera ke ruang kerjaku." Katanya berhenti kemudian meninggalkan Robert sendiri.

Robert berdiri di ruang kerja Alex. Ia menunggu junjungannya itu yang mungkin masih bersiap. Pintu terbuka membuat pria itu membalikkan badannya dan langsung memberi hormat.

"Salam Yang Mulia."

"Ya." Jawab Alex singkat langsung duduk di kursi kerjanya.

"Duduklah. Pembicaraan kali ini akan lama."

"Baik Yang Mulia." Robert duduk di kursi depan meja kerja Alex.

"Berapa pasukan yang kita miliki?"

"Sekitar sepuluh ribu pasukan. Terdiri dari tiga ribu jendral dan sisanya panglima beserta prajurit biasa. Mohon maaf yang Mulia. Apakah kita akan mengadakan perang atau ada yang mengusik kerajaan kita?"

"Tidak. Lalu, Berapa pasukan yang di miliki kerajaan Timur?"

"Yang Mulia. Jangan bertindak nekat." Kata Robert tau apa yang akan dilakukan pria di depannya itu.

"Aku tanya bukan meminta pendapatmu. Jawab saja." kata Alex mulai meninggikan nada bicaranya.

"Sekitar tujuh ribu pasukan yang Mulia."

"Siapkan pasukan kita. Kita akan ke kerajaan Timur."

"Tapi yang Mulia."

"Tidak akan ada pertumpahan darah. Kau tenang saja. Aku tidak akan menyakiti siapapun. Aku hanya ingin menggertak agar Anastasia bisa bersamaku. Aku dengar para prajurit akan ada pelatihan. Mereka akan meninggalkan istana dan hanya tersisa sedikit untuk melindungi Raja. Kapan itu?"

"Sekitar lima hari lagi yang Mulia."

"Baiklah. Siapkan pasukan untuk berangkat 6 hari lagi."

"Yang Mulia. Bagaimana jika nanti Putri malah membenci anda?"

"Aku tidak punya cara lain. Berbagai cara halus sudah aku lakukan namun tidak berhasil. Ini adalah jalan terakhir." Alex menghela nafasnya. Rencana Ini sudah Ia pikirkan matang matang sebelumnya.

Anastasia masih belum tertidur. Ia membaca kembali surat terakhir yang di kirim oleh Alex. Pria itu mengancamnya akan membawa pasukan jika Ia bersikeras tidak mau menerima lamaran dari kaisar kejam itu. Anastasia khawatir ini akan jadi kenyataan dan membahayakan kerajaannya. Apalagi saat ini kerajaan Barat merupakan kerajaan terkuat. Namun hatinya juga tak bisa dibohongi. Ia benar benar tak siap untuk menikah. Ia ingin jatuh cinta secara alami dan hidup bahagia dengan orang yang Ia cintai.

Terpopuler

Comments

Upik Yupi

Upik Yupi

Masih nyimak thorr....

2022-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!