Keesokan harinya, menuju jam tiga siang ketika langit kota Jogjakarta berselimut mendung, Surya dan Bulan tengah berboncengan sepeda motor. Hari ini keduanya akan menemui pihak Wedding Organizer yang telah mereka percayai sebelumnya untuk membatalkannya.
"Kamu sedih Bulan?" tanya Surya kepada Bulan yang memboncengnya tanpa mengeluarkan suara sama sekali.
"Menurutmu?" jawab gadis itu singkat.
Surya mencari tangan Bulan lalu melingkarkannya ke pinggangnya. "Pegangan, biasanya kalau boncengan motor kan selalu pegangan kayak gini. Nyetut (melingkari pinggang layaknya ikat pinggang). Walau pun pernikahan kita diundur bukan berarti hubungan kita berdua tidak berubah. Kamu tetap rembulanku, dan aku adalah suryamu," ucapnya sembari menahan tangan Bulan untuk tetap bertahan di pinggangnya.
Bulan masih menata hatinya, menata perasaannya. Berdiri di antara cinta dan corona. Pilihan yang sama sekali tidak menguntungkan baginya, terlebih waktunya bisa bersama dengan Surya hanya tinggal beberapa minggu yang membuat hatinya kian bertambah pilu.
"Jujur aku sedih, Surya. Wanita mana yang tidak sedih ketika hari bahagia yang sudah direncanakan jauh-jauh hari berdua harus tertunda lantaran sebuah pandemi yang kita sendiri pun tidak tahu kapan berakhirnya," Bulan menjawab dengan suaranya yang bergetar, ditambah terpaan angin membuat suaranya menguar di udara. Namun suara lirih itu masih bisa didengar Surya.
"Aku tahu Bulan. Mungkin saat ini kita adalah salah satu dari pasangan yang berdiri di antara Cinta dan Corona. Aku hanya bisa berkata, kita bisa sabar dan bertahan, hingga situasinya membaik ke depannya. Hari bahagia kita hanya tertunda. Ingat Bulan, tertunda. Bukan batal."
Surya menekankan kata "tertunda" untuk meyakinkan Bulan bahwa ketika tiba saatnya nanti Janur Kuning adalah melengkung indah di hari bahagia mereka berdua.
Selang berkendara menelusuri jalan-jalan kota Gudeg itu, akhirnya Bulan dan Surya telah sampai di sebuah kantor Wedding Organizer yang telah mereka pesan sebelumnya.
Keduanya segera memasuki bangunan berlantai dua dan menemui Mas Farhan, sebagai Person In Charge (PIC) Wedding Organizer tersebut.
"Siang Mas Farhan...," sapa Surya kepada pria bertanya Mas Farhan tersebut.
"Siang juga Mas Surya dan calon mempelai. Jadi gimana ini Mas?" Mas Farhan membuka obrolan mereka dengan sebuah pertanyaan.
Surya pun menatap wajah Bulan yang masih terlihat sayu itu. "Jadi begini Mas Farhan, karena situasi tiba-tiba seperti ini, dan kasus orang terinfeksi Corona semakin bertambah tiap harinya jadi kami mau membatalkan rencana kami untuk menggunakan jasa WO ini. Mohon maaf sebelumnya Mas, karena semua karena kondisi."
Mas Farhan sebagai Wedding Organizer pun tahu, sebab dalam satu minggu terakhir beberapa kliennya telah datang untuk membatalkan acara pernikahan mereka. Corona juga menghantam para pelaku usaha jasa seperti Mas Farhan. Akan tetapi, bersikeras melakukan hajatan di tengah situasi ini juga bukan pilihan yang bijak.
"Kami tahu Mas Surya, lagipula dalam satu minggu ini sudah beberapa klien datang ya seperti Mas Surya ini untuk membatalkan rencana pernikahan mereka. Jadi Mas Surya bukan satu-satunya yang melakukannya," ucap Mas Farhan mencoba tegar walau pun hitung-hitungannya sudah pasti dia juga mengalami kerugian yang cukup besar.
"Maaf ya Mas Farhan, karena adanya virus Corona ini di luar prediksi kami." Bulan turut berkata dan meminta maaf kepada Mas Farhan.
Wajah Bulan terlihat sayu, namun sebisa mungkin gadis itu bertahan. Terlebih di hadapan orang lain, ia mencoba tegar walau pun berkali-kali perasaannya teriris perih. Menyalahkan siapa pun tidak bisa. Menyalahkan kedua keluarga besar mereka? Tentu tidak. Menyalahkan virus Corna? Tidak juga, karena semua yang berada di bawah kolong langit berada di dalam kekuasaan Sang Khalik.
Mas Farhan melipat kedua tangannya. "Hmm, kalian ingin membatalkan atau mengundur acara pernikahan kalian? Karena situasinya seperti ini, kami bisa memberi keringanan bagi klien untuk mengundur pernikahannya hingga tahun depan. Bagaimana?" tanyanya kepada keduanya.
Baik Surya dan Bulan nampak menimbang-nimbang tawaran dari pihak WO, tetapi keputusan yang diambil keluarga besar nampaknya sudah sepakat bahwa pernikahan keduanya ditunda untuk waktu yang belum ditentukan. Apabila situasi dan kondisi sudah memungkinkan, pihak keluarga Surya akan kembali datang ke rumah Bulan untuk membicarakan ulang perihal pernikahan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rencana pernikahan mereka memang di ujung tanduk. Hari bahagia keduanya hanya bergantung pada kondisi ke depannya.
Surya sekilas menatap Mas Farhan. "Maaf Mas, karena situasi dan kondisi ke depannya kami juga tidak tahu. Tidak bisa memproyeksikan akan bagaimana dan seperti apa. Ditambah hasil rembugan dua keluarga semalam, jadi pernikahan kami diundur dalam batas waktu yang tidak pasti Mas. Kami sungguh minta maaf akan semuanya ini." ucap Surya kepada Mas Farhan.
Mendengar jawaban Surya pun, Mas Farhan tertunduk lesu. Akan tetapi, di sini lain memang tidak mudah melakukan hajatan di tengah-tengah masa pandemi. Terlebih pemerintah baik pusat dan daerah telah mengeluarkan surat edaran bahwa warga dihimbau untuk tidak membuat kegiatan yang memicu berkumpulnya masyarakat. Seluruh warga hendaknya menerapkan social distancing, pembatasan sosial.
"Oke baiklah jika begitu. Seperti perjanjian di awal bahwa Mas Surya dan pasangan akan mengambil paket wedding dengan harga Rp. 50 juta rupiah dan DP 10% dari harga tersebut. Maka dengan berat hati, untuk DP tersebut hangus ya Mas... Sesuai kesepakatan di awal. Akan tetapi, jika dalam satu bulan mungkin Mas Surya berubah pikiran dan ingin menggelar pernikahan maksimal sampai tahun depan, Mas Surya tinggal membayar sisa dari DP yang sudah diberikan." Mas Surya menjelaskan lebih detail mengenai perjanjian mereka di awal dan kompensasi yang akan mereka dapatkan.
Secara matematika, pihak WO tentu juga merugi, tetapi nyatanya masih ada beberapa WO yang masih berbaik baik memberikan kompensasi dan calon pengantin bisa mengundur pernikahan mereka hingga tahun depan dengan menggunakan jasa WO yang sama.
Surya nampak menganggukkan kepalanya. "Tidak apa-apa Mas Farhan, saya sudah ikhlaskan terkait DP nya. InsyaAllah, nanti jika kondisinya sudah membaik, virus ini bisa ditangani kami akan menemui Mas Farhan lagi untuk menggunakan jasa WO ini." ucap Surya, sembari sesekali ia melirik pada Bulan yang duduk di sampingnya.
Mas Farhan pun menghela nafasnya, "Baiklah Mas Surya, saya tunggu kabar baik selanjutnya. Semoga di lain waktu nanti saya bisa mendapat kabar baik dari Mas Surya dan juga Mbak Bulan." Mas Farhan menjeda ucapannya sejenak. "Jadi kesepakatan Mas Surya sudah bulat nggih untuk membatalkan penggunaan jasa WO dalam pernikahan dengan alasan waktu dan tingginya penyebaran virus Corona yang tidak diketahui sampai kapan berakhirnya. Deal?"
Surya pun menyahut, "Deal...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
delissaa
hmm di kampung qu juga pernah nih gara2 Corona resepsi pernikahan banyak yang mundur malah ada yang calon pengantin meninggal 🥺
2022-02-16
3
SyaSyi
semoga Corona segera berlalu byk yang menjadi korban pembatalan pernikahan seperti bulan
2022-02-14
2
Mayya_zha
inget banget sama tetangga hajatan. dapet TLP undangan si suruh bubar. itu pengantin nangisnya.. kasihan bgt deh
2022-02-09
3