Jogjakarta, Maret 2020
Semua yang terjadi di bawah kolong langit ini terjadi atas kuasa Tuhan. Bumi berputar di porosnya, pergantian siang dan malam, manusia yang bisa beraktivitas, hingga layu dan mekarnya bunga-bunga. Tidak ada satu pun di alam semesta ini yang terjadi tanpa seizin-Nya.
Dunia dalam tatanannya yang selaras dan seimbang, tiba-tiba dihantam badai yang menyerang manusia yang menghuni bumi ini. Corona Virus Desease 2019 yang kemudian disebut dengan Covid-19 atau virus Corona yang membuat seluruh negara di dunia berjibaku dan berperang dengan waktu. Bukan hanya bidang kesehatan yang kepayahan untuk merawat dan menyembuh mereka yang terinfeksi virus ini, tetapi semua sektor kehidupan juga turut merasakan dampaknya.
Lebih-lebih bagi manusia yang sejatinya adalah makhluk sosial, pribadi yang hidup berkomunitas, bersosialisasi dengan manusia lainnya harus melakukan pembatasan sosial (social distancing).
Di tengah carut-mawutnya situasi bumi saat ini terselipnya kisah cinta antar dua anak manusia. Ironisnya, keberadaan virus Corona ini cukup berdampak pada kisah percintaan keduanya.
Saat itu di Jogjakarta, kedua belah pihak keluarga bertemu untuk berembug (berdiskusi) dan keduanya sepakat mengundur rencana pernikahan kedua anak mereka, Surya Dana Putra dan Bulan Maheswari.
"Lantaran situasi yang sangat tidak kondusif, dengan adanya wabah virus Corona dan berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka lebih bijaksana kalau kita menunda rencana pernikahan kedua putra-putri kita. Bagaimana Bapak Hartono?" Juru bicara dari pihak keluarga Surya mengajukan rencana untuk mengundur rencana pernikahan Surya dan Bulan.
Bapak Hartono yang merupakan ayah dari Bulan cukup menganggukkan kepala, beliau menimbang-nimbang terlebih dahulu karena keputusan yang diambil tentu akan berdampak bagi Bulan dan juga Surya.
Pak Hartono sekilas memandang wajah ayu anaknya yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya. Sebagai orang tua tentu saja Pak Hartono tahu bahwa putrinya akan menderita dengan keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak. Sementara pihak dari keluarga pria sudah mengatakan tujuan kedatangan mereka untuk mengundur rencana pernikahan Surya dan Bulan hingga situasi yang kondusif.
"Sebelumnya maafkan Bapak ya Bulan. Bapak dan Ibu tahu pasti ini berat untukmu, berat juga bagi kami. Tetapi, tidak ada yang bisa kita lakukan selain mengundur rencana pernikahan kalian berdua hingga waktu yang kondusif. Jika menikah sekarang pun tidak bisa, Pemerintah memberikan aturan untuk tidak melakukan kegiatan yang memicu terjadinya kerumunan, selain itu keluarga besar dan kerabat kita juga tidak bisa menghindari pernikahan ini. Lebih beratnya, karena Surya yang sekarang berada di Makassar dan dia adalah Aparatur Sipil Negera (ASN) yang sudah pasti tidak diperbolehkan mengambil cuti. Jadi, kita undur pernikahan kalian berdua ya?" Pak Hartono memberikan berbagai alasan logis terlebih dahulu kepada putri bungsunya, Bulan.
Bulan yang sedari tadi menunduk sembari memilin ujung kemejanya, kini perlahan menatap wajah kedua orang tuanya. "Iya Bapak ... Bulan percaya bahwa Bapak dan Ibu tahu yang lebih baik, bahkan yang terbaik bagi Bulan."
Gadis ayu itu berusaha tersenyum di hadapan kedua orang tuanya, walaupun hatinya teriris perih. Hari bahagia yang sejatinya akan tiba setelah penantian panjang selama enam tahun, akhirnya harus kembali diundur untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.
Pak Hartono menghela nafasnya sejenak, "Oleh karena Bulan sudah setuju dan insyaallah ikhlas, maka saya selaku Kepala Keluarga dan sebagai Bapaknya Bulan setuju untuk menunda rencana pernikahan Bulan dan Surya."
Bulan meneteskan air matanya ketika hasil musyawarah keluarga kedua belah pihak sudah diambil. Ibunya yang melihat air mata di wajah putrinya, langsung memeluk anaknya itu menyalurkan kasih sayangnya. "Sabar ya Nduk... Insyaallah kalau jodoh pasti nanti Allah membuka jalan. Tahan lagi hingga situasi kondusif ya. Lagipula kamu dan Surya masih muda, usia kalian masih dua puluh empat tahun."
Melihat calon menantunya yang menangis sedih, Ibu Rini yang merupakan Ibunya Surya turut mendekati Bulan dan Ibunya. "Maaf ya Nak Bulan, pernikahan kalian tetap berjalan, hanya diundur saja sementara. Menunggu waktu yang tepat. Ibu yakin Surya pasti sama sedihnya dengan kamu saat ini. Kita pun tidak bisa bergerak karena Surat Edaran dari Pemerintah yang meminta warga untuk tidak membuat kegiatan yang memicu kerumunan warga. Maaf ya...."
Bulan hanya mengangguk mendengar permintaan maaf dari ibu calon mertuanya. "Iya Bu, tidak apa-apa. Insyaallah Bulan juga ikhlas dengan keputusan ini. Tidak baik berkerumun di saat kondisi seperti ini. Menjaga kesehatan satu sama lain jauh lebih penting. Lagipula sebagai ASN, Surya juga pasti tidak diperbolehkan untuk mengambil cuti."
Ibu Rini membawa Bulan dalam pelukannya. "Sekali lagi maafkan kami ya Bulan, keputusan ini harus kami ambil. Sebenarnya Bapak dan Ibu sangat bahagia segera menyatukan kedua keluarga kita, memboyongmu ke rumah sebagai menantu kami. Akan tetapi, Allah berkehendak lain...."
Bulan mengangguk dan sekali lagi menyeka air matanya di sudut pipinya. "Iya Ibu, tidak apa-apa."
Gadis itu menguatkan dirinya sendiri, sekali pun ia amat bersedih lantaran rencananya tidak berjalan dengan baik, bahkan hari bahagia yang dirangkai bersama tidak tahu kapan bisa direalisasikan. Di hadapan kedua belah pihak keluarga, Bulan berusaha kuat.
"Kamu kalau mau bicara sama Surya boleh. Silakan ya. Dan juga, bulan depan Surya sudah harus balik ke Makassar." ucap Ibu Rini kepada Bulan.
Bulan mengangguk, lalu duduk di teras rumah bersama dengan Surya, kekasihnya yang telah bersama dengannya menjalin hubungan pacaran hampir enam tahun lamanya.
"Maaf ya Bulan, aku tahu ini pasti berat buat kamu." ucap Surya dengan menatap wajah Bulan dengan kedua matanya yang terlihat merah dan sembab.
Bulan memberikan senyuman getir, segetir situasi hatinya saat ini. Di hadapan kekasihnya pun ia masih berusaha tegar. "Tidak apa-apa Surya, lagipula semua yang terjadi atas izin Allah. Yang kita hadapi ini bukan musuh yang terlihat di depan mata, tetapi sebuah virus yang tidak kelihatan dengan mata telanjang. Ditambah Surat Edaran dari Pemerintah yang mengimbau warga untuk tidak berkerumun. Menyangkut hidup orang banyak, jadi tidak apa-apa."
Sama seperti Bulan, Surya pun memendam kesedihan dalam hatinya. Niat baik dan rencana bahagia yang disusun bersama gadis tercintanya nyatanya tidak bisa berjalan dengan sebaiknya.
"Terima kasih karena kamu sudah mau mengerti semua ini. Kamu memang dewasa, Bulan. Terima kasih ya...." Surya menggenggam tangan Bulan yang saat itu terasa dingin. "Sekalian aku pamit ya Bulan, karena Surat Keputusan Mutasiku ke Makassar sudah keluar. Tunggu aku pulang ya. Selama aku tidak bisa pulang ke Jogjakarta karena Pembatasan Sosial Berskala Besar ini tolong tunggu aku ya... Tunggu aku kembali. Jaga hati kamu selalu ya."
...🍃🍃🍃...
Visualnya ya My Dearest Reader. 🥰
Surya Dana Putra, 24 tahun. Pegawai Pajak penempatan di Kota Makassar.
Bulan Maheswari, 24 tahun. Guru Sekolah Dasar di Jogjakarta.
Bintang Alan Pratama, 24 tahun. Programmer di Perusahaan Rintisan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makasih Kk
Ry Cicil dulu
3 Cogan dan Ry mampir
2022-02-24
1
🍾⃝ͩɛᷞѵͧѵᷠ𝛄ͣHIAT✰͜͡w⃠N⃟ʲᵃᵃ࿐💋
nyesek gak tu si Bulan.. 😥
2022-02-16
1
Nurlinda
aku mampir mak 😁
2022-02-14
1